Jakarta (ANTARA) - Istri Presiden periode 1999-2001 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sinta Nuriah Wahid, mengeluhkan proses pencoblosan yang tergolong sulit bagi kalangan orang tua.
"Kalau aku repot harus banyak dibantu orang," kata Sinta yang mencoblos menggunakan bantuan kursi roda di TPS 78, Kelurahan Ciganjur, Jakarta Selatan, Rabu.
Kerepotan, kata dia, akan semakin terjadi jika pencoblos adalah kalangan orang tua.
Sinta mengaku repot dengan empat surat suara yang harus dicoblos.
"Melipatnya susah banget. Kertasnya tebal. Jadi untuk melipatnya saja susah. Saya bayangkan orang tua repot," katanya didampingi dua putrinya saat berbincang dengan wartawan.
Istri almarhum Gus Dur itu mengatakan heran dengan perbedaan lokasi TPS antara dirinya dengan anaknya, padahal satu rumah.
"Bingung. TPS kok beda-beda, kenapa tidak disamakan saja satu rumah. Kita bebas memilih sesuai hari nurani kita masing-masing, itu juga dicatat. Kenapa harus dibeda-bedakan," katanya.
Terkait perjalanan menuju TPS, Sinta yang menggunakan kursi roda itu mengatakan agak kesulitan meski menggunakan mobil karena tetap harus turun ke jalan utama menuju TPS.
Kontur jalan menuju TPS menggunakan paving block sehingga tidak cukup mulus jika dilewati dengan menggunakan kursi roda. Ke depannya, penyelenggaraan pencoblosan ia harapkan lebih memperhatikan kaum difabel.
"Cuma ya repot masuk dari sana ke sini, apalagi ini pakai paving. Jangan seperti ini. Lebih praktis saja agar tidak menyulitkan pemilih," kata dia.
Baca juga: Tahanan teroris nyoblos di Rutan PMJ dengan kawalan Densus 88
Baca juga: KPK: 36 tahanan KPK berikan hak suara
"Kalau aku repot harus banyak dibantu orang," kata Sinta yang mencoblos menggunakan bantuan kursi roda di TPS 78, Kelurahan Ciganjur, Jakarta Selatan, Rabu.
Kerepotan, kata dia, akan semakin terjadi jika pencoblos adalah kalangan orang tua.
Sinta mengaku repot dengan empat surat suara yang harus dicoblos.
"Melipatnya susah banget. Kertasnya tebal. Jadi untuk melipatnya saja susah. Saya bayangkan orang tua repot," katanya didampingi dua putrinya saat berbincang dengan wartawan.
Istri almarhum Gus Dur itu mengatakan heran dengan perbedaan lokasi TPS antara dirinya dengan anaknya, padahal satu rumah.
"Bingung. TPS kok beda-beda, kenapa tidak disamakan saja satu rumah. Kita bebas memilih sesuai hari nurani kita masing-masing, itu juga dicatat. Kenapa harus dibeda-bedakan," katanya.
Terkait perjalanan menuju TPS, Sinta yang menggunakan kursi roda itu mengatakan agak kesulitan meski menggunakan mobil karena tetap harus turun ke jalan utama menuju TPS.
Kontur jalan menuju TPS menggunakan paving block sehingga tidak cukup mulus jika dilewati dengan menggunakan kursi roda. Ke depannya, penyelenggaraan pencoblosan ia harapkan lebih memperhatikan kaum difabel.
"Cuma ya repot masuk dari sana ke sini, apalagi ini pakai paving. Jangan seperti ini. Lebih praktis saja agar tidak menyulitkan pemilih," kata dia.
Baca juga: Tahanan teroris nyoblos di Rutan PMJ dengan kawalan Densus 88
Baca juga: KPK: 36 tahanan KPK berikan hak suara
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019