Padang (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memprediksi tren hoaks akan terus meningkat hingga pemilihan presiden dan wakil presiden, pada 17 April.
"Paling banyak prsentasenya politik, berkaitan dengan pilpres. Itu yang terus mengkhawatirkan saya," kata Rudiantara di Padang, Kamis.
Menkominfo mengatakan peningkatan hoaks terjadi mulai Desember 2018 dengan temuan sebanyak 75 isu atau naik tiga kali lipat dibanding temuan pada Agustus 2018.
Hoaks kembali meningkat pada Februari 2019 menjadi 353 dan Maret 2019 menjadi 453 atau 18 kali lipat sejak Agustus 2018.
Kemenkominfo, lanjut Rudiantar, sudah menangani hoaks secara sistematis berupa gerakan literasi, identifikasi, hingga penindakan. Hanya saja, penanganan hoaks melalui literasi tidak efektif menjelang masa pilpres yang hanya bersisa enam hari.
Baca juga: Jelang Pemilu, WhatsApp buka kanal lapor hoaks
"Kemenkominfo mengidentifikasi hoaks setiap hari, hoaks of the day, agar masyarakat sadar ada hoaks. Orang juga bisa mengakses kominfo lewat jaringan stophoaks.id," kata Rudiantara tentang tindakan identifikasi hoaks sepekan sebelum Pemilu 2019.
Tindakan terakhir adalah dengan menutup akun media sosial yang terbukti menyebarkan hoaks.
Rudiantara berharap seluruh masyarakat dapat menikmati pesta demokrasi yang akan berlangsung pada enam hari mendatang tanpa mengadu domba, menebar hasutan, dan sebagainya. Masyarakat, lanjut Rudiantara, tidak perlu takut menggunakan hak suara mereka.
"Aparat akan mengamankan. Tidak usah khawatir pada tanggal 17 April nanti. Karena ini pesta demokrasi, selayaknya pesta, fun, silaturahmi, makan enak. Itu inti pesta politik," ujar Rudiantara.
Baca juga: Polri imbau masyarakat tidak turut sebarkan berita hoaks
"Paling banyak prsentasenya politik, berkaitan dengan pilpres. Itu yang terus mengkhawatirkan saya," kata Rudiantara di Padang, Kamis.
Menkominfo mengatakan peningkatan hoaks terjadi mulai Desember 2018 dengan temuan sebanyak 75 isu atau naik tiga kali lipat dibanding temuan pada Agustus 2018.
Hoaks kembali meningkat pada Februari 2019 menjadi 353 dan Maret 2019 menjadi 453 atau 18 kali lipat sejak Agustus 2018.
Kemenkominfo, lanjut Rudiantar, sudah menangani hoaks secara sistematis berupa gerakan literasi, identifikasi, hingga penindakan. Hanya saja, penanganan hoaks melalui literasi tidak efektif menjelang masa pilpres yang hanya bersisa enam hari.
Baca juga: Jelang Pemilu, WhatsApp buka kanal lapor hoaks
"Kemenkominfo mengidentifikasi hoaks setiap hari, hoaks of the day, agar masyarakat sadar ada hoaks. Orang juga bisa mengakses kominfo lewat jaringan stophoaks.id," kata Rudiantara tentang tindakan identifikasi hoaks sepekan sebelum Pemilu 2019.
Tindakan terakhir adalah dengan menutup akun media sosial yang terbukti menyebarkan hoaks.
Rudiantara berharap seluruh masyarakat dapat menikmati pesta demokrasi yang akan berlangsung pada enam hari mendatang tanpa mengadu domba, menebar hasutan, dan sebagainya. Masyarakat, lanjut Rudiantara, tidak perlu takut menggunakan hak suara mereka.
"Aparat akan mengamankan. Tidak usah khawatir pada tanggal 17 April nanti. Karena ini pesta demokrasi, selayaknya pesta, fun, silaturahmi, makan enak. Itu inti pesta politik," ujar Rudiantara.
Baca juga: Polri imbau masyarakat tidak turut sebarkan berita hoaks
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019