Jakarta (ANTARA) - Politikus PDI Perjuangan Charles Honoris mengatakan opini yang berusaha dibangun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bahwa pemilihan presiden berpotensi diwarnai kecurangan sangat berbahaya.
"Bukan hanya karena telah memperkeruh situasi politik yang semakin panas menjelang hari pencoblosan, tetapi juga berpotensi menciptakan konflik jika hasil akhir pemilu tidak sesuai keinginan mereka," kata Charles di Jakarta, Sabtu.
Charles menyebut pernyataan Prabowo bahwa pihaknya harus menang dengan selisih suara minimal 25 persen karena belasan persen suara akan dicuri adalah rangkaian dari opini kecurangan yang coba dibangun kubu pasangan capres-cawapres nomor urut 02 untuk mendelegitimasi pemilu.
"Cara ini sebelumnya kerap digunakan oleh BPN dengan menyuarakan pernyataan yang sangat 'maksa' bahwa hanya kecurangan yang bisa mengalahkan 02," ujarnya.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini mengingatkan bahwa sekarang ini bukan era Orde Baru di mana penguasa bisa dengan seenaknya mengatur hasil pemilu.
"Lagian ketika semua lembaga survei menempatkan elektabilitas 01 jauh di atas 02, seharusnya kami yang takut suaranya dicuri, bukan sebaliknya," tukas Charles.
Mengutip hasil survei SMRC pada Januari 2019, Charles mengatakan mayoritas, sekitar 80 persen, publik percaya pada integritas KPU dalam menyelenggarakan pemilu. Dengan demikian, opini kecurangan pemilu jelas bertentangan dengan opini masyarakat luas.
"Janganlah setelah melihat banyak survei yang memprediksi 02 kalah telak, lantas opini kecurangan ini dibangun. Upaya itu pasti akan sia-sia karena mandat kekuasaan datangnya dari rakyat, bukan dari elit yang mulai teriak curang saat dirinya terjepit," katanya.
Charles meminta KPU tetap fokus bekerja dan tidak terpengaruh oleh opini-opini yang dibangun untuk mendeligitimasi penyelenggaraan pemilu yang tinggal beberapa hari ke depan.
"Toh, rakyat sudah memberikan kepercayaan penuh pada KPU untuk menyelenggarakan pesta demokrasi yang jujur dan adil," ujar Charles.
Anggota Komisi I DPR RI ini juga meminta aparat keamanan untuk mengantisipasi potensi gangguan keamanan terkait penyelenggaraan pemilu sejak dini.
Pilpres 2019 diikuti oleh dua pasangan calon capres-cawapres, yaitu nomor urut 01 Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga: Ketua KPU RI: tuduhan curang sangat menyesakkan
"Bukan hanya karena telah memperkeruh situasi politik yang semakin panas menjelang hari pencoblosan, tetapi juga berpotensi menciptakan konflik jika hasil akhir pemilu tidak sesuai keinginan mereka," kata Charles di Jakarta, Sabtu.
Charles menyebut pernyataan Prabowo bahwa pihaknya harus menang dengan selisih suara minimal 25 persen