Surabaya (ANTARA) - Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) kehilangan tiga kursi DPRD Kota Surabaya, Jawa Timur, yang diperoleh pada Pemilu 2014, karena pada pemilu legislatif tahun ini tidak meraih kursi.
"Hanura adalah partai yang paling mengalami defisit penurunan suara pada Pemilu 2019 di Kota Surabaya. Suara Hanura pada Pemilu 2014 sebanyak 5,5 persen, turun drastis menjadi 1,3 persen pada Pemilu 2019," kata Direktur SCG Research and Consulting Didik Prasetiyono kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.
Bedasarkan rekapitulasi hasil perolehan suara Pemilu DPRD Kota Surabaya, perolehan suara parpol dan caleg dari Partai Hanura sebanyak 18.074 suara dengan perincian Daerah Pemilihan (Dapil) 1 mendapat 6.425 suara, Dapil 2 mendapat 3.813 suara, Dapil 3 mendapat 1.469 suara,
Dapil 4 mendapat 3.337 suara, dan Dapil 5 mendapat 3.003 suara.
Perolehan suara tiga caleg petahana atau saat ini masih menjadi anggota DPRD Kota Surabaya meliputi Edi Rachmat yang juga Ketua DPC Hanura Surabaya (Dapil 4) mendapat 1.594 suara, Sugito (Sekretaris DPC Hanura Surabaya) di Dapil 1 mendapat 3.761 suara, dan Naniek Zulfani (Ketua Fraksi Gabungan Handap DPRD Kota Surabaya) di Dapil 5 mendapat 1.723 suara.
Menurut Didik, beberapa faktor yang dianalisis menjadi sebab habisnya kursi Hanura di DPRD Kota Surabaya, yakni Hanura gagal mengangkat isu besar yang menjadi tema utama kampanye. Secara nasional tidak ada tema besar yang mampu dilekatkan pada Hanura dalam kontestasi Pemilu 2019.
Selain itu, lanjut dia, terhadap posisi sebagai partai politik pendukung Pasangan Calon Presiden/Wakil Presiden Jokowi-Ma'ruf, Hanura juga tidak terlihat tampil mengeluarkan jubir-jubir andal dalam pertarungan ide di media, khususnya televisi.
Begitu juga dominasi berita perpecahan partai pada tingkat nasional berimbas pada pemilih. Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) sampai menjelang pemilu juga masih disibukkan oleh sengketa pencalonan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Dibandingkan dengan Partai NasDem yang memakai kombinasi caleg artis, lanjut dia, strategi Hanura dalam penempatan caleg tidak terlihat secara serius untuk meletakkan petarung elektoral maupun caleg populer di Dapil 1 Jatim, DPR RI dan Jatim 1 DPRD Provinsi Jatim.
"Ini yang kemudian berimbas pada efektivitas kampanye yang berujung pada perolehan DPRD Kota Surabaya," katanya.
"Hanura adalah partai yang paling mengalami defisit penurunan suara pada Pemilu 2019 di Kota Surabaya. Suara Hanura pada Pemilu 2014 sebanyak 5,5 persen, turun drastis menjadi 1,3 persen pada Pemilu 2019," kata Direktur SCG Research and Consulting Didik Prasetiyono kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.
Bedasarkan rekapitulasi hasil perolehan suara Pemilu DPRD Kota Surabaya, perolehan suara parpol dan caleg dari Partai Hanura sebanyak 18.074 suara dengan perincian Daerah Pemilihan (Dapil) 1 mendapat 6.425 suara, Dapil 2 mendapat 3.813 suara, Dapil 3 mendapat 1.469 suara,
Dapil 4 mendapat 3.337 suara, dan Dapil 5 mendapat 3.003 suara.
Perolehan suara tiga caleg petahana atau saat ini masih menjadi anggota DPRD Kota Surabaya meliputi Edi Rachmat yang juga Ketua DPC Hanura Surabaya (Dapil 4) mendapat 1.594 suara, Sugito (Sekretaris DPC Hanura Surabaya) di Dapil 1 mendapat 3.761 suara, dan Naniek Zulfani (Ketua Fraksi Gabungan Handap DPRD Kota Surabaya) di Dapil 5 mendapat 1.723 suara.
Menurut Didik, beberapa faktor yang dianalisis menjadi sebab habisnya kursi Hanura di DPRD Kota Surabaya, yakni Hanura gagal mengangkat isu besar yang menjadi tema utama kampanye. Secara nasional tidak ada tema besar yang mampu dilekatkan pada Hanura dalam kontestasi Pemilu 2019.
Selain itu, lanjut dia, terhadap posisi sebagai partai politik pendukung Pasangan Calon Presiden/Wakil Presiden Jokowi-Ma'ruf, Hanura juga tidak terlihat tampil mengeluarkan jubir-jubir andal dalam pertarungan ide di media, khususnya televisi.
Begitu juga dominasi berita perpecahan partai pada tingkat nasional berimbas pada pemilih. Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) sampai menjelang pemilu juga masih disibukkan oleh sengketa pencalonan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Dibandingkan dengan Partai NasDem yang memakai kombinasi caleg artis, lanjut dia, strategi Hanura dalam penempatan caleg tidak terlihat secara serius untuk meletakkan petarung elektoral maupun caleg populer di Dapil 1 Jatim, DPR RI dan Jatim 1 DPRD Provinsi Jatim.
"Ini yang kemudian berimbas pada efektivitas kampanye yang berujung pada perolehan DPRD Kota Surabaya," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019