Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan tidak perlu memulangkan imam besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab atau biasa disapa Habib Rizieq untuk rekonsiliasi.
"Tidak perlu dalam agenda rekonsiliasi untuk memulangkan Habib Rizieq ke Indonesia," ujar Arief, saat ditemui pada suatu acara diskusi politik di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat.
Meski begitu, Arief mengatakan bila di luar persoalan rekonsiliasi dan dilihat dari segi kemanusiaan dan konteks hukum, apabila Rizieq tidak terbukti melakukan tindak pidana maka ia harus dipulangkan, namun bila bersalah, kata dia, hukum tetap harus ditegakkan.
Dalam langkah melakukan rekonsiliasi, Arief mengatakan belum ada agenda untuk masuk ke pemerintahan dan berbagi jatah kursi di kabinet.
Ia juga mengaku cenderung lebih menyukai menyebut rekonsiliasi sebagai silaturahmi, karena menurutnya, silaturahmi memiliki makna yang lebih halus, agamis, dan yang terpenting tidak memiliki agenda apa pun.
Baca juga: Pengamat: rekonsiliasi sebaiknya jangan ada syarat pemulangan HRS
Ia juga menyatakan dirinya selama ini selalu mendorong agar terjadi silaturahmi antara Jokowi dan Prabowo. “Meskipun sebenarnya mereka (Jokowi dan Prabowo) baik-baik saja,” ujarnya lagi.
Silaturahmi, menurut Arief sangat penting dilakukan mengingat kondisi masyarakat yang “panas” selama Pemilu 2019.
Dia pun setuju bila ke depan ada pertemuan antardua kubu dapat menghadirkan beberapa komitmen yang tujuannya mengutamakan masyarakat.
“Bukan untuk kepentingan kelompok, partai, atau relawan. Ini perlu dicatat,” ujar Arief.
Arief mengatakan bila nanti terjadi silaturahmi, pihaknya akan menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo bahwa jajaran kabinet menterinya nanti harus yang profesional menguasai permasalahan di departemennya, jujur, dan bersih.
“Artinya demokrasi itu jangan menghasilkan maling-maling atau rampok-rampok duit negara, tapi menghadilkan pimpinan-pimpinan yang bersih dan bisa membangun negeri ini,” ujarnya pula.
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019