Karawang (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Daerah I Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku "tersiksa" dengan status calon legislatif DPR RI karena ada hambatan untuk berbagi kepada sesama.
"Berbuat baik harus melekat. Jangan hanya menjelang Pemilu. Nah, kebiasaan saya setiap berkunjung ke daerah itu menebar kebaikan, seperti memberi bantuan domba atau uang untuk modal usaha," katanya, di sela Pendidikan Politik Kader Golkar, di Karawang, Rabu.
Ia mengaku sudah menjalani kebiasaan berbuat baik ke sesama selama lebih dari 10 tahun. Jadi sulit bagi dirinya untuk menghilangkan kebiasaan itu.
Bahkan, selama lebih dari 10 tahun lalu, mobilnya tidak pernah kosong dari beras. Selalu ada dua sampai tiga karung beras yang dibawa saat berkunjung ke daerah.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk antisipasi jika ada warga yang sewaktu-waktu kekurangan beras. Sehingga dirinya bisa langsung memberikan persediaan beras yang ada dalam mobilnya itu.
"Sudah tujuh bulan dompet saya kosong, stok beras di dalam mobil juga sekarang tidak ada," ujarnya.
Atas hal tersebut, mantan Bupati Purwakarta yang mencalonkan menjadi anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan VII (Purwakarta, Karawang, dan Bekasi) merasa tersiksa karena selama menjelang pileg ini dirinya tidak bisa berbagi ke sesama.
"Jadi kalau boleh jujur, sebenarnya ngebatin (tidak bisa berbagi ke sesama)," kata Dedi.
Meski begitu, ia berusaha untuk sementara menghentikan kebiasaan yang dijalaninya selama lebih dari 10 tahun itu sebab aturannya jelas, Bawaslu melarang praktik poltik uang.
"Berbuat baik harus melekat. Jangan hanya menjelang Pemilu. Nah, kebiasaan saya setiap berkunjung ke daerah itu menebar kebaikan, seperti memberi bantuan domba atau uang untuk modal usaha," katanya, di sela Pendidikan Politik Kader Golkar, di Karawang, Rabu.
Ia mengaku sudah menjalani kebiasaan berbuat baik ke sesama selama lebih dari 10 tahun. Jadi sulit bagi dirinya untuk menghilangkan kebiasaan itu.
Bahkan, selama lebih dari 10 tahun lalu, mobilnya tidak pernah kosong dari beras. Selalu ada dua sampai tiga karung beras yang dibawa saat berkunjung ke daerah.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk antisipasi jika ada warga yang sewaktu-waktu kekurangan beras. Sehingga dirinya bisa langsung memberikan persediaan beras yang ada dalam mobilnya itu.
"Sudah tujuh bulan dompet saya kosong, stok beras di dalam mobil juga sekarang tidak ada," ujarnya.
Atas hal tersebut, mantan Bupati Purwakarta yang mencalonkan menjadi anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan VII (Purwakarta, Karawang, dan Bekasi) merasa tersiksa karena selama menjelang pileg ini dirinya tidak bisa berbagi ke sesama.
"Jadi kalau boleh jujur, sebenarnya ngebatin (tidak bisa berbagi ke sesama)," kata Dedi.
Meski begitu, ia berusaha untuk sementara menghentikan kebiasaan yang dijalaninya selama lebih dari 10 tahun itu sebab aturannya jelas, Bawaslu melarang praktik poltik uang.
Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019