Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa hasil Pilpres 2019 sebagai simbol politik di tingkat elit.
"Rekonsialisai ini sebagai simbol bahwa Prabowo mengakui Jokowi sebagai Presiden Indonesia yang dilahirkan dari proses yang demokratis," katanya saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Adi menjelaskan dengan rekonsiliasi ini dapat diartikan pendukung Prabowo-Sandiaga yang jumlahnya kurang lebih 68 juta itu dapat menerima Jokowi sebagai Presiden Indonesia yang terpilih.
Setelah putusan MK yang menolak permohonan pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden nomor urut 02, dalam pidatonya Prabowo belum mengucapkan selamat atas terpilih Jokowi sebagai presiden terpilih.
Menurut akademisi UIN Syarif Hidayatullah itu, sikap yang ditampilkan Prabowo saat membacakan pidato dapat melanggengkan narasi kecurangan pemilu yang sudah ada sejak penetapan KPU.
"Semakin mereka tidak mau bertemu, maka masyarakat di bawah akan semakin lama untuk kondusif," ujarnya lagi.
Baca juga: Fahri Hamzah: Rekonsiliasi harus dilakukan pascaputusan MK
Menurut dia, pertemuan tersebut jika terjadi menjadi penanda islah karena Jokowi dan Prabowo adalah simbol pertarungan politik saat ini. Apabila mereka bertemu dan menyampaikan pidato kenegaraan, lanjut Adi, masyarakat yang berada di garis bawah akan mengikuti para pimpinannya yang di atas.
Ketika ditanyakan terkait dampak rekonsiliasi, Adi mengatakan efeknya akan sangat besar terutama bagi para pendukung kedua calon.
Adi berpandangan Prabowo perlu berkonsolidasi dengan partai pendukungnya dalam menentukan langkah selanjutnya untuk menenangkan kondisi setelah putusan MK.
Baca juga: Megawati dorong pemimpin bangun semangat persaudaraan dan persatuan
Menurutnya, rekonsiliasi ini dapat ditunjukkan dengan simbol-simbol seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya, antara lain makan nasi goreng atau naik kuda bersama.
Simbol seperti itu perlu ditunjukkan di depan masyarakat yang terbelah di bawah isu yg berkaitan dengan hoaks dan fitnah, katanya lagi.
"Rekonsialisai ini sebagai simbol bahwa Prabowo mengakui Jokowi sebagai Presiden Indonesia yang dilahirkan dari proses yang demokratis," katanya saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Adi menjelaskan dengan rekonsiliasi ini dapat diartikan pendukung Prabowo-Sandiaga yang jumlahnya kurang lebih 68 juta itu dapat menerima Jokowi sebagai Presiden Indonesia yang terpilih.
Setelah putusan MK yang menolak permohonan pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden nomor urut 02, dalam pidatonya Prabowo belum mengucapkan selamat atas terpilih Jokowi sebagai presiden terpilih.
Menurut akademisi UIN Syarif Hidayatullah itu, sikap yang ditampilkan Prabowo saat membacakan pidato dapat melanggengkan narasi kecurangan pemilu yang sudah ada sejak penetapan KPU.
"Semakin mereka tidak mau bertemu, maka masyarakat di bawah akan semakin lama untuk kondusif," ujarnya lagi.
Baca juga: Fahri Hamzah: Rekonsiliasi harus dilakukan pascaputusan MK
Menurut dia, pertemuan tersebut jika terjadi menjadi penanda islah karena Jokowi dan Prabowo adalah simbol pertarungan politik saat ini. Apabila mereka bertemu dan menyampaikan pidato kenegaraan, lanjut Adi, masyarakat yang berada di garis bawah akan mengikuti para pimpinannya yang di atas.
Ketika ditanyakan terkait dampak rekonsiliasi, Adi mengatakan efeknya akan sangat besar terutama bagi para pendukung kedua calon.
Adi berpandangan Prabowo perlu berkonsolidasi dengan partai pendukungnya dalam menentukan langkah selanjutnya untuk menenangkan kondisi setelah putusan MK.
Baca juga: Megawati dorong pemimpin bangun semangat persaudaraan dan persatuan
Menurutnya, rekonsiliasi ini dapat ditunjukkan dengan simbol-simbol seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya, antara lain makan nasi goreng atau naik kuda bersama.
Simbol seperti itu perlu ditunjukkan di depan masyarakat yang terbelah di bawah isu yg berkaitan dengan hoaks dan fitnah, katanya lagi.
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019