Jakarta (ANTARA) - Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menyayangkan aksi kericuhan yang terjadi usai penetapan hasil pemilihan umum (pemilu) 2019 yang memicu keresahan di masyarakat.
"Sangat disayangkan bahwa proses pemilu yang sudah berjalan baik harus berakhir dengan kericuhan yang memakan korban jiwa dan juga ratusan korban luka," kata Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini kepada Antara, Jakarta, Kamis.
Dalam pandangan Titi, semestinya semua keberatan ataupun permasalahan dalam proses pemilu bisa selesaikan melalui mekanisme hukum yang ada. Lagipula hasil pemilu dari suara seluruh masyarakat Indonesia sudah ditetapkan, dan seharusnya hasil tersebut bisa dihormati tanpa ada tindakan kerusuhan ataupun provokasi.
Dia mengatakan semestinya semua elit politik khususnya para aktor politik pasangan calon yang telah berkompertisi pada pemilu 2019 menenangkan para pendukung dan berkonsentrasi untuk mempersiapkan pengajuan sengketa hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi.
"Saat ini yang diperlukan justru adalah seruan dari para elit agar para pendukung tidak perlu turun ke jalan gitu, iya betul memang menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul dijamin oleh konstitusi, tapi kan ternyata rentan sekali untuk ditumpangi oleh kepentingan-kepentingan di luar aksi yang sesungguhnya," ujarnya.
Titi menuturkan situasi politik yang memanas dan aksi demonstrasi pasca penetapan hasil pemilu kerap ditumpangi oleh kepentingan oknum atau pelaku tidak bertanggung jawab.
Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dan mengajak para elit politik untuk menyerukan kepada masyarakat untuk tenang dan menghormati proses hukum dalam menyelesaikan masalah terkait hasil pemilu 2019.
"Karena situasi saat ini rentan menjadi kendaraan tumpangan bagi pihak-pihak tidak bertanggung jawab dan untuk menghindari terjadinya jatuhnya korban lebih banyak menurut saya elit yang menyerukan agar masyarakat menahan diri dan menghormati proses hukum yang sesungguhnya, mekanisme yang paling baik untuk menyelesaikan konflik atau permasalahan di dalam penyelenggaraan pemilu kita," tuturnya.
Diberitakan sebanyak enam nyawa melayang, ratusan korban terluka, 25 mobil terbakar, dan berbagai fasilitas umum rusak, akibat kericuhan di beberapa titik di Jakarta Pusat sepanjang Rabu 22 Mei 2019, sejak dini hari.
"Sangat disayangkan bahwa proses pemilu yang sudah berjalan baik harus berakhir dengan kericuhan yang memakan korban jiwa dan juga ratusan korban luka," kata Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini kepada Antara, Jakarta, Kamis.
Dalam pandangan Titi, semestinya semua keberatan ataupun permasalahan dalam proses pemilu bisa selesaikan melalui mekanisme hukum yang ada. Lagipula hasil pemilu dari suara seluruh masyarakat Indonesia sudah ditetapkan, dan seharusnya hasil tersebut bisa dihormati tanpa ada tindakan kerusuhan ataupun provokasi.
Dia mengatakan semestinya semua elit politik khususnya para aktor politik pasangan calon yang telah berkompertisi pada pemilu 2019 menenangkan para pendukung dan berkonsentrasi untuk mempersiapkan pengajuan sengketa hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi.
"Saat ini yang diperlukan justru adalah seruan dari para elit agar para pendukung tidak perlu turun ke jalan gitu, iya betul memang menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul dijamin oleh konstitusi, tapi kan ternyata rentan sekali untuk ditumpangi oleh kepentingan-kepentingan di luar aksi yang sesungguhnya," ujarnya.
Titi menuturkan situasi politik yang memanas dan aksi demonstrasi pasca penetapan hasil pemilu kerap ditumpangi oleh kepentingan oknum atau pelaku tidak bertanggung jawab.
Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dan mengajak para elit politik untuk menyerukan kepada masyarakat untuk tenang dan menghormati proses hukum dalam menyelesaikan masalah terkait hasil pemilu 2019.
"Karena situasi saat ini rentan menjadi kendaraan tumpangan bagi pihak-pihak tidak bertanggung jawab dan untuk menghindari terjadinya jatuhnya korban lebih banyak menurut saya elit yang menyerukan agar masyarakat menahan diri dan menghormati proses hukum yang sesungguhnya, mekanisme yang paling baik untuk menyelesaikan konflik atau permasalahan di dalam penyelenggaraan pemilu kita," tuturnya.
Diberitakan sebanyak enam nyawa melayang, ratusan korban terluka, 25 mobil terbakar, dan berbagai fasilitas umum rusak, akibat kericuhan di beberapa titik di Jakarta Pusat sepanjang Rabu 22 Mei 2019, sejak dini hari.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019