Jakarta (ANTARA) - Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud menyoroti bahwa pembangunan infrastruktur yang dikerjakan selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo belum bisa membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh secara maksimal.
“Pak Jokowi sudah bekerja sangat keras untuk membangun jalan tol, pelabuhan, bandara baru. Tapi misalnya, itu tidak membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia melampaui enam persen,” kata Deputi Politik 5.0 TPN Ganjar-Mahfud Andi Widjajanto saat wawancara khusus dengan ANTARA di Jakarta, Jumat (5/1).
Menanggapi kekurangan dan kelebihan program yang diusung oleh pemerintahan sekarang ini, Andi menilai bahwa pembangunan infrastruktur yang dilakukan secara masif oleh Jokowi baru bisa membawa pertumbuhan ekonomi bergerak di antara angka empat sampai lima persen.
Andi berpendapat bahwa pembangunan infrastruktur sejauh ini hanya memperkuat konektivitas antar daerah saja, namun belum dapat meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia secara maksimal.
Di sisi lain, lanjut Andi, daya saing Indonesia baik dalam aspek konektivitas ataupun logistik terpantau mengalami tren penurunan berdasarkan indeks global.
“Jadi masih ada yang tidak nyambung antara pembangunan infrastruktur dengan output yang mestinya ada yang terkait dengan perkembangan ekonomi industrialisasi ya,” katanya.
Terkait dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Andi mengatakan kondisi ekonomi di banyak BUMN yang dibebani tugas pembangunan justru kurang mendapatkan perhatian meski infrastruktur berkembang dengan pesat.
“Infrastrukturnya berkembang sangat pesat, tapi hampir semua BUMN karya yang bergerak di infrastruktur berdarah-darah. Jadi kemudian BUMN-BUMN karya itu terbebani dengan penugasan-penugasan tertentu, tapi tidak bisa menyehatkan ekonomi perusahaan dari BUMN-BUMN karya itu,” jelasnya.
Baca juga: TPN: Karakter Ganjar yang luwes mampu tangkap kebutuhan anak muda
Sementara terkait hilirisasi, Andi menyebutkan salah satu bukti nyata dari kebijakan hilirisasi di zaman Jokowi adalah pembangunan beberapa komplek industri.
Sayangnya, bila dilihat dari neraca perdagangan Indonesia, sejauh ini masih terlalu mengandalkan komoditas ekstraktif, seperti batu bara dan sawit, kata dia.
“Kalau dilihat neraca perdagangan selama 10 tahun Pak Jokowi memang relatif positif, tapi kalau batu bara dan sawit kita ambil dari neraca perdagangan itu, kita berada di daerah defisit. Jadi benar-benar mengandalkan komoditas ekstraktif, terutama batu bara. Itu yang tidak boleh lagi diteruskan,” ujarnya.
Andi menekankan bahwa baik Ganjar maupun Mahfud sama-sama berniat untuk melanjutkan program kerja Jokowi, namun mereka akan melakukan perbaikan pada beberapa aspek supaya rakyat dapat hidup lebih sejahtera.
Ia menambahkan Ganjar dan Mahfud bersama TPN terus berusaha mengidentifikasi tiap masalah yang dialami masyarakat, dan keduanya konsisten ingin menghilangkan ketimpangan jarak maupun akses kebutuhan lainnya di tengah masyarakat.
Bila Ganjar-Mahfud terpilih nanti, menurut Andi, perdagangan Indonesia juga akan berfokus pada turunan komoditas-komoditas strategis, seperti kendaraan listrik.
“Hal-hal seperti ini yang masih bisa kami temukan gap-nya atau masalahnya dan itu yang berusaha nanti ditutup secara lebih cepat, lebih baik oleh Mas Ganjar dan Pak Mahfud,” ujar Andi.
Baca juga: TPN tunjukkan karakter Ganjar-Mahfud untuk rebut suara swing voters
Baca juga: TPN Ganjar-Mahfud atasi isu negatif dengan kecerdasan artifisial
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024