Surabaya (ANTARA) - Peneliti Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam menilai Partai Persatuan Indonesia (Perindo) di Kota Surabaya, Jawa Timur masih kalah kreatif dan progresif dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sehingga berdampak pada perolehan suara pada Pemilu Legislatif 2019.
"Ada beberapa faktor yang membuat Perindo kalah dengan PSI," kata Surokim Abdussalam, di Surabaya, Jumat.
Berdasarkan rekapitulasi hasil perolehan suara Pemilu 2019, perolehan suara partai politik dan caleg Perindo di Kota Surabaya sebanyak 42.770 suara, dengan perincian untuk Daerah Pemilihan (Dapil) 1 mendapat 8.351 suara, Dapil 2 mendapat 7.253 suara, Dapil 3 mendapat 11.399 suara, Dapil 4 mendapat 7.837 suara, dan Dapil 5 mendapat 7.930 suara.
Menurut dosen Komunikasi Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini, beberapa faktor yang dimaksud adalah pertama, pemilu serentak kali ini menunjukkan bahwa keunggulan perang udara tidak selalu berbanding lurus dengan keunggulan perang darat. Perang darat yang menentukan elektabilitas dan kekuatan udara masih butuh aktivasi di darat.
Khusus untuk pileg, kata dia, kuat di udara bukan jaminan karena banyak caleg menjadi tergantung aktivasi darat, siapa punya proximity atau kedekatan yang dipelihara dan diberikan harapan progresif buktinya ampuh menggaet "swing voters" pemilih perkotaan.
"Perindo masih kurang kuat mengaktivasi perang darat, sehingga kedekatan dengan konstituennya kalah mengakar," katanya lagi.
Kedua, lanjut dia, rekrutmen caleg yang bermental petarung elektoral dan punya daya jelajah kuat penetrasi pemilih di dapil terlihat kurang, sehingga masih sangat tergantung pada inisiatif partai dan tidak berani melakukan terobosan mandiri.
Ketiga, katanya lagi, narasi yang dibangun dan ditawarkan kurang kuat menyentuh sistem pikiran pemilih perkotaan, sehingga dianggap tidak memberi harapan progresif bagi pemilih "swing voters" atau jenis pemilih yang selalu menjadi ceruk suara yang diperebutkan dalam pemilu.
"Terakhir, ceruk dan peta pemilih yang digarap khususnya pemilih 'swing voters' kerap bertumpukan dan berimpitan dengan partai yang punya basis kuat secara tradisional," ujarnya lagi.
Sedangkan PSI, menurutnya, jauh lebih kreatif dan progresif dengan memperlihatkan calegnya punya semangat dan mandiri. Selain itu, lanjut dia, narasinya juga nonmainstream khususnya menyangkut politik nonhigh cost dan keberagaman serta enterpereneur muda itu seksi bagi pemilih muda dan "swing voters".
PSI juga mampu mengaktivasi kekuatan muda sebagai basis dan menawarkan solusi progresif hingga jadi pembeda yang relatif mudah diingat. "Ceruk-ceruk yang digarap PSI istilah manajemennya menerapkan 'blue ocean politics' berlayar sendiri tidak berebut kompetisi kepada konstituen yang padat dan kompetitif," katanya pula.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPD Perindo Kota Surabaya Toni Tamatompol mengakui bahwa Perindo kalah strategi dalam pemenangan Pemilu 2019. Meski demikian, lanjut dia, ada caleg Perindo yang memperoleh suara banyak di Dapil 3, namun suara partai tidak mendukung sehingga tidak lolos.
"Di Dapil 3 suaranya caleg dokter Sukma sampai 5.965 suara. Saya menyayangkan hal itu. Ini di luar dugaan saya," katanya lagi.
Menurut Toni, secara kualitas, sosok dokter Sukma Sadewa tidak perlu diragukan lagi jika seandainya terpilih menjadi anggota DPRD Surabaya. Selain itu, dokter Sukma juga dikenal suka berorganisasi sehingga tidak heran banyak jabatan organisasi yang melekat pada dirinya.
