Surabaya (ANTARA) - Relawan dari kalangan santri dan gus yang tergabung dalam Barisan Gus dan Santri (Baguss Bersatu) menggelar doa bersama untuk persatuan bangsa dan menyepakati tak lagi larut dalam perdebatan usai pemilihan presiden 2019.
"Tenaga kita terkuras habis di sana karena perdebatan itu tak akan pernah selesai," ujar koordinator Baguss Bersatu, Irfan Wahid, di sela doa bersama di salah satu rumah makan di kawasan Gayungsari Surabaya.
Baguss Bersatu merupakan manifestasi dari Barisan Gus Sholah (Baguss) yang selama ini menjadi representasi sikap dan pemikiran pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah).
Selain doa bersama, acara yang dikemas tasyakuran tersebut juga sebagai wujud menyambut bulan suci Ramadhan 1440 Hijriah.
Gus Ipang, sapaan akrabnya, berharap masyarakat Indonesia mengalihkan energi dari politik ke ibadah seiring Ramadhan yang semakin dekat.
Sebaiknya, kata dia, semua pihak bersabar menunggu hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) sembari menyiapkan jiwa dan raga menyambut bulan puasa.
Ramadhan, kata dia, seharusnya disambut dengan hati sejuk dan segala macam rivalitas politik yang tak sehat serta menimbulkan perpecahan harus diakhiri.
"Apalagi, Allah di Surat Ali Imran memerintahkan kepada kita untuk tidak tercerai-berai, karena bermusuh-musuhan adalah sifat jahiliyah," kata putra Gus Sholah tersebut.
Sementara itu, acara tumpengan dengan menu utama nasi bebek madura tersebut diikuti puluhan gus dan santri dari Lamongan, Malang, Gresik, Jombang, dan beberapa kabupaten di Pulau Madura.
Mereka mengakui, di kalangan bawah masih ada percikan dan gesekan antarmasyarakat usai pilpres, namun intensitas dan frekuensi sudah jauh menurun dibanding saat sebelum pencoblosan dilakukan.
Secara umum, para gus dan santri mengakui, baik dari pendukung 01 atau 02, tensi sudah banyak mereda dan kembali beraktivitas seperti biasa.
"Islah ini harus terus disuarakan di mana-mana, sebab sangat capek kalau begini terus. Sudah tak ada lagi 01, tak ada lagi 02. Yang ada adalah persatuan Indonesia. Mari rajut kembali Ukhuwah Islamiyah yang dalam beberapa tahun ini sudah sangat memprihatinkan,” kata Gus Ipang yang merupakan cicit pendiri NU KH Hasyim Asyari itu.
"Tenaga kita terkuras habis di sana karena perdebatan itu tak akan pernah selesai," ujar koordinator Baguss Bersatu, Irfan Wahid, di sela doa bersama di salah satu rumah makan di kawasan Gayungsari Surabaya.
Baguss Bersatu merupakan manifestasi dari Barisan Gus Sholah (Baguss) yang selama ini menjadi representasi sikap dan pemikiran pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah).
Selain doa bersama, acara yang dikemas tasyakuran tersebut juga sebagai wujud menyambut bulan suci Ramadhan 1440 Hijriah.
Gus Ipang, sapaan akrabnya, berharap masyarakat Indonesia mengalihkan energi dari politik ke ibadah seiring Ramadhan yang semakin dekat.
Sebaiknya, kata dia, semua pihak bersabar menunggu hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) sembari menyiapkan jiwa dan raga menyambut bulan puasa.
Ramadhan, kata dia, seharusnya disambut dengan hati sejuk dan segala macam rivalitas politik yang tak sehat serta menimbulkan perpecahan harus diakhiri.
"Apalagi, Allah di Surat Ali Imran memerintahkan kepada kita untuk tidak tercerai-berai, karena bermusuh-musuhan adalah sifat jahiliyah," kata putra Gus Sholah tersebut.
Sementara itu, acara tumpengan dengan menu utama nasi bebek madura tersebut diikuti puluhan gus dan santri dari Lamongan, Malang, Gresik, Jombang, dan beberapa kabupaten di Pulau Madura.
Mereka mengakui, di kalangan bawah masih ada percikan dan gesekan antarmasyarakat usai pilpres, namun intensitas dan frekuensi sudah jauh menurun dibanding saat sebelum pencoblosan dilakukan.
Secara umum, para gus dan santri mengakui, baik dari pendukung 01 atau 02, tensi sudah banyak mereda dan kembali beraktivitas seperti biasa.
"Islah ini harus terus disuarakan di mana-mana, sebab sangat capek kalau begini terus. Sudah tak ada lagi 01, tak ada lagi 02. Yang ada adalah persatuan Indonesia. Mari rajut kembali Ukhuwah Islamiyah yang dalam beberapa tahun ini sudah sangat memprihatinkan,” kata Gus Ipang yang merupakan cicit pendiri NU KH Hasyim Asyari itu.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019