Sukarelawan MER-C di Jalur Gaza dan Myanmar tak bisa ikut Pemilu 2019

Delapan parpol penuhi ambang batas parlemen, PDIP suara terbanyak
MER-C menggagas pembangunan Rumah Sakit Persahabatan Indonesia-Myanmar bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), dan didukung pemerintah RI. (FOTO ANTARA/Humas MER-C)
Yang di Jalur Gaza tentu sama-sama kita pahami tidak ada akses untuk bisa mencoblos, pun yang di Myanmar, akibat konflik juga tidak mudah untuk mobilitasnya
Jakarta (ANTARA) - Sukarelawan organisasi relawan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia, yang saat ini sedang bekerja membangun Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina dan Myanmar, tidak bisa mengikuti Pemilu 2019 karena kendala mobilitas di wilayah tersebut.

"Yang di Jalur Gaza tentu sama-sama kita pahami tidak ada akses untuk bisa mencoblos, pun yang di Myanmar, akibat konflik juga tidak mudah untuk mobilitasnya," kata Presidium MER-C, dr Sarbini Abdul Murad di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan bahwa untuk di Jalur Gaza, saat ini ada sebanyak 32 sukarelawan warga negara Indonesia (WNI) yang sedang bekerja untuk program pembangunan tahap II Rumah Sakit Indonesia (RSI) di kawasan yang dilanda konflik itu.

Sedangkan di Myanmar, ada empat sukarelawan MER-C yang bekerja untuk pembangunan Rumah Sakit Persahabatan Indonesia-Myanmar, yang secara kolaboratif dikerjakan bersama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), dan didukung pemerintah RI.

Menurut Sarbini Abdul Murad, sukarelawan yang berada di Myanmar semestinya bisa ikut menggunakan hak pilih di KBRI di Yangon.

"Tapi, tapi mereka sulit untuk bisa masuk lagi ke Rakhine bila sudah keluar dari wilayah itu," katanya.

Area pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) yang luasnya lebih dari 7.000 meter persegi itu berada di Myaung Bwe Village, Mrauk U Township, Rakhine State, Myanmar.

Ia menambahkan pekan lalu (8/4) Site Manager pembangunan RS Indonesia di Rakhine State, Myanmar, Ir Nur Ikhwan Abadi, bersama tiga sukarelawan MER-C lainnya, yaitu Ir Ahmad Fauzi (Site Engineer), serta Karidi dan Wanto, keduanya adalah sukarelawan bagian sipil dan mekanikal elektrikal, berhasil masuk ke negara itu.

Tim divisi knstruksi MER-C itu dapat berangkat kembali ke Yangon, setelah adanya informasi dari Kedutaan Besar RI bahwa surat izin dari Kantor Presiden, Kementerian Kesehatan dan Olahraga, serta pemerintah negara bagian Rakhine telah didapat.

Dari Yangon, tim kemudian melanjutkan penerbangan dengan maskapai lokal ke Sittwe, Ibu Kota Rakhine State.

"Jadi, tim MER-C tidak bisa ikut menggunakan hak pilih, karena untuk masuk Gaza dan Rakhine saja sulit, kalau keluar misalnnya ke Yangon, nanti masuk Rakhine-nya sulit lagi," tambah Manajer Operasional MER-C Rima Manzanaris.

Dengan kondisi tersebut, menurut Sarbini Abdul Murad, para sukarelawan MER-C yang kini sedang berada di Gaza dan Myanmar, menitipkan doa agar pemilu di Tanah Air berjalan baik dan lancar.

"Mereka berdoa agar pemilu berjalan baik dan lancar, serta melahirkan pemimpin dan wakil rakyat yang amanah untuk seluruh rakyat Indonesia," katanya.
 
Pewarta:
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Masyarakat jangan terpecah  karena berbeda pilihan Sebelumnya

Masyarakat jangan terpecah karena berbeda pilihan

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS Selanjutnya

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS