Cianjur (ANTARA) - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Cianjur, Jawa Barat, menilai banyaknya anggota KPPS yang meninggal dunia akibat kelelahan karena jadwal kerja yang terlalu panjang dan sempat dilibatkan dalam pengemasan logistik oleh KPU Cianjur.
Pasalnya ungkap Komisioner Bawaslu Cianjur, Hadi Dzikri Nur di Cianjur Selasa, pada pemilu sebelumnya petugas PPS dan TPS hanya menerima logistik di tempat bertugas tanpa terlibat dalam pengemasan.
Namun pada pemilu kali ini, KPU Cianjur, melibatkan PPK dan PPS untuk mengemas logistik ke dalam kotak dengan alasan mereka lebih menguasai apa saja yang harus masuk ke dalam kotak logistik.
"Ini mungkin harus menjadi perhatian kedepan karena waktu untuk melakukan pengemasan logistik ke dalam kotak memakan waktu berhari-hari ditambah petugas PPK dan PPS harus bertugas sebagai penyelenggara pada hari H," katanya.
Sehingga tutur dia, waktu istirahat petugas penyelanggara di tingkat TPS dan desa kurang. Akibatnya banyak petugas yang mengalami kelelahan bahkan sampai meninggal dunia.
"Karena haisl pengawasan kami, hingga dini hari pada hari H petugas PPS masih berada di gudang logistik karena harus menyelesaikan tugasnya. Paginya mereka sudah harus bertugas di masing-masing TPS," katanya.
Meskipun pihaknya menyatakan kesiapan untuk tetap berjalannya pemilu serentak atau tidak, menyarankan KPU melibatkan pengemasan dilakukan tenaga dari luar tanpa melibatkan PPK dan PPS layaknya penyortiran dan pelipatan surat suara.
"Intinya logistik pemilu sudah siap minimal satu pekan menjelang pemilu dan tidak lagi melibatkan penyelenggara tingkat desa dan tps dalam prosesnya. Agar duka pemilu tidak lagi terulang," katanya.
Pasalnya ungkap Komisioner Bawaslu Cianjur, Hadi Dzikri Nur di Cianjur Selasa, pada pemilu sebelumnya petugas PPS dan TPS hanya menerima logistik di tempat bertugas tanpa terlibat dalam pengemasan.
Namun pada pemilu kali ini, KPU Cianjur, melibatkan PPK dan PPS untuk mengemas logistik ke dalam kotak dengan alasan mereka lebih menguasai apa saja yang harus masuk ke dalam kotak logistik.
"Ini mungkin harus menjadi perhatian kedepan karena waktu untuk melakukan pengemasan logistik ke dalam kotak memakan waktu berhari-hari ditambah petugas PPK dan PPS harus bertugas sebagai penyelenggara pada hari H," katanya.
Sehingga tutur dia, waktu istirahat petugas penyelanggara di tingkat TPS dan desa kurang. Akibatnya banyak petugas yang mengalami kelelahan bahkan sampai meninggal dunia.
"Karena haisl pengawasan kami, hingga dini hari pada hari H petugas PPS masih berada di gudang logistik karena harus menyelesaikan tugasnya. Paginya mereka sudah harus bertugas di masing-masing TPS," katanya.
Meskipun pihaknya menyatakan kesiapan untuk tetap berjalannya pemilu serentak atau tidak, menyarankan KPU melibatkan pengemasan dilakukan tenaga dari luar tanpa melibatkan PPK dan PPS layaknya penyortiran dan pelipatan surat suara.
"Intinya logistik pemilu sudah siap minimal satu pekan menjelang pemilu dan tidak lagi melibatkan penyelenggara tingkat desa dan tps dalam prosesnya. Agar duka pemilu tidak lagi terulang," katanya.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019