"Ada beberapa faktor yang membuat Perindo kalah dengan PSI," kata Surokim Abdussalam, di Surabaya, Jumat.
Berdasarkan rekapitulasi hasil perolehan suara Pemilu 2019, perolehan suara partai politik dan caleg Perindo di Kota Surabaya sebanyak 42.770 suara, dengan perincian untuk Daerah Pemilihan (Dapil) 1 mendapat 8.351 suara, Dapil 2 mendapat 7.253 suara, Dapil 3 mendapat 11.399 suara, Dapil 4 mendapat 7.837 suara, dan Dapil 5 mendapat 7.930 suara.
Menurut dosen Komunikasi Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini, beberapa faktor yang dimaksud adalah pertama, pemilu serentak kali ini menunjukkan bahwa keunggulan perang udara tidak selalu berbanding lurus dengan keunggulan perang darat. Perang darat yang menentukan elektabilitas dan kekuatan udara masih butuh aktivasi di darat.
Khusus untuk pileg, kata dia, kuat di udara bukan jaminan karena banyak caleg menjadi tergantung aktivasi darat, siapa punya proximity atau kedekatan yang dipelihara dan diberikan harapan progresif buktinya ampuh menggaet "swing voters" pemilih perkotaan.
"Perindo masih kurang kuat mengaktivasi perang darat, sehingga kedekatan dengan konstituennya kalah mengakar," katanya lagi.
Kedua, lanjut dia, rekrutmen caleg yang bermental petarung elektoral dan punya daya jelajah kuat penetrasi pemilih di dapil terlihat kurang, sehingga masih sangat tergantung pada inisiatif partai dan tidak berani melakukan terobosan mandiri.
Ketiga, katanya lagi, narasi yang dibangun dan ditawarkan kurang kuat menyentuh sistem pikiran pemilih perkotaan, sehingga dianggap tidak memberi harapan progresif bagi pemilih "swing voters" atau jenis pemilih yang selalu menjadi ceruk suara yang diperebutkan dalam pemilu.
"Terakhir, ceruk dan peta pemilih yang digarap khususnya pemilih 'swing voters' kerap bertumpukan dan berimpitan dengan partai yang punya basis kuat secara tradisional," ujarnya lagi.
Sedangkan PSI, menurutnya, jauh lebih kreatif dan progresif dengan memperlihatkan calegnya punya semangat dan mandiri. Selain itu, lanjut dia, narasinya juga nonmainstream khususnya menyangkut politik nonhigh cost dan keberagaman serta enterpereneur muda itu seksi bagi pemilih muda dan "swing voters".
PSI juga mampu mengaktivasi kekuatan muda sebagai basis dan menawarkan solusi progresif hingga jadi pembeda yang relatif mudah diingat. "Ceruk-ceruk yang digarap PSI istilah manajemennya menerapkan 'blue ocean politics' berlayar sendiri tidak berebut kompetisi kepada konstituen yang padat dan kompetitif," katanya pula.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPD Perindo Kota Surabaya Toni Tamatompol mengakui bahwa Perindo kalah strategi dalam pemenangan Pemilu 2019. Meski demikian, lanjut dia, ada caleg Perindo yang memperoleh suara banyak di Dapil 3, namun suara partai tidak mendukung sehingga tidak lolos.
"Di Dapil 3 suaranya caleg dokter Sukma sampai 5.965 suara. Saya menyayangkan hal itu. Ini di luar dugaan saya," katanya lagi.
Menurut Toni, secara kualitas, sosok dokter Sukma Sadewa tidak perlu diragukan lagi jika seandainya terpilih menjadi anggota DPRD Surabaya. Selain itu, dokter Sukma juga dikenal suka berorganisasi sehingga tidak heran banyak jabatan organisasi yang melekat pada dirinya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019