Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding, mengingatkan, bulan Ramadhan adalah momentum baik untuk membangun rekonsiliasi politik antar anak bangsa yang terbelah karena perbedaan pilihan pada pemilu presiden 2019.
"Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, saatnya kita hentikan saling caci-maki, fitnah, dan saling menuding baik di kehidupan nyata maupun di dunia maya. Jauhi diri dari ujaran kebencian dan cobalah untuk mulai saling memaafkan," kata Abdul Kadir Karding, di Jakarta, Senin.
Menurut Karding, seiring laju perkembangan teknologi, godaan terbesar saat berpuasa bukan lagi sekadar menahan lapar, haus, dan amarah, tapi juga menahan diri untuk tidak menyakiti dan melukai hati sesama manusia di dua maya.
Anggota Komisi III DPR RI ini menegaskan, media sosial menjadi ujian sekaligus godaan berat bagi orang-orang yang berpuasa. "Kita mungkin bisa menahan diri untuk tidak berkata kasar dan tidak menebar fitnah di dunia nyata, tapi belum tentu bisa melakukannya di dunia maya. Ini karena di dunia maya kita bisa menjadi siapa saja, bisa menyembunyikan identitas kita dari orang lain, termasuk bisa berpura-pura menjadi orang lain," katanya.
Pada kesempatan tersebut, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga mengimbau semua pihak untuk mengisi bulan Ramadhan ini dengan meningkatkan kualitas ibadah puasa. "Jangan ada lagi sebutan-sebutan yang mendiskreditkan kepada mereka yang berbeda seperti cebong atau kampret," katanya.
Menurut Karding, perbedaan pilihan politik telah menghilangkan keakraban sebagai sesama warga negara. Namun, situasi seperti saat ini kata kedia, tidak bisa terus-menerus dibiarkan.
Karena itu, melalui momentum bulan Ramadhan, Karding mengajak semua pihak untuk kembali membangun keakraban dan menguatkan persatuan. "Mari kita perbanyak silaturrahim, ibadah, amal saleh, dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat bagi diri, orang sekitar, dan bangsa ini," katanya.
(T.R024)
"Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, saatnya kita hentikan saling caci-maki, fitnah, dan saling menuding baik di kehidupan nyata maupun di dunia maya. Jauhi diri dari ujaran kebencian dan cobalah untuk mulai saling memaafkan," kata Abdul Kadir Karding, di Jakarta, Senin.
Menurut Karding, seiring laju perkembangan teknologi, godaan terbesar saat berpuasa bukan lagi sekadar menahan lapar, haus, dan amarah, tapi juga menahan diri untuk tidak menyakiti dan melukai hati sesama manusia di dua maya.
Anggota Komisi III DPR RI ini menegaskan, media sosial menjadi ujian sekaligus godaan berat bagi orang-orang yang berpuasa. "Kita mungkin bisa menahan diri untuk tidak berkata kasar dan tidak menebar fitnah di dunia nyata, tapi belum tentu bisa melakukannya di dunia maya. Ini karena di dunia maya kita bisa menjadi siapa saja, bisa menyembunyikan identitas kita dari orang lain, termasuk bisa berpura-pura menjadi orang lain," katanya.
Pada kesempatan tersebut, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga mengimbau semua pihak untuk mengisi bulan Ramadhan ini dengan meningkatkan kualitas ibadah puasa. "Jangan ada lagi sebutan-sebutan yang mendiskreditkan kepada mereka yang berbeda seperti cebong atau kampret," katanya.
Menurut Karding, perbedaan pilihan politik telah menghilangkan keakraban sebagai sesama warga negara. Namun, situasi seperti saat ini kata kedia, tidak bisa terus-menerus dibiarkan.
Karena itu, melalui momentum bulan Ramadhan, Karding mengajak semua pihak untuk kembali membangun keakraban dan menguatkan persatuan. "Mari kita perbanyak silaturrahim, ibadah, amal saleh, dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat bagi diri, orang sekitar, dan bangsa ini," katanya.
(T.R024)
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019