Jakarta (ANTARA) - Dua tempat pemungutan suara (TPS) akan didirikan di lahan bekas gusur Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Pemilu 2019 yang akan digelar 17 April mendatang.
Ketua RT12, RW04 Kampung Akuarium, Topaz Juanda di Jakarta, Selasa, mengatakan TPS 33 dan TPS 40 akan berdiri di lapangan dan lahan dekat mushola untuk memfasilitasi hak warga saat pemilu.
“Dua TPS dibangun untuk kurang lebih 400 pemilih di Kampung Akuarium, jadi kami tidak lagi menumpang TPS,” kata Topaz saat ditemui dekat rumahnya di Shelter Blok C, Kampung Akuarium, Jakarta, Selasa.
Pernyataan itu diungkapkan Topaz karena setelah kena gusur pada 2016, warga Kampung Akuarium sempat menumpang ke TPS 16 dan TPS 17 pada pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada 2017.
Topaz menjelaskan sebanyak 271 warga Kampung Akuarium telah terdaftar sebagai pemilih pada TPS 40, sementara di TPS 33 jumlah pemilih sebanyak 211 orang.
“Cuma data itu masih belum akurat karena ada delapan orang yang meninggal di daftar pemilih tetap (DPT) TPS 40, dan 11 orang juga sudah wafat di DPT TPS 33,” terang Topaz.
Menurut Topaz, daftar pemilih yang tercantum dalam DPT di dua TPS merupakan data 2013 yang sebenarnya telah direvisi oleh pengurus RT.
“Saya bingung juga saat melihat DPT, warga yang sudah meninggal, namanya masuk lagi, padahal bulan lalu sudah saya revisi sampai tiga kali,” jelas Topaz.
Dalam kesempatan berbeda, tokoh Kampung Akuarium, Dharma Diani mengatakan adanya dua TPS dalam areal pemukiman merupakan suatu kewajaran yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk memfasilitasi hak politik warga.
Alasannya, Kampung Akuarium telah kembali memiliki RT beserta perangkatnya sejak April 2018 atau sekitar dua tahun setelah kena gusur paksa pada 2016.
“RT-nya ada, KTP sudah aktif lagi sejak Januari 2018. Jadi wajar ada TPS buat warga memilih,” terang Dharma saat ditemui tengah mengurus kebun di halaman hunian sementara (shelter).
Dalam kesempatan berbeda, Rini Irawati, warga RT12, mengaku antusias karena dapat memilih di TPS yang terletak dalam Kampung Akuarium.
“Saya semangat sekali memilih. Kemarin (saat kena gusur, red) memilih itu rasanya susah sekali. Sekarang di Kampung Akuarium ada dua TPS,” kata Rini saat ditemui tengah mengasuh cucunya di halaman shelter.
Namun, Rini mengatakan ia belum menerima undangan untuk memilih dari pengurus RT.
“Tapi nama saya sudah dicocokkan di DPT. Dan saya punya KTP elektronik jadi siap untuk memilih,” jelas Rini.
Warga lain, Musdalifah juga mengaku antusias untuk memilih karena pemilu merupakan pesta demokrasi yang diselenggarakan tiap lima tahun sekali.
“Saya antusias banget karena pemilu cuma lima tahun sekali. Sayang kalau tidak milih,” kata Musdalifah saat ditemui tengah mencuci pakaian di depan shelter.
Ia berharap pemimpin terpilih dapat memperhatikan keadaan rakyat kecil, khususnya warga Kampung Akuarium yang belum sepenuhnya pulih dari insiden gusur paksa.
Senada dengan Musdalifah, Sukarti, warga, mengatakan ia siap ikut pemilu serentak pada 17 April.
“Kemarin Pak RT (Topaz, red) sudah datang ke rumah cocokin data dengan DPT. Lagipula KTP juga sudah aktif lagi,” kata Sukarti.
Sebelum kena gusur paksa pada 2016, Kampung Akuarium dihuni sekitar 93 kepala keluarga (KK) atau sekitar 500 warga yang bekerja sebagai buruh pabrik, pedagang, dan nelayan. Namun setelah kena gusur, Kampung Akuarium dihuni 85 KK atau sekitar 400 warga.
Jumlah penghuni Kampung Akuarium berkurang karena saat penggusuran beberapa warga pindah ke rumah susun dan kembali ke kampung halaman.
Pada April 2016 Pemprov DKI Jakarta yang saat itu dipimpin Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menggusur Kampung Akuarium.
Penggusuran ini menjadi salah satu bahasan menarik saat pilkada DKI Jakarta 2017.
Anies Baswedan yang memenangi Pilkada kemudian berjanji akan membangun kembali Kampung Akuarium
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019