Jakarta (ANTARA) - Cendekiawan sekaligus Sekretaris Jenderal Forum Koordinasi Lintas Fakultas Alumni Universitas Indonesia (Fokal UI) Sigid Edi Sutomo mengatakan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) yang meliputi pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) harus bisa lebih terkelola dengan baik karena mencakup manajemen nasional yang lebih rumit.
"Satu hal yang tidak bisa dipungkiri memang pemilu yang sekarang ini memang pemilu yang pertama kali dilakukan, pilpres dan pileg bersamaan memang ini suatu pekerjaan yang sangat besar, dan meliputi suatu manajemen nasional yang rumit dengan melihat kondisi geografis yang rumit, luas wilayah, dan persebaran penduduk," kata Sigid kepada Antara di sela-sela diskusi tentang situasi nasional terkini di Jakarta Pusat, Rabu.
Sigid menuturkan Fokal UI turut berduka cita atas gugurnya sejumlah anak bangsa selama proses mengawal pemilu.
"Kami memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas segala daya upaya dan dedikasi yang telah dipersembahkan oleh pahlawan pemilu demi pemilu yang berkualitas di Indonesia," ujarnya.
Dia mengatakan ke depan perlu ada perbaikan untuk suatu manajemen pemilu yang bisa lebih baik sehingga duka cita yang ada di pemilu 2019 itu tidak terulang lagi di pemilu periode berikutnya.
"Memang rumit ini menjadi pertimbangan juga bagaimana kita menyelenggarakan pemilu yang bisa lebih 'manageable' (terkelola) apakah perlu adanya bersamaan antara pileg dan pilpres," tuturnya.
Dia menuturkan Fokal UI akan melakukan suatu kajian terhadap penyelenggaraan pemilu 2019, dan hasil kajian itu akan menjadi masukan bagi pemerintah.
Dia mengatakan manajemen penyelenggaraan pemilu perlu diperbaiki,misalnya penguatan terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU), penambahan anggaran, perbaikan perangkat dan standar prosedur terutama untuk menjangkau daerah terpencil serta perbaikan tahapan dan persiapan.
"Saya kira sebenarnya 'manageable' asalkan dengan perencanaan yang baik," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua KPU Arief Budiman, mengatakan, hingga Senin malam (22/4), jumlah petugas KPPS yang meninggal sebanyak 91 orang tersebar di 19 provinsi, dan 374 petugas yang jatuh sakit.
"Satu hal yang tidak bisa dipungkiri memang pemilu yang sekarang ini memang pemilu yang pertama kali dilakukan, pilpres dan pileg bersamaan memang ini suatu pekerjaan yang sangat besar, dan meliputi suatu manajemen nasional yang rumit dengan melihat kondisi geografis yang rumit, luas wilayah, dan persebaran penduduk," kata Sigid kepada Antara di sela-sela diskusi tentang situasi nasional terkini di Jakarta Pusat, Rabu.
Sigid menuturkan Fokal UI turut berduka cita atas gugurnya sejumlah anak bangsa selama proses mengawal pemilu.
"Kami memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas segala daya upaya dan dedikasi yang telah dipersembahkan oleh pahlawan pemilu demi pemilu yang berkualitas di Indonesia," ujarnya.
Dia mengatakan ke depan perlu ada perbaikan untuk suatu manajemen pemilu yang bisa lebih baik sehingga duka cita yang ada di pemilu 2019 itu tidak terulang lagi di pemilu periode berikutnya.
"Memang rumit ini menjadi pertimbangan juga bagaimana kita menyelenggarakan pemilu yang bisa lebih 'manageable' (terkelola) apakah perlu adanya bersamaan antara pileg dan pilpres," tuturnya.
Dia menuturkan Fokal UI akan melakukan suatu kajian terhadap penyelenggaraan pemilu 2019, dan hasil kajian itu akan menjadi masukan bagi pemerintah.
Dia mengatakan manajemen penyelenggaraan pemilu perlu diperbaiki,misalnya penguatan terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU), penambahan anggaran, perbaikan perangkat dan standar prosedur terutama untuk menjangkau daerah terpencil serta perbaikan tahapan dan persiapan.
"Saya kira sebenarnya 'manageable' asalkan dengan perencanaan yang baik," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua KPU Arief Budiman, mengatakan, hingga Senin malam (22/4), jumlah petugas KPPS yang meninggal sebanyak 91 orang tersebar di 19 provinsi, dan 374 petugas yang jatuh sakit.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019