Jakarta (ANTARA) - Hasil survei Indodata yang diumumkan di Jakarta, Senin, menunjukkan mayoritas milenial Muhammadiyah, yakni 62 persen, memilih pasangan capres-cawapres Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin.
Pemilih milenial Muhammadiyah dengan rentang usia 17-22 tahun sebanyak 62,50 persen mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf, sementara 31,30 persen mendukung Prabowo-Sandi.
Sementara pemilih milenial NU sebanyak 28,90 persen mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf dan sebanyak 71,10 persen memilih Prabowo-Sandi.
"Untuk massa NU yang mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin didominasi umur 23 tahun ke atas," ujar Direktur Eksekutif Indodata Danis Wahidin.
Survei Indodata dilakukan 24 Maret 2019 hingga 7 April 2019. Jumlah responden 1.200 orang dan margin error 2,8 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Koordinator Jaringan Intelektual Berkemajuan (JIB) Dr Abdullah Sumrahadi mengatakan visi kebangsaan dan keagamaan yang dimiliki Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin di mata kalangan milenial Muhammadiyah lebih sesuai bagi Indonesia karena komitmen teguh mereka pada Pancasila, nilai-nilai agama yang moderat, serta budaya masyarakat Indonesia.
"Warga milenial Muhammadiyah merasa terpanggil untuk memberikan suara mereka. Sebab Muhammadiyah sendiri merupakan organisasi keagamaan yang moderat, komitmen pada kemajuan ilmu dan pembangunan masyarakat," ujarnya.
Menurut Abdullah, generasi baru Muhammadiyah ini lebih percaya diri tampil sebagai wakil organisasi meskipun untuk itu kadang mereka dikritik oleh sebagian kecil tokoh-tokoh tua yang memiliki posisi politik berseberangan dengan sikap dan pandangan mereka.
"Bukan berarti kalangan milenial ini ingin membawa Muhammadiyah terjun langsung ke politik praktis," kata alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Menurut Abdullah, yang terjadi adalah suatu penegasan bahwa melalui generasi baru ini, Muhammadiyah ingin memperkuat peran kebangsaannya untuk ambil bagian langsung mencegah pemaksaan kehendak, politisasi akidah, radikalisme agama dan ambiguitas sosial yang terjadi sebagai dampak politik global ke dalam politik Indonesia.
Dalam Pilpres 2019, eksponen muda Muhammadiyah yang mendeklarasikan dukungan pada Jokowi-Ma'ruf antara lain bergabung dalam Rumah Indonesia Berkemajuan, Jaringan Pengusaha Muda Muhammadiyah (JPMU), Jaringan Matahari, Merah Hati, dan Jaringan Intelektual Berkemajuan (JIB).
Pemilih milenial Muhammadiyah dengan rentang usia 17-22 tahun sebanyak 62,50 persen mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf, sementara 31,30 persen mendukung Prabowo-Sandi.
Sementara pemilih milenial NU sebanyak 28,90 persen mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf dan sebanyak 71,10 persen memilih Prabowo-Sandi.
"Untuk massa NU yang mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin didominasi umur 23 tahun ke atas," ujar Direktur Eksekutif Indodata Danis Wahidin.
Survei Indodata dilakukan 24 Maret 2019 hingga 7 April 2019. Jumlah responden 1.200 orang dan margin error 2,8 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Koordinator Jaringan Intelektual Berkemajuan (JIB) Dr Abdullah Sumrahadi mengatakan visi kebangsaan dan keagamaan yang dimiliki Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin di mata kalangan milenial Muhammadiyah lebih sesuai bagi Indonesia karena komitmen teguh mereka pada Pancasila, nilai-nilai agama yang moderat, serta budaya masyarakat Indonesia.
"Warga milenial Muhammadiyah merasa terpanggil untuk memberikan suara mereka. Sebab Muhammadiyah sendiri merupakan organisasi keagamaan yang moderat, komitmen pada kemajuan ilmu dan pembangunan masyarakat," ujarnya.
Menurut Abdullah, generasi baru Muhammadiyah ini lebih percaya diri tampil sebagai wakil organisasi meskipun untuk itu kadang mereka dikritik oleh sebagian kecil tokoh-tokoh tua yang memiliki posisi politik berseberangan dengan sikap dan pandangan mereka.
"Bukan berarti kalangan milenial ini ingin membawa Muhammadiyah terjun langsung ke politik praktis," kata alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Menurut Abdullah, yang terjadi adalah suatu penegasan bahwa melalui generasi baru ini, Muhammadiyah ingin memperkuat peran kebangsaannya untuk ambil bagian langsung mencegah pemaksaan kehendak, politisasi akidah, radikalisme agama dan ambiguitas sosial yang terjadi sebagai dampak politik global ke dalam politik Indonesia.
Dalam Pilpres 2019, eksponen muda Muhammadiyah yang mendeklarasikan dukungan pada Jokowi-Ma'ruf antara lain bergabung dalam Rumah Indonesia Berkemajuan, Jaringan Pengusaha Muda Muhammadiyah (JPMU), Jaringan Matahari, Merah Hati, dan Jaringan Intelektual Berkemajuan (JIB).
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019