Tangkal SARA, Gusdurian Sulawesi serukan pemilu damai

Delapan parpol penuhi ambang batas parlemen, PDIP suara terbanyak
Ibu Shinta Nuriyah Wahid saat menyampaikan humor Gus Dur dalam peringatan dua tahun wafatnya alm. KH. Abdul Rahman Wahid di Jakarta. Peringatan wafatnya mantan Presiden RI keempat tersebut dilakukan secara unik dengan membincangkan humor-humor Gus Dur yang dikenal humoris. (FOTO ANTARA/Reno Esnir)
Tanpa kita disadari, isu tersebut berjalan senyap dan bermain di alam bawah sadar kita
Makassar (ANTARA News) - Jaringan Gusdurian Sulawesi mengajak publik di daerah itu mewujudkan pemilu yang damai serta bermartabat dengan bersama-sama menangkal isu negatif, berita bohong serta politisasi Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA).

"Tanpa kita disadari, isu tersebut berjalan senyap dan bermain di alam bawah sadar kita. Parahnya, hal itu tidak hanya disebarkan oleh orang-orang awam, tapi juga orang yang berpendidikan," ujar Presidium Gusdurian Sulawesi Suaib Amin Prawono di Makassar, Sabtu.

Menurut dia, Pemilu 2019 sangat rawan konflik sebab dalam beberapa tahun terakhir, informasi tidak benar atau hoaks dan isu SARA sering kali dipakai mewarnai perhelatan politik bangsa ini.

Karena itu, diperlukan dorongan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menangkal isu-isu tersebut dan mengecek kebenaran agar tidak terpicu isu yang dihembuskan kelompok tertentu yang bertujuan memecah belah persatuan.

Selain itu, fenomena sekarang terjadi karena minimnya gagasan dan juga disebabkan hasrat berkuasa lebih dominan ketimbang upaya untuk menegakkan prinsip kemanusiaan dalam berpolitik.

Akibatnya, nilai-nilai kemanusiaan yang sejatinya menjadi basis perjuangan politik menjadi terlupakan dan keluar dari jalur seharusnya.

Bahkan narasi politik telah "berseliweran" di berbagai media sosial yang terlihat semakin tidak mendidik. Karena tidak hanya diwarnai berita-berita bohong, tapi juga kebencian, dendam dan kecurigaan antarmasing-masing pendukung pasangan calon.

"Tentu hal ini sangat berbahaya, sebab fenomena tersebut tidak hanya berpotensi melahirkan konflik horizontal serta lemahnya ikatan solidaritas antarsesama, tapi berpotensi menciptakan disintegrasi bangsa," ungkap dia.

Jika sudah demikian, tutur Suaib, mimpi tentang pemilu damai akan menjadi sesuatu yang mustahil diwujudkan. Tentunya diperlukan kewarasan dalam menentukan pilihan dan kesadaran melihat adanya serangan-serangan tersebut.

Pada konteks inilah, kata dia, penting untuk terus menyuarakan pemilu damai. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah terus mewacanakan pentingnya kesadaran berdemokrasi dengan melibatkan semua kalangan.

"Kita berharap demokrasi tidak hanya dipahami sebatas instrumen politik, tapi lebih dari itu, menjadi basis nilai kemanusiaan," katanya di sela ?dialog publik bertema "Demokrasi, Jalan Menuju Pemilu Damai di Warkop Bundu Makassar".

Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan itu, pengamat politik Dr Firdaus Muhammad, Komisioner KPU Sulsel Asram Jaya, Komisioner Bawaslu Sulsel Saiful Jihad dan Direktur Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulsel Iqbal Arsyad.

Baca juga: Jaringan Gusdurian terima Asia Democracy and Human Rights Award 2018

Baca juga: Dukungan Gusdurian dinilai berpengaruh pada Jokowi-Ma'ruf

Baca juga: Komunitas Gusdurian gelar aksi solidaritas untuk kedamaian NKRI

 
Pewarta:
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2019
JK dan kepala daerah bahas pemenangan Jokowi di Makassar Sebelumnya

JK dan kepala daerah bahas pemenangan Jokowi di Makassar

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS Selanjutnya

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS