Jakarta (ANTARA News) - Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahaen menilai kasus dugaan kabar bohong yang dilakukan Ratna Sarumpaet tidak terkait dengan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto maupun BPN.
Karena itu Ferdinand tidak terima kalau sidang kasus Ratna Sarumpaet dikatakan sebagai bukti buruknya kepemimpinan Capres 02, Prabowo Subianto.
"Kasus Ratna itu bukan menunjukkan Prabowo mudah percaya hoaks atau mudah dibohongi tetapi itu menunjukan Prabowo memiliki sensivitas yang tinggi terhadap rasa sosial kepada sesama manusia," kata Ferdinand kepada wartawan di Jakarta, Jumat.
Hal itu disampaikannya menanggapi pernyataan Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf, Raja Juli Antoni yang mengatakan kasus kebohongan Ratna Sarumpaet bukti buruknya kepemimpinan Prabowo Subianto.
Dia meminta semua pihak melihat kebenaran yang akan terungkap dalam proses hukum kasus Ratna tersebut sehingga TKN Jokowi-Ma'ruf tidak perlu membumbuinya dengan segala sesuatu yang tidak perlu.
Apalagi menurut dia sampai mengatakan bahwa Prabowo mudah percaya kebohongan, itu sama sekali tidak, justru menunjukkan sensifitas tinggi dari Prabowo terhadap rasa sosial kepada sesama manusia.
"Jadi kalau TKN bicara menuding 02 itu sebagai penyebar hoaks saya pikir mereka harus berkaca kembali ke dirinya sendiri," ujarnya.
Sebelumnya, Ratna Sarumpaet menjalani sidang dakwaan di PN Jakarta Selatan, Jalan Ampera, Jakarta Selatan, Kamis (28/2).
Jaksa penuntut umum (JPU) mendakwa Ratna membuat keonaran dengan menyebarkan hoaks penganiayaan dan disebut sengaja membuat kegaduhan lewat cerita dan foto-foto wajah yang lebam dan bengkak yang disebut akibat penganiayaan.
Menanggapi sidang Ratna tersebut, Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni mengaku bersyukur kasus perkara dugaan kabar hoaks dengan tersangka Ratna Sarumpaet akhirnya disidangkan.
Dia menilai BPN Prabowo-Sandi mempergunakan segala cara untuk memenangkan kompetisi politik dengan keji dan kejam serta berambisi untuk mencitrakan Jokowi sebagai pemimpin diktator dan otoriter.
Dia menilai sidang Ratna itu memperlihatkan buruknya kepemimpinan Prabowo yang mudah mempercayai hoaks yang direkayasa Ratna.
Menurut dia, Prabowo tampil sebagai pemimpin yang emosional karena menelan informasi tanpa melakukan klarifikasi.
Karena itu Ferdinand tidak terima kalau sidang kasus Ratna Sarumpaet dikatakan sebagai bukti buruknya kepemimpinan Capres 02, Prabowo Subianto.
"Kasus Ratna itu bukan menunjukkan Prabowo mudah percaya hoaks atau mudah dibohongi tetapi itu menunjukan Prabowo memiliki sensivitas yang tinggi terhadap rasa sosial kepada sesama manusia," kata Ferdinand kepada wartawan di Jakarta, Jumat.
Hal itu disampaikannya menanggapi pernyataan Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf, Raja Juli Antoni yang mengatakan kasus kebohongan Ratna Sarumpaet bukti buruknya kepemimpinan Prabowo Subianto.
Dia meminta semua pihak melihat kebenaran yang akan terungkap dalam proses hukum kasus Ratna tersebut sehingga TKN Jokowi-Ma'ruf tidak perlu membumbuinya dengan segala sesuatu yang tidak perlu.
Apalagi menurut dia sampai mengatakan bahwa Prabowo mudah percaya kebohongan, itu sama sekali tidak, justru menunjukkan sensifitas tinggi dari Prabowo terhadap rasa sosial kepada sesama manusia.
"Jadi kalau TKN bicara menuding 02 itu sebagai penyebar hoaks saya pikir mereka harus berkaca kembali ke dirinya sendiri," ujarnya.
Sebelumnya, Ratna Sarumpaet menjalani sidang dakwaan di PN Jakarta Selatan, Jalan Ampera, Jakarta Selatan, Kamis (28/2).
Jaksa penuntut umum (JPU) mendakwa Ratna membuat keonaran dengan menyebarkan hoaks penganiayaan dan disebut sengaja membuat kegaduhan lewat cerita dan foto-foto wajah yang lebam dan bengkak yang disebut akibat penganiayaan.
Menanggapi sidang Ratna tersebut, Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni mengaku bersyukur kasus perkara dugaan kabar hoaks dengan tersangka Ratna Sarumpaet akhirnya disidangkan.
Dia menilai BPN Prabowo-Sandi mempergunakan segala cara untuk memenangkan kompetisi politik dengan keji dan kejam serta berambisi untuk mencitrakan Jokowi sebagai pemimpin diktator dan otoriter.
Dia menilai sidang Ratna itu memperlihatkan buruknya kepemimpinan Prabowo yang mudah mempercayai hoaks yang direkayasa Ratna.
Menurut dia, Prabowo tampil sebagai pemimpin yang emosional karena menelan informasi tanpa melakukan klarifikasi.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019