Jakarta (ANTARA) - Politikus Nasdem Birgaldo Sinaga mengingatkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk tidak menyerang partai lain, apalagi sesama partai nasionalis dan satu koalisi, untuk meningkatkan pamornya.
"Tidak elok pakai cara tidak sportif dengan mengerdilkan partai lain agar partai sendiri yang juara pertama," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Birgaldo menanggapi pidato Ketua Umum PSI Grace Natalie di Medan, Senin (11/3), yang menyebut partai yang dipimpinnya berbeda dengan partai nasionalis lain yang menurutnya lebih banyak diam terkait dengab kasus-kasus intoleransi dan diskriminasi belakangan ini.
Grace dalam pidatonya menyatakan hanya PSI yang peduli ketika 13 Januari lalu terjadi persekusi atas jemaat GBI Philadelpia yang sedang beribadah di Labuhan Medan. Juga ketika nisan kayu salib dipotong dan prosesi doa kematian seorang warga Katolik ditolak massa.
Menurut Birgaldo, sebagai sesama anggota Koalisi Indonesia Maju yang sedang berjuang mewujudkan mimpi besar tentang Indonesia Maju tidak elok PSI menggunakan cara atau siasat menjatuhkan partai lain agar partainya menonjol sendiri.
"Saya berharap cukup kali ini saja pidato seperti ini terjadi. Tidak perlu agar rumah anda tampak bercahaya lalu menggelapkan rumah orang lain. Saya menolak cara berjuang seperti ini," ujar Birgaldo.
Apalagi, menurut dia, bukan sekali dua kali PSI absen dalam peristiwa yang membutuhkan kepedulian bersama.
Birgaldo lantas menyebut beberapa peristiwa, di antaranya kasus kematian bayi Deborah dua tahun lalu gara-gara orang tuanya tak punya uang muka untuk perawatan di rumah sakit. Juga kasus Alvaro dan Trinity yang menjadi korban bom molotov di Gereja HKBP Samarinda.
Kalau boleh jumawa, kata Birgaldo, justru dirinya, kader Nasdem, yang aktif melakukan pembelaan bahkan penggalangan dana dalam dua kasus itu.
"Saya juga mendesak Presiden Jokowi membatalkan rencana pembebasan tanpa syarat Ustadz ABB beberapa waktu lalu meskipun saya harus dicaci maki dan dibully karena berseberangan dengan arus besar pendukung Jokowi," ujarnya.
"Tidak elok pakai cara tidak sportif dengan mengerdilkan partai lain agar partai sendiri yang juara pertama," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Birgaldo menanggapi pidato Ketua Umum PSI Grace Natalie di Medan, Senin (11/3), yang menyebut partai yang dipimpinnya berbeda dengan partai nasionalis lain yang menurutnya lebih banyak diam terkait dengab kasus-kasus intoleransi dan diskriminasi belakangan ini.
Grace dalam pidatonya menyatakan hanya PSI yang peduli ketika 13 Januari lalu terjadi persekusi atas jemaat GBI Philadelpia yang sedang beribadah di Labuhan Medan. Juga ketika nisan kayu salib dipotong dan prosesi doa kematian seorang warga Katolik ditolak massa.
Menurut Birgaldo, sebagai sesama anggota Koalisi Indonesia Maju yang sedang berjuang mewujudkan mimpi besar tentang Indonesia Maju tidak elok PSI menggunakan cara atau siasat menjatuhkan partai lain agar partainya menonjol sendiri.
"Saya berharap cukup kali ini saja pidato seperti ini terjadi. Tidak perlu agar rumah anda tampak bercahaya lalu menggelapkan rumah orang lain. Saya menolak cara berjuang seperti ini," ujar Birgaldo.
Apalagi, menurut dia, bukan sekali dua kali PSI absen dalam peristiwa yang membutuhkan kepedulian bersama.
Birgaldo lantas menyebut beberapa peristiwa, di antaranya kasus kematian bayi Deborah dua tahun lalu gara-gara orang tuanya tak punya uang muka untuk perawatan di rumah sakit. Juga kasus Alvaro dan Trinity yang menjadi korban bom molotov di Gereja HKBP Samarinda.
Kalau boleh jumawa, kata Birgaldo, justru dirinya, kader Nasdem, yang aktif melakukan pembelaan bahkan penggalangan dana dalam dua kasus itu.
"Saya juga mendesak Presiden Jokowi membatalkan rencana pembebasan tanpa syarat Ustadz ABB beberapa waktu lalu meskipun saya harus dicaci maki dan dibully karena berseberangan dengan arus besar pendukung Jokowi," ujarnya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019