Jakarta (ANTARA) - Warga Pecinan Kelurahan Glodok, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, berharap pelaksanaan Pemilihan presiden (Pilpres) 2019 berjalan baik tanpa ada kendala yang menghambat suksesnya pesta demokrasi tersebut.
"Warga inginkan Pilpres ini sukses tanpa kendala, walau ada perbedaan sana-sini, tetap aman," kata Viliany (34) warga RT 005/RW 01, Kelurahan Glodok, saat ditemui di Posyandu RW 01, Selasa.
Vili mengatakan apapun hasil pemilihan dan siapapun yang terpilih nanti harus tetap dihormati sebagai pemimpin bangsa yang akan membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi.
"Semua calon pasti punya niat berbuat untuk bangsa, tidak mungkin mau menghancurkan negaranya," kata Vili yang juga Ketua RT 005.
Harapan yang sama juga disampaikan oleh Kiki (58). Ia berharap Pilpres 2019 membawa perubahan dalam perekonomian warga. "Harapannya ekonomi jadi lebih baik, kita yang pedagang ini mudah berjualan, gampang cari duit," kata Kiki.
RW 01 terdiri atas 15 RT dihuni 2.313 jiwa. Di wilayah ini terdapat tujuh TPS dengan jumlah pemilih yang terdaftar sebanyak 1.884 DPT. Khusus di RT 005/RW 01 terdapat sekitar 280 pemilih yang akan menyalurkan hak pilihnya di dua tempat pemungutan suara yakni TPS 2 dan TPS 3.
Menurut Kiki, hampir sebagian besar warga di RW 01 Glodok, Petak Sembilan memiliki mata pencaharian berdagang (niaga). Di wilayah tersebut terdapat pasar tradisional Petak Sembilan, perhotelan, ruko-ruko, dan Klenteng Dharma Bhakti.
Selain dihuni oleh etnis keturunan Tionghoa, kawasan Petak Sembilan juga dihuni warga keturunan Betawi. Seperti di RT 005 sebagian besar warga campuran etnis Tionghoa dan Betawi.
Titin (35) pedagang di Pasar Petak Sembilan sehari-hari berdagang kue mengharapkan setelah Pilpres warga bisa tetap berusaha dengan lancar dan harga tidak naik terus.
Sejak memiliki KTP di usia 17 tahun, Titin sudah menyalurkan hak pilih dan tidak pernah golput atau golongan putih.
"Saya belum pernah golput selalu ikut coblos, Pilgub kemarin juga ikut," kata ibu tiga anak ini.
Titin hanya mengetahui tanggal 17 April 2019 nanti hari pencoblosan presiden saja, dan belum tahu kalau ada pemilihan caleg DPR RI, DPD RI dan DPRD.
"Nanti saya cari tahu dulu, baru taunya coblos presiden aja. Kalau caleg belum dengar, siapa yang mau dipilih juga bingung," kata Titin yang belum tau siapa caleg yang akan dipilihnya.
Sementara itu, Henny Yakop (64) mengatakan Pemilu tahun ini sangat berbeda dari pemilu tahun-tahun sebelumnya yang lebih tenang, dan tidak banyak gonjang-ganjing.
"Kalau sekarangkan ramainya di media sosial, tapi kita warga yang ada di perkampungan ini tidak terbawa aruslah," kata dia.
Walau berbeda-beda calon yang diunggulkan, Henny, berharap warga tetap antusias datang ke TPS untuk menyalurkan hak pilih. Ia mengatakan warga menyadari mencoblos sebagai hak dasar warga negara demi masa depan bangsa.
"Warga di sini jam 06.00 sudah ke TPS, mereka nyoblos pagi-pagi supaya siangnya bisa beraktivitas lagi, jam 12 kadang di TPS sudah selesai," kata Henny yang dituakan oleh warga sekitar.
Liong Kok Chung (56) Ketua TPS 3 RT 006/RW 01, mengatakan menjelang Pemilu warga Pecinan Glodok lebih sensitif bila berbicara mengenai Pilpres dan tidak ingin mengeluarkan pendapatnya karena takut disalahartikan.
Tetapi lanjut dia, warga tetap tenang dan damai tidak terpengaruh oleh perbedaan yang terjadi di sosial media terkait dukungan pasangan calon.
"Warga cukup antusias kadang suka nanya kapan undangan pencoblosan dikasihkan, atau kadang nanya siapa yang mau dipilih, tapi kami petugas tetap netral," kata Acung panggilan akrabnya.
Ia mengatakan sejak 2004 jumlah partisipasi masyarakat dalam Pemilu di RW 01 pada umumnya, dan RT 006 khusus cukup tinggi di atas 50 persen.
"Waktu 2004, 2009 itu jumlah partisipasi warga mencapai 70 persen, cuma waktu 2014 saja yang turun jadi 60 persen," kata Acung.
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019