Jakarta (ANTARA) - Pelaku pasar diyakini merespon positif hasil sementara perhitungan cepat Pemilihan Umum Presiden 2019 pada Rabu ini, sehingga akan memberikan sentimen positif kepada pergerakan nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan dalam beberapa hari ke depan.
Ekonom PT. Bank Permata Tbk, Josua Pardede saat dihubungi di Jakarta, Rabu, mengatakan sentimen penguatan terhadap mata uang Garuda sudah terlihat di pasar valas berjangka (NDF) di luar negeri yang menunjukkan tren penurunan pada "greenback" atau mata uang dolar AS.
Dengan begitu, rupiah berpotensi menguat pada perdagangan besok di pasar spot valas domestik meskipun volume perdagangan cenderung tipis mengingat masa efektif perdagangan hanya tersisa Kamis, karena Jumat (19/4), Indonesia kembali libur.
"Mengingat sentimen eksternal juga turut mendukung penguatan rupiah dimana pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal I 2019. yang masih sedikit lebih tinggi dari perkiraan, nilai tukar rupiah pada pasar domestik besok diperkirakan menguat hingga ke level Rp13.950-Rp14.100 dalam jangka pendek ini," kata Josua.
Adapun, berdasarkan hasil hitung cepat lima lembaga survei di Indonesia, pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin meraih perolehan suara lebih banyak dibanding pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Kelima lembaga survei itu adalah Litbang Kompas, LSI Denny JA, Indo Barometer, Median, dan Kedai Kopi
Meskipun demikian Prabowo Subianto, calon Presiden berlatar belakang militer, dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal, mengklaim memiliki perhitungan akurat yang berbeda dengan hasil kemenangan lembaga survei. Prabowo mengaku memperoleh suara hingga 62 persen berdasarkan perhitungan lembaga internal Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga Uno.
Kepastian pemenang Pemilu Presiden akan menunggu penghitungan yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum dan akan diumumkan pada 22 Mei 2019.
Josua memandang investor, terutama investor global berharap kegiatan ekonomi dan bisnis dapat terus berlanjut meskipun dinamika kondisi politik masih bergejolak.
"Investor juga akan mengapresiasi reformasi struktural serta deregulasi kebijakan ekonomi yang akan berdampak positif bagi keberlanjutan perekonomian Indonesia dalam jangka menengah-panjang," ujar Josua.
Baca juga: Rupiah melemah tipis seiring aksi pasar tunggu kepastian pemilu
Baca juga: Kepastian rekapitulasi pilpres positif bagi rupiah
Ekonom PT. Bank Permata Tbk, Josua Pardede saat dihubungi di Jakarta, Rabu, mengatakan sentimen penguatan terhadap mata uang Garuda sudah terlihat di pasar valas berjangka (NDF) di luar negeri yang menunjukkan tren penurunan pada "greenback" atau mata uang dolar AS.
Dengan begitu, rupiah berpotensi menguat pada perdagangan besok di pasar spot valas domestik meskipun volume perdagangan cenderung tipis mengingat masa efektif perdagangan hanya tersisa Kamis, karena Jumat (19/4), Indonesia kembali libur.
"Mengingat sentimen eksternal juga turut mendukung penguatan rupiah dimana pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal I 2019. yang masih sedikit lebih tinggi dari perkiraan, nilai tukar rupiah pada pasar domestik besok diperkirakan menguat hingga ke level Rp13.950-Rp14.100 dalam jangka pendek ini," kata Josua.
Adapun, berdasarkan hasil hitung cepat lima lembaga survei di Indonesia, pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin meraih perolehan suara lebih banyak dibanding pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Kelima lembaga survei itu adalah Litbang Kompas, LSI Denny JA, Indo Barometer, Median, dan Kedai Kopi
Meskipun demikian Prabowo Subianto, calon Presiden berlatar belakang militer, dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal, mengklaim memiliki perhitungan akurat yang berbeda dengan hasil kemenangan lembaga survei. Prabowo mengaku memperoleh suara hingga 62 persen berdasarkan perhitungan lembaga internal Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga Uno.
Kepastian pemenang Pemilu Presiden akan menunggu penghitungan yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum dan akan diumumkan pada 22 Mei 2019.
Josua memandang investor, terutama investor global berharap kegiatan ekonomi dan bisnis dapat terus berlanjut meskipun dinamika kondisi politik masih bergejolak.
"Investor juga akan mengapresiasi reformasi struktural serta deregulasi kebijakan ekonomi yang akan berdampak positif bagi keberlanjutan perekonomian Indonesia dalam jangka menengah-panjang," ujar Josua.
Baca juga: Rupiah melemah tipis seiring aksi pasar tunggu kepastian pemilu
Baca juga: Kepastian rekapitulasi pilpres positif bagi rupiah
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019