Pak Jokowi mengingatkan semua pihak, bahwa perbedaan sikap politik itu biasa dalam negara demokrasi. Jangan sampai, karena perbedaan pilihan politik membuat kita semua menjadi terpecah-belah."Jakarta (ANTARA News) - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Tubagus Ece Hasan Syadzily, mengatakan pernyataan Presiden Joko Widodo adalah mengingatkan semua pihak untuk tetap menjaga kerukunan dan persatuan bangsa.
"Pak Jokowi mengingatkan semua pihak, bahwa perbedaan sikap politik itu biasa dalam negara demokrasi. Jangan sampai, karena perbedaan pilihan politik membuat kita semua menjadi terpecah-belah," kata Tubagus Ace Hasan Syadzily melalui telepon selulernya, di Jakata, Jumat. Ace Hasan Syadzily mengatakan hal itu ketika diminta tanggapannya mengenai pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut "politik genderuwo.
Menurut Ace Hasan, sebagai bangsa Indonesia maka semua pihak harus terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Politisi Partai Golkar ini menjelaskan, pernyataan politik genderuwo adalah istilah simbolik yang ditunjukan kepada pihak-pihak yang selalu melontarkan pernyataan-pernyataan kebohongan, negatif, serta pandangan pesimistis tentang bangsa ini. "Seakan-akan Indonesia menghadapi krisis ekonomi yang menakutkan dengan menyebut bahwa harga-harga di pasar mengalami kenaikan. Membuat masyarakat gelisah," katanya.
Padahal, kata Ace, kalau mencermati situasi dan kondisinya Indonesia semakin semakin membaik. pertumbuhan ekonomi nasional positif lebih dari lima persen. "Nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini sudah menguat tajam sampai Rp14.600 per dolar AS. Angka inflasi juga rendah dan terkendali," katanya.
Menurut Ace Hasan, pernyataan Presiden Joko Widodo tersebut bukan ditujukan kepada orang per orang tapi ditujukan politisi secara umum yang sering melontarkan pernyataan-pernyataan provokatif serta membangun pesimisme, kegelisahan, dan ketidakpastian.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018