Pekanbaru (ANTARA) - Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno melakukan takziah ke rumah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019 yang meninggal dunia, Hazairin, di Jalan Bunga Tanjung, Kelurahan Delima, Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu.
Sandiaga bersama rombongan tiba di kediaman almarhum pukul 10.40 WIB. Sandiaga disambut hangat oleh istri dan empat anak almarhum. Masih tampak duka menyelimuti keluarga almarhum Hazairin yang meninggal akibat kelelahan dalam tugas pemilu serentak, tepatnya pada 29 April lalu. Hazairin adalah satu dari 15 orang penyelenggara Pemilu 2019 di Riau yang meninggal dunia.
"Saya bersama keluarga besar almarhum Bapak Hazairin, putra dan putrinya di sini baru saja selesai takziah, kita semua berdoa agar Pak Hazairin husnul khotimah. Semoga perjuangan beliau diridai Allah SWT," ujar Sandiaga Uno.
Dari dialog Sandiaga bersama keluarga, almarhum dikenang sebagai sosok pekerja keras dan bertanggung jawab.
"Mendengar cerita tadi, bapak ini sangat inspiratif dan sangat berdedikasi tinggi. Beliau bertanggung jawab, komitmen dengan pekerjaan beliau untuk mengawal demokrasi kita, agar bisa berjalan dengan baik," ujar Cawapres yang lahir di Riau tersebut.
Sandiaga juga memberikan santunan kepada keluarga almarhum. Kehadiran Sandi mendapatkan sambutan antusias dari warga sekitar. Khususnya kaum ibu yang meminta berswafoto dengan Sandiaga.
Istri almarhum, Yulita Harni (53) sangat menyambut baik kunjungan Sandiaga Uno ke kediamannya.
Yulita menuturkan suaminya yang berumur 55 tahun tersebut kondisi kesehatannya sempat menurun sebelum menjalankan tugas sebagai Ketua KPPS di TPS 029 Tampan. Almarhum sempat dirawat di rumah sakit.
"Lima hari sebelum pencobloson, bapak sempat dirawat di rumah sakit. Lalu sehari sebelum 17 April, bapak keluar RS dan bertugas pada saat pencoblosan. Tapi sehari setelahnya kondisinya kembali menurun," ujarnya lagi.
Dia menambahkan, almarhum tetap memaksakan diri untuk berkendara menggunakan sepeda motor, lalu terjatuh. Pada 21 April, Hazairin dirawat kembali di RS, tapi kondisinya terus menurun hingga mengembuskan napas terakhir pada 29 April 2019. Pihak RSUD sempat mengeluarkan diagnosa tentang penyakit yang diderita almarhum.
Hazairin yang bekerja sebagai tukang las itu, meninggalkan istri dan anaknya. Dua anaknya telah bekerja dan dua lagi masih berstatus sebagai pelajar.
Sandiaga bersama rombongan tiba di kediaman almarhum pukul 10.40 WIB. Sandiaga disambut hangat oleh istri dan empat anak almarhum. Masih tampak duka menyelimuti keluarga almarhum Hazairin yang meninggal akibat kelelahan dalam tugas pemilu serentak, tepatnya pada 29 April lalu. Hazairin adalah satu dari 15 orang penyelenggara Pemilu 2019 di Riau yang meninggal dunia.
"Saya bersama keluarga besar almarhum Bapak Hazairin, putra dan putrinya di sini baru saja selesai takziah, kita semua berdoa agar Pak Hazairin husnul khotimah. Semoga perjuangan beliau diridai Allah SWT," ujar Sandiaga Uno.
Dari dialog Sandiaga bersama keluarga, almarhum dikenang sebagai sosok pekerja keras dan bertanggung jawab.
"Mendengar cerita tadi, bapak ini sangat inspiratif dan sangat berdedikasi tinggi. Beliau bertanggung jawab, komitmen dengan pekerjaan beliau untuk mengawal demokrasi kita, agar bisa berjalan dengan baik," ujar Cawapres yang lahir di Riau tersebut.
Sandiaga juga memberikan santunan kepada keluarga almarhum. Kehadiran Sandi mendapatkan sambutan antusias dari warga sekitar. Khususnya kaum ibu yang meminta berswafoto dengan Sandiaga.
Istri almarhum, Yulita Harni (53) sangat menyambut baik kunjungan Sandiaga Uno ke kediamannya.
Yulita menuturkan suaminya yang berumur 55 tahun tersebut kondisi kesehatannya sempat menurun sebelum menjalankan tugas sebagai Ketua KPPS di TPS 029 Tampan. Almarhum sempat dirawat di rumah sakit.
"Lima hari sebelum pencobloson, bapak sempat dirawat di rumah sakit. Lalu sehari sebelum 17 April, bapak keluar RS dan bertugas pada saat pencoblosan. Tapi sehari setelahnya kondisinya kembali menurun," ujarnya lagi.
Dia menambahkan, almarhum tetap memaksakan diri untuk berkendara menggunakan sepeda motor, lalu terjatuh. Pada 21 April, Hazairin dirawat kembali di RS, tapi kondisinya terus menurun hingga mengembuskan napas terakhir pada 29 April 2019. Pihak RSUD sempat mengeluarkan diagnosa tentang penyakit yang diderita almarhum.
Hazairin yang bekerja sebagai tukang las itu, meninggalkan istri dan anaknya. Dua anaknya telah bekerja dan dua lagi masih berstatus sebagai pelajar.
Pewarta: Diana Syafni
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019