Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menyiapkan tiga jurus untuk menyelesaikan persoalan bangsa menyambut 100 tahun Indonesia Merdeka termasuk agar Indonesia tidak masuk dalam “middle income trap" , yakni pemerataan infrastruktur, reformasi birokrasi, dan pengembangan SDM.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Peresmian Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2019, Ballroom Hotel Shangri-La, Kota BNI, Jakarta Pusat, Kamis, mengatakan, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara ekonomi terkuat dunia bahkan di peringkat 4 atau 5 pada 2045.
“Untuk masuk ke sana tidak mudah, banyak tantangan yang harus diselesaikan, dihadapi. Jangan dipikir kita biasa-biasa tahu-tahu masuk ke-4 besar, ke-5 besar ekonomi terkuat. Rumus seperti itu tak ada. Banyak negara terjebak ‘middle income trap’ karena tidak bisa menyelesaikan persoalan besar di negaranya. Kita harus bisa menyelesaikan persoalan yang ada menuju 2045, 100 tahun Indonesia merdeka,” kata Presiden.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi menekankan tiga jurus untuk menghadapi persoalan menuju 100 tahun Indonesia merdeka yakni pemerataan infrastruktur, reformasi birokrasi, dan pengembangan SDM.
“Pertama, infrastruktur, pemerataan infrastruktur, harus bisa diselesaikan. Tanpa ini jangan berpikir ke-5, ke-4 ekonomi terkuat. Nggak mungkin,” katanya.
Presiden Jokowi meminta jajarannya di daerah agar menyambungkan titik-titik di daerahnya agar seluruhnya bisa menikmati pertumbuhan ekonomi.
“Sambungkan dengan kawasan industri, wisata, dengan sentra industri kecil, dengan pusat produksi baik pertanian atau perkebunan. Tugas kita membuat gede, yang tengah dan kecil tugas daerah,” katanya.
Kedua, kata Presiden, reformasi birokrasi harus betul-betul dijalankan dengan urusan perizinan dari pusat ke daerah dipotong menjadi seefisien mungkin.
“Jengkel saya, nggak bisa selesaikan yang sudah kelihatan,” katanya.
Ketiga, kata dia lebih sulit karena menyangkut pembangunan SDM yang harus bisa diselesaikan.
Sementara data terakhir menunjukkan tenaga kerja di Indonesia sebanyak 51 persen adalah lulusan SD.
“Upskilling dan reskilling besar-besaran. Kita perlu jutaan, bukan ratusan ribu. Ini terus kita rapatkan agar betul-betul bisa beri beasiswa, jutaan terhadap mahasiswa kita,” katanya.
Presiden Jokowi menegaskan, persoalan telah nyata tampak di depan mata sehingga tinggal ada tidaknya kemauan untuk menyelesaikannya.
“Kalau kita mau, niat kita ke empat besar, lima besar, jadi. Tapi kalau terjebak rutinitas, tidak berani berubah, jangan bermimpi masuk ke-5 besar, empat besar negara ekonomi terbesar dunia. Kita terjebak negara middle income trap,” katanya.
Pada kesempatan Musrenbang yang dihadiri para Menteri Kabinet Kerja serta pejabat pusat dan daerah itu Presiden juga mengucapkan syukur dan ucapan terima kasih kepada kepala daerah atas pemilu yang telah berjalan lancar.
“Terima kasih kepala daerah. Atas nama bangsa saya sampaikan duka cita meninggalnya petugas KPPS setelah menjalankan tugasnya. Semoga arwahnya diberikan tempat mulia oleh Allah Swt,” kata Presiden.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Peresmian Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2019, Ballroom Hotel Shangri-La, Kota BNI, Jakarta Pusat, Kamis, mengatakan, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara ekonomi terkuat dunia bahkan di peringkat 4 atau 5 pada 2045.
“Untuk masuk ke sana tidak mudah, banyak tantangan yang harus diselesaikan, dihadapi. Jangan dipikir kita biasa-biasa tahu-tahu masuk ke-4 besar, ke-5 besar ekonomi terkuat. Rumus seperti itu tak ada. Banyak negara terjebak ‘middle income trap’ karena tidak bisa menyelesaikan persoalan besar di negaranya. Kita harus bisa menyelesaikan persoalan yang ada menuju 2045, 100 tahun Indonesia merdeka,” kata Presiden.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi menekankan tiga jurus untuk menghadapi persoalan menuju 100 tahun Indonesia merdeka yakni pemerataan infrastruktur, reformasi birokrasi, dan pengembangan SDM.
“Pertama, infrastruktur, pemerataan infrastruktur, harus bisa diselesaikan. Tanpa ini jangan berpikir ke-5, ke-4 ekonomi terkuat. Nggak mungkin,” katanya.
Presiden Jokowi meminta jajarannya di daerah agar menyambungkan titik-titik di daerahnya agar seluruhnya bisa menikmati pertumbuhan ekonomi.
“Sambungkan dengan kawasan industri, wisata, dengan sentra industri kecil, dengan pusat produksi baik pertanian atau perkebunan. Tugas kita membuat gede, yang tengah dan kecil tugas daerah,” katanya.
Kedua, kata Presiden, reformasi birokrasi harus betul-betul dijalankan dengan urusan perizinan dari pusat ke daerah dipotong menjadi seefisien mungkin.
“Jengkel saya, nggak bisa selesaikan yang sudah kelihatan,” katanya.
Ketiga, kata dia lebih sulit karena menyangkut pembangunan SDM yang harus bisa diselesaikan.
Sementara data terakhir menunjukkan tenaga kerja di Indonesia sebanyak 51 persen adalah lulusan SD.
“Upskilling dan reskilling besar-besaran. Kita perlu jutaan, bukan ratusan ribu. Ini terus kita rapatkan agar betul-betul bisa beri beasiswa, jutaan terhadap mahasiswa kita,” katanya.
Presiden Jokowi menegaskan, persoalan telah nyata tampak di depan mata sehingga tinggal ada tidaknya kemauan untuk menyelesaikannya.
“Kalau kita mau, niat kita ke empat besar, lima besar, jadi. Tapi kalau terjebak rutinitas, tidak berani berubah, jangan bermimpi masuk ke-5 besar, empat besar negara ekonomi terbesar dunia. Kita terjebak negara middle income trap,” katanya.
Pada kesempatan Musrenbang yang dihadiri para Menteri Kabinet Kerja serta pejabat pusat dan daerah itu Presiden juga mengucapkan syukur dan ucapan terima kasih kepada kepala daerah atas pemilu yang telah berjalan lancar.
“Terima kasih kepala daerah. Atas nama bangsa saya sampaikan duka cita meninggalnya petugas KPPS setelah menjalankan tugasnya. Semoga arwahnya diberikan tempat mulia oleh Allah Swt,” kata Presiden.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019