Karawang, Jawa Barat (ANTARA News) - Politikus Partai Golkar, Mukhammad Misbakhun, mengkritisi pidato politik Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang berisi rekomendasi untuk presiden mendatang.
"Apa yang disampaikan AHY terkesan menggurui, karena AHY masih minim pengalaman di bidang politik dan pemerintahannya," kata Misbakhun, melalui pernyataan tertulisnya yang diterima, di Karawang, Sabtu.
Partai Golkar merupakan anggota koalisi partai politik pendukung pasangan calon presiden-wakil presiden, Jokowi-KH Ma'ruf Amin; sementara Partai Demokrat mendukung pasangan calon presiden-wakil presiden, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Menurut Misbakhun, rekomendasi-rekomendasi yang disampaikan AHY untuk presiden mendatang rasanya terlalu prematur, mengingat kontestasi pemilihan presiden saat ini sedang berlangsung.
Anggota Komisi XI DPR ini menegaskan, AHY lebih baik menyampaikan rekomendasi politiknya kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. "Apalagi Partai Demokrat adalah partai pengusung capres-cawapres 02," katanya.
Menurut dia, masukan rekomendasi AHY itu sebagai bagian dari program-program kerja dalam kampanye bersama.
Lebih lanjut dia menduga, pidato politik AHY di panggung megah yang disiarkan langsung oleh televisi justru mencerminkan kegelisahan Partai Demokrat, sebagai pengusung Prabowo-Sandi.
Dalam analisis Misbakhun, pidato AHY memunculkan kesan koalisi pengusung Prabowo-Sandi tak terlalu menggubris partai yang dipimpin Susilo Yudhoyono itu.
“Demokrat ini dulu pernah membawa AHY untuk menjadi cawapres ke partai-partai koalisi tetapi tidak bisa dicalonkan. Sekarang AHY muncul di panggung eksklusif nan megah dan berpidato," katanya.
Wakil rakyat asal Pasuruan, Jawa Timur itu juga menilai, isi pidato AHY malah menunjukkan PD tak punya solusi teknis atas berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia. Padahal, kata Misbakhun, partai politik adalah alat perjuangan untuk mencapai cita-cita besar rakyat Indonesia.
“Di saat paslon capres dan cawapres sudah bicara biodiesel dan B20, bicara unicorn dan Palapa Ring sebagai infrastrukturnya, Partai Demokrat masih berkutat membicarakan masalah, bukan solusi. Masih sangat umum, global dan jauh dari detil teknis penyelesaian masalahnya,” kata Misbakhun.
Lebih lanjut dia menyarankan AHY lebih sering bergaul dengan berbagai kalangan ketimbang tampil eksklusif di panggung. Menurut dia, hal itu juga untuk menempa AHY agar bisa berjiwa besar alam menyikapi sebuah keputusan politik yang tak selalu menguntungkan putra sulung SBY itu ataupun PD.
“Paslon capres dan cawapres saat ini adalah putra-putra terbaik bangsa, yang sedang berdiri di panggung rakyat. SBY terlalu memaksakan untuk mendudukkan AHY sejajar dengan capres-cawapres yang saat ini sedang melakukan konstestasi. Mendudukkan AHY yang miskin pengalaman dan rekam jejak untuk merasa pantas menyampaikan rekomendasi kepada presiden yang akan datang, sama saja SBY meletakkan Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'aruf lebih rendah dari AHY,” ujar Misbakhun.
"Apa yang disampaikan AHY terkesan menggurui, karena AHY masih minim pengalaman di bidang politik dan pemerintahannya," kata Misbakhun, melalui pernyataan tertulisnya yang diterima, di Karawang, Sabtu.
Partai Golkar merupakan anggota koalisi partai politik pendukung pasangan calon presiden-wakil presiden, Jokowi-KH Ma'ruf Amin; sementara Partai Demokrat mendukung pasangan calon presiden-wakil presiden, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Menurut Misbakhun, rekomendasi-rekomendasi yang disampaikan AHY untuk presiden mendatang rasanya terlalu prematur, mengingat kontestasi pemilihan presiden saat ini sedang berlangsung.
Anggota Komisi XI DPR ini menegaskan, AHY lebih baik menyampaikan rekomendasi politiknya kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. "Apalagi Partai Demokrat adalah partai pengusung capres-cawapres 02," katanya.
Menurut dia, masukan rekomendasi AHY itu sebagai bagian dari program-program kerja dalam kampanye bersama.
Lebih lanjut dia menduga, pidato politik AHY di panggung megah yang disiarkan langsung oleh televisi justru mencerminkan kegelisahan Partai Demokrat, sebagai pengusung Prabowo-Sandi.
Dalam analisis Misbakhun, pidato AHY memunculkan kesan koalisi pengusung Prabowo-Sandi tak terlalu menggubris partai yang dipimpin Susilo Yudhoyono itu.
“Demokrat ini dulu pernah membawa AHY untuk menjadi cawapres ke partai-partai koalisi tetapi tidak bisa dicalonkan. Sekarang AHY muncul di panggung eksklusif nan megah dan berpidato," katanya.
Wakil rakyat asal Pasuruan, Jawa Timur itu juga menilai, isi pidato AHY malah menunjukkan PD tak punya solusi teknis atas berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia. Padahal, kata Misbakhun, partai politik adalah alat perjuangan untuk mencapai cita-cita besar rakyat Indonesia.
“Di saat paslon capres dan cawapres sudah bicara biodiesel dan B20, bicara unicorn dan Palapa Ring sebagai infrastrukturnya, Partai Demokrat masih berkutat membicarakan masalah, bukan solusi. Masih sangat umum, global dan jauh dari detil teknis penyelesaian masalahnya,” kata Misbakhun.
Lebih lanjut dia menyarankan AHY lebih sering bergaul dengan berbagai kalangan ketimbang tampil eksklusif di panggung. Menurut dia, hal itu juga untuk menempa AHY agar bisa berjiwa besar alam menyikapi sebuah keputusan politik yang tak selalu menguntungkan putra sulung SBY itu ataupun PD.
“Paslon capres dan cawapres saat ini adalah putra-putra terbaik bangsa, yang sedang berdiri di panggung rakyat. SBY terlalu memaksakan untuk mendudukkan AHY sejajar dengan capres-cawapres yang saat ini sedang melakukan konstestasi. Mendudukkan AHY yang miskin pengalaman dan rekam jejak untuk merasa pantas menyampaikan rekomendasi kepada presiden yang akan datang, sama saja SBY meletakkan Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'aruf lebih rendah dari AHY,” ujar Misbakhun.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019