Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Helmy Faishal Zaini mengatakan sebaiknya Fadli Zon meminta maaf soal puisi berjudul "Doa yang Tertukar" yang mengaitkan dengan KH Maimoen Zubair.
"Ya, sebagai yang masih muda sebaiknya yang bersangkutan meminta maaf dan segera 'sowan' kepada Mbah Moen," kata Helmy kepada wartawan di Jakarta, Jumat.
Dia meyakini Kiai Maimoen sudah memaafkan tanpa dimintai maaf tapi etika dan adab mengajarkan untuk meminta maaf apalagi kepada yang lebih sepuh dan alim.
Menurut dia, Fadli yang menulis puisi tersebut menyinggung perasaan keluarga besar Nahdlatul Ulama. Puisi tersebut jika dilihat dari konteks rangkaian peristiwa tentu sangat berkaitan dengan apa yang terjadi di Sarang, Rembang.
Helmy menilai bahwa tindakan Fadli Zon yang membuat puisi polemis tersebut sangat tidak pantas.
"Kami menilai puisi itu sarat dengan muatan ketidaksopanan dan menyinggung keluarga besar Nahdlatul Ulama. Sebab Mbah Moen adalah kiai sepuh dan ulama karismatik yang sangat kami hormati di lingkungan Nahdlatul Ulama. Kita harus menghormati beliau," kata dia.
"Ya, sebagai yang masih muda sebaiknya yang bersangkutan meminta maaf dan segera 'sowan' kepada Mbah Moen," kata Helmy kepada wartawan di Jakarta, Jumat.
Dia meyakini Kiai Maimoen sudah memaafkan tanpa dimintai maaf tapi etika dan adab mengajarkan untuk meminta maaf apalagi kepada yang lebih sepuh dan alim.
Menurut dia, Fadli yang menulis puisi tersebut menyinggung perasaan keluarga besar Nahdlatul Ulama. Puisi tersebut jika dilihat dari konteks rangkaian peristiwa tentu sangat berkaitan dengan apa yang terjadi di Sarang, Rembang.
Helmy menilai bahwa tindakan Fadli Zon yang membuat puisi polemis tersebut sangat tidak pantas.
"Kami menilai puisi itu sarat dengan muatan ketidaksopanan dan menyinggung keluarga besar Nahdlatul Ulama. Sebab Mbah Moen adalah kiai sepuh dan ulama karismatik yang sangat kami hormati di lingkungan Nahdlatul Ulama. Kita harus menghormati beliau," kata dia.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2019
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2019