Surabaya (ANTARA) - Lembaga Surabaya Consulting Group (SCG) menilai fenomena kehadiran pemilih yang tinggi dalam Pemilu Legislatif 2019 di Kota Surabaya, Jatim, dimana suara sah mencapai 1.466.876 membuat kenaikan suara yang dialami partai-partai besar seperti PDI Perjuangan yang tidak sejalan dengan kenaikan perbandingan persentasenya.
"PDI Perjuangan mengalami kenaikan jumlah pemilih dari pemilu 2014 sebanyak 356.208 suara menjadi 418.873 di Pemilu 2019, atau naik sebanyak 62.665 suara," kata Direktur Eksekutif Surabaya Consulting Group (SCG) Didik Prasetiyono kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.
Namun, lanjut dia, secara elektoral PDI Perjuangan Surabaya pada Pemilu Legislatif 2014 memperoleh 29.9 persen dari total suara sah, tetapi di Pemilu 2019 ini karena tingginya kehadiran pemilih maka bila dibandingkan dengan suara sah PDI Perjuangan Surabaya mengalami penurunan menjadi 28,56 persen atau turun sebanyak 1,34 persen.
Hal ini, menurut Didik, paralel dengan perolehan pasangan Capres-Cawapres, Jokowi-Ma'ruf yang di atas 70 persen di Kota Surabaya, partai-partai pendukung Jokowi-Ma'ruf juga memenangkan pemilu di Surabaya, seperti halnya PDIP (15 Kursi), PKB (5 kursi), Golkar (5 kursi), Nasdem (3 kursi), PPP (1 kursi) dan PSI (4 kursi).
"Jadi ada 33 dari 50 kursi atau 66 persen DPRD Kota Surabaya dimenangkan koalisi Jokowi-Ma'ruf," katanya.
Sementara kenaikan jumlah suara yang mampu dikonversi menjadi kursi adalah oleh Gokar (1 kursi), Nasdem (1 kursi) dan PSI (4 kursi). Bila diasumsikan partai pendukung Jokowi-Ma'ruf memperebutkan kue elektoral yang sama, kata Didik, maka dapat pula dikatakan secara statistik kemenangan Jokowi-Ma'ruf di Surabaya dinikmati oleh PSI, Golkar dan Nasdem, yang masing-masing mengalami kenaikan kursi di DPRD Surabaya.
Menurut dia, kecenderungan PSI mendapatkan suara tinggi ini tidak terjadi di semua wilayah, hanya terjadi di kota-kota besar yang konsumsi informasi pemilihnya tinggi, khususnya konsumsi informasi dari media sosial dimana PSI nasional relatif lebih tinggi volumenya dibanding partai pendukung Jokow-Ma'ruf lainnya.
"Di beberapa kota besar, PDI Perjuangan mengalami himpitan elektoral dengan PSI, termasuk di Kota Surabaya," katanya.
"PDI Perjuangan mengalami kenaikan jumlah pemilih dari pemilu 2014 sebanyak 356.208 suara menjadi 418.873 di Pemilu 2019, atau naik sebanyak 62.665 suara," kata Direktur Eksekutif Surabaya Consulting Group (SCG) Didik Prasetiyono kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.
Namun, lanjut dia, secara elektoral PDI Perjuangan Surabaya pada Pemilu Legislatif 2014 memperoleh 29.9 persen dari total suara sah, tetapi di Pemilu 2019 ini karena tingginya kehadiran pemilih maka bila dibandingkan dengan suara sah PDI Perjuangan Surabaya mengalami penurunan menjadi 28,56 persen atau turun sebanyak 1,34 persen.
Hal ini, menurut Didik, paralel dengan perolehan pasangan Capres-Cawapres, Jokowi-Ma'ruf yang di atas 70 persen di Kota Surabaya, partai-partai pendukung Jokowi-Ma'ruf juga memenangkan pemilu di Surabaya, seperti halnya PDIP (15 Kursi), PKB (5 kursi), Golkar (5 kursi), Nasdem (3 kursi), PPP (1 kursi) dan PSI (4 kursi).
"Jadi ada 33 dari 50 kursi atau 66 persen DPRD Kota Surabaya dimenangkan koalisi Jokowi-Ma'ruf," katanya.
Sementara kenaikan jumlah suara yang mampu dikonversi menjadi kursi adalah oleh Gokar (1 kursi), Nasdem (1 kursi) dan PSI (4 kursi). Bila diasumsikan partai pendukung Jokowi-Ma'ruf memperebutkan kue elektoral yang sama, kata Didik, maka dapat pula dikatakan secara statistik kemenangan Jokowi-Ma'ruf di Surabaya dinikmati oleh PSI, Golkar dan Nasdem, yang masing-masing mengalami kenaikan kursi di DPRD Surabaya.
Menurut dia, kecenderungan PSI mendapatkan suara tinggi ini tidak terjadi di semua wilayah, hanya terjadi di kota-kota besar yang konsumsi informasi pemilihnya tinggi, khususnya konsumsi informasi dari media sosial dimana PSI nasional relatif lebih tinggi volumenya dibanding partai pendukung Jokow-Ma'ruf lainnya.
"Di beberapa kota besar, PDI Perjuangan mengalami himpitan elektoral dengan PSI, termasuk di Kota Surabaya," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019