Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) merilis hasil survei terkini dimana Generasi Z dan milenial, menginginkan PDI Perjuangan menjadi oposisi di kabinet Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
"Mayoritas Gen Z dan milenial menginginkan agar PDIP menjadi oposisi untuk mengimbangi pemerintahan Prabowo-Gibran," kata Wakil Direktur LPI Ali Ramadan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan hasil survei tersebut, sebanyak 60,4 persen responden yang setuju PDIP menjadi oposisi atau tidak setuju adanya rekonsiliasi PDIP dengan Gerindra. Rinciannya, 11,6 persen yang sangat tidak setuju rekonsiliasi dan 48,8 persen responden tidak setuju rekonsiliasi tersebut.
Sementara yang menjawab setuju rekonsiliasi PDIP dan Gerindra sebanyak 17,2 persen responden dan 8,1 persen yang sangat setuju. Sisanya, responden tidak menjawab.
"Lalu alasan Gen Z dan milenial menginginkan PDIP oposisi, mayoritas atau 66,2 persen menginginkan agar PDIP mengambil peran sebagai oposisi politik di parlemen atau kekuatan penyeimbang," ungkapnya.
Sedangkan yang setuju PDIP atau Gerindra rekonsiliasi atau berkoalisi, mayoritas atau 44,3 persen beralasan untuk mengurangi instabilitas politik di parlemen, yang berdampak terhadap kondusivitas jalannya pemerintahan di masa 2024-2029. Lalu, 21,2 persen responden yang menjawab bahwa PDIP dan Gerindra sama-sama partai besar yang berpengaruh.
"PDIP dan Gerindra merupakan dua partai nasionalis besar dengan basis loyalis yang kuat termasuk memiliki tokoh sentral yang kuat. Kedua partai ini bisa berkontribusi terhadap bangsa, entah berkoalisi maupun salah satunya menjadi oposisi yang konstruktif untuk pembangunan bangsa," jelasnya.
Menurut Ali, Gen Z dan milenial memiliki pandangan tersendiri dalam membaca dinamika politik kontestasi antara kandidat pilpres, penyelenggaraan pemilu hingga peluang rekonsiliasi politik, berkoalisi kembali, untuk masa pemerintahan 2024-2029. Ali mengatakan LPI melakukan survei terhadap Gen Z dan milenial karena kluster tersebut memiliki karakteristik independen dan kritis.
Survei nasional LPI ini dilakukan 12-18 Maret 2024 terhadap 1.300 terhadap Gen Z (17-26) dan milenial (27-42 tahun) yang menggunakan hak pilih pada 14 Februari 2024 lalu. Survei tersebut memotret persepsi Gen Z dan millenial terhadap peluang rekonsiliasi politik PDIP-Partai Gerindra. Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar ± 2,97 pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Teknik sampling yang digunakan pada riset ini adalah stratified multistage random. Dalam teknik tersebut, subjek yang diambil oleh peneliti sebagai sampel adalah populasi penelitian yang besar berasal dari 18 provinsi di Indonesia dan memiliki tingkatan generasi yang berbeda antara Gen Z serta milenial.
Baca juga: KPU soal rencana PDIP tak lantik caleg: Itu kebijakan internal!
"Mayoritas Gen Z dan milenial menginginkan agar PDIP menjadi oposisi untuk mengimbangi pemerintahan Prabowo-Gibran," kata Wakil Direktur LPI Ali Ramadan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan hasil survei tersebut, sebanyak 60,4 persen responden yang setuju PDIP menjadi oposisi atau tidak setuju adanya rekonsiliasi PDIP dengan Gerindra. Rinciannya, 11,6 persen yang sangat tidak setuju rekonsiliasi dan 48,8 persen responden tidak setuju rekonsiliasi tersebut.
Sementara yang menjawab setuju rekonsiliasi PDIP dan Gerindra sebanyak 17,2 persen responden dan 8,1 persen yang sangat setuju. Sisanya, responden tidak menjawab.
"Lalu alasan Gen Z dan milenial menginginkan PDIP oposisi, mayoritas atau 66,2 persen menginginkan agar PDIP mengambil peran sebagai oposisi politik di parlemen atau kekuatan penyeimbang," ungkapnya.
Sedangkan yang setuju PDIP atau Gerindra rekonsiliasi atau berkoalisi, mayoritas atau 44,3 persen beralasan untuk mengurangi instabilitas politik di parlemen, yang berdampak terhadap kondusivitas jalannya pemerintahan di masa 2024-2029. Lalu, 21,2 persen responden yang menjawab bahwa PDIP dan Gerindra sama-sama partai besar yang berpengaruh.
"PDIP dan Gerindra merupakan dua partai nasionalis besar dengan basis loyalis yang kuat termasuk memiliki tokoh sentral yang kuat. Kedua partai ini bisa berkontribusi terhadap bangsa, entah berkoalisi maupun salah satunya menjadi oposisi yang konstruktif untuk pembangunan bangsa," jelasnya.
Menurut Ali, Gen Z dan milenial memiliki pandangan tersendiri dalam membaca dinamika politik kontestasi antara kandidat pilpres, penyelenggaraan pemilu hingga peluang rekonsiliasi politik, berkoalisi kembali, untuk masa pemerintahan 2024-2029. Ali mengatakan LPI melakukan survei terhadap Gen Z dan milenial karena kluster tersebut memiliki karakteristik independen dan kritis.
Survei nasional LPI ini dilakukan 12-18 Maret 2024 terhadap 1.300 terhadap Gen Z (17-26) dan milenial (27-42 tahun) yang menggunakan hak pilih pada 14 Februari 2024 lalu. Survei tersebut memotret persepsi Gen Z dan millenial terhadap peluang rekonsiliasi politik PDIP-Partai Gerindra. Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar ± 2,97 pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Teknik sampling yang digunakan pada riset ini adalah stratified multistage random. Dalam teknik tersebut, subjek yang diambil oleh peneliti sebagai sampel adalah populasi penelitian yang besar berasal dari 18 provinsi di Indonesia dan memiliki tingkatan generasi yang berbeda antara Gen Z serta milenial.
Baca juga: KPU soal rencana PDIP tak lantik caleg: Itu kebijakan internal!
Pewarta: Fauzi
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024