Cianjur (ANTARA) - Tujuh ratusan nelayan di pantai selatan Cianjur, Jawa Barat, memastikan tidak akan menjadi bagian dari golongan putih (golput) atau tidak menyalurkan aspirasinya setelah mendapatkan pencerahan dan sosialisasi pemilu 2019 oleh berbagai pihak termasuk calon legislatif yang mendatangi mereka.
Rahmat Hidayat tokoh nelayan pantai selatan Cianjur, saat dihubungi Jumat, mengatakan, tidak benar kalau sebagian besar nelayan di wilayah tersebut memilih tidak akan ke TPS 17 April menyalurkan aspirasinya.
"Setiap pemilu warga nelayan di selatan Cianjur, selalu menyalurkan aspirasinya ke TPS. Paling hanya 5 persen dari 700 nelayan di Sindangcarang yang tidak ke TPS karena ketiduran atau pulang melaut kesiangan," katanya.
Berbagai upaya sosialisasi untuk meningkatkan angka partisipasi ketika pemilu banyak dilakukan penyelenggara atau dari caleg yang ingin mendapatkan suara dari warga nelayan.
Meskipun tahun ini, tutur dia angka 70 persen tingkat partisipasi sulit tercapai karena sebagian besar warga nelayan mengeluhkan terlalu banyak surat suara yang harus dicoblos.
"Kalau angka partisipasi tahun ini, mungkin sedikit menurun karena sebagian besar mengeluh banyaknya surat suara yang harus dicoblos. Kemungkinan hanya akan memilih pasangan presiden yang mudah karena ada foto," katanya.
Sementara seorang nelayan UU (45) mengatakan dia dan ratusan nelayan di Pantai Jayanti, mengatakan selalu menyalurkan aspirasinya ketika pemilu tiba, meskipun tidak sampai 60 persen yang datang ke TPS.
Sebagian besar ketiduran atau masih berada di laut hingga sore siang menjelang, sehingga tidak sempat datang ke TPS untuk menyalurkan aspirasinya.
"Untuk tata cara pemilihan sebagian besar saling tanya, namun tetap saja bingung karena jumlah surat suara yang lima buah dengan lima calon yang akan dicoblos," katanya.
Dia dan puluhan nelayan di pantai tersebut, ikut serta menyosialisasikan pemilu kali ini, meskipun ketika mereka yang terpilih tidak pernah datang lagi menyambangi nelayan.
"Harapan kami pada pemilu tahun ini, mereka yang terpilih membuktikan kerjanya untuk menyesejahterakan rakyat bukan dirinya sendiri," katanya yang diamini nelayan lainnya.
Rahmat Hidayat tokoh nelayan pantai selatan Cianjur, saat dihubungi Jumat, mengatakan, tidak benar kalau sebagian besar nelayan di wilayah tersebut memilih tidak akan ke TPS 17 April menyalurkan aspirasinya.
"Setiap pemilu warga nelayan di selatan Cianjur, selalu menyalurkan aspirasinya ke TPS. Paling hanya 5 persen dari 700 nelayan di Sindangcarang yang tidak ke TPS karena ketiduran atau pulang melaut kesiangan," katanya.
Berbagai upaya sosialisasi untuk meningkatkan angka partisipasi ketika pemilu banyak dilakukan penyelenggara atau dari caleg yang ingin mendapatkan suara dari warga nelayan.
Meskipun tahun ini, tutur dia angka 70 persen tingkat partisipasi sulit tercapai karena sebagian besar warga nelayan mengeluhkan terlalu banyak surat suara yang harus dicoblos.
"Kalau angka partisipasi tahun ini, mungkin sedikit menurun karena sebagian besar mengeluh banyaknya surat suara yang harus dicoblos. Kemungkinan hanya akan memilih pasangan presiden yang mudah karena ada foto," katanya.
Sementara seorang nelayan UU (45) mengatakan dia dan ratusan nelayan di Pantai Jayanti, mengatakan selalu menyalurkan aspirasinya ketika pemilu tiba, meskipun tidak sampai 60 persen yang datang ke TPS.
Sebagian besar ketiduran atau masih berada di laut hingga sore siang menjelang, sehingga tidak sempat datang ke TPS untuk menyalurkan aspirasinya.
"Untuk tata cara pemilihan sebagian besar saling tanya, namun tetap saja bingung karena jumlah surat suara yang lima buah dengan lima calon yang akan dicoblos," katanya.
Dia dan puluhan nelayan di pantai tersebut, ikut serta menyosialisasikan pemilu kali ini, meskipun ketika mereka yang terpilih tidak pernah datang lagi menyambangi nelayan.
"Harapan kami pada pemilu tahun ini, mereka yang terpilih membuktikan kerjanya untuk menyesejahterakan rakyat bukan dirinya sendiri," katanya yang diamini nelayan lainnya.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019