Yogyakarta (ANTARA) - Calon Wakil Presiden nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin bersilaturahmi dengan para kiai serta pengurus wilayah dan pengurus cabang Nahdlatul Ulama (NU) Yogyakarta di Pondok Pesantren Al Habibiyah, Bantul, Yogyakarta, Kamis.
Silaturrahmi tersebut dilakukan dalam suasana santai, yang disebut "leyeh-leyeh". Pada kesempatan tersebut, Kiai Ma'ruf bercerita, bahwa dirinya tidak menyangka akan menjadi calon wakil presiden (Cawapres), karena sejak kecil tidak pernah bercita-cita jadi wakil presiden.
Menurut Kiai Ma'ruf, orang tuanya menginginkan dirinya menjadi kiai, sehingga setelah lulus madrasah Ibtidaiyah, di Kabupaten Serang, dia melanjutkan pendidikan ke Pondok pesantren.
Namun, Jalan yang ditunjukkan Allah SWT, kata dia, kadang-kadang di luar perkiraannya. Ketika dirinya, terpilih menjadi Rais Am PBNU, Kiai Ma'ruf mengaku tidak mencalonkan atau dicalonkan.
Pada forum tersebut, menurut Kiai Ma'ruf, dirinya hanya mengusulkan kriteria Rais Am, sepatutnya sebagai maqom bukan struktural. "Rais Am itu adalah kiai-nya kiai, sehingga harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dan ahli hukum Islam, agar semua kebijakan ya sesuai fiqih," katanya.
Kriteria lainnya yang diusulkan, kata dian Rais Am PBNU harus seorang organisator agar NU bisa dikelola dengan baik. "Rais Am juga harus dapat menggerakkan ulama untuk memperbaiki dan melayani umat," katanya.
"Saya cuma mengusulkan kriteria yang lebih tepat sebagai Rais Am, tapi kemudian saya yang dipilih menjadi Rais Am," katanya.
Demikian juga ketika dirinya, dipilih menjadi cawapres, oleh capres petahana Joko Widodo, di luar dugaannya. "Saya menerima menjadi cawapres, dengan berbagai pertimbangan," katanya.
Waktu itu, kata Kiai Ma'ruf, PBNU membuat komitmen dengan Capres petahana, jika memilih kader NU sebagai cawapres, maka NU akan mendukung penuh. "Ada beberapa nama yang disebut PBNU, tapi kemudian Pak Jokowi memilih saya sebagai cawapres," katanya.
Kiai Ma'ruf mengaku, dirinya menerima menjadi cawapres dengan sejumlah pertimbangan untuk berkontribusi pada pembangunan, negara, bangsa, dan keumatan.
Baca juga: Kiai Ma'ruf tandatangani lukisan prasasti untuk semangat pemenangan
Baca juga: Masyarakat NU Yogyakarta deklarasikan dukungan untuk Jokowi-Ma'ruf
Baca juga: Ma'ruf Amin sepakat pada Gerakan Rabu Putih
Silaturrahmi tersebut dilakukan dalam suasana santai, yang disebut "leyeh-leyeh". Pada kesempatan tersebut, Kiai Ma'ruf bercerita, bahwa dirinya tidak menyangka akan menjadi calon wakil presiden (Cawapres), karena sejak kecil tidak pernah bercita-cita jadi wakil presiden.
Menurut Kiai Ma'ruf, orang tuanya menginginkan dirinya menjadi kiai, sehingga setelah lulus madrasah Ibtidaiyah, di Kabupaten Serang, dia melanjutkan pendidikan ke Pondok pesantren.
Namun, Jalan yang ditunjukkan Allah SWT, kata dia, kadang-kadang di luar perkiraannya. Ketika dirinya, terpilih menjadi Rais Am PBNU, Kiai Ma'ruf mengaku tidak mencalonkan atau dicalonkan.
Pada forum tersebut, menurut Kiai Ma'ruf, dirinya hanya mengusulkan kriteria Rais Am, sepatutnya sebagai maqom bukan struktural. "Rais Am itu adalah kiai-nya kiai, sehingga harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dan ahli hukum Islam, agar semua kebijakan ya sesuai fiqih," katanya.
Kriteria lainnya yang diusulkan, kata dian Rais Am PBNU harus seorang organisator agar NU bisa dikelola dengan baik. "Rais Am juga harus dapat menggerakkan ulama untuk memperbaiki dan melayani umat," katanya.
"Saya cuma mengusulkan kriteria yang lebih tepat sebagai Rais Am, tapi kemudian saya yang dipilih menjadi Rais Am," katanya.
Demikian juga ketika dirinya, dipilih menjadi cawapres, oleh capres petahana Joko Widodo, di luar dugaannya. "Saya menerima menjadi cawapres, dengan berbagai pertimbangan," katanya.
Waktu itu, kata Kiai Ma'ruf, PBNU membuat komitmen dengan Capres petahana, jika memilih kader NU sebagai cawapres, maka NU akan mendukung penuh. "Ada beberapa nama yang disebut PBNU, tapi kemudian Pak Jokowi memilih saya sebagai cawapres," katanya.
Kiai Ma'ruf mengaku, dirinya menerima menjadi cawapres dengan sejumlah pertimbangan untuk berkontribusi pada pembangunan, negara, bangsa, dan keumatan.
Baca juga: Kiai Ma'ruf tandatangani lukisan prasasti untuk semangat pemenangan
Baca juga: Masyarakat NU Yogyakarta deklarasikan dukungan untuk Jokowi-Ma'ruf
Baca juga: Ma'ruf Amin sepakat pada Gerakan Rabu Putih
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2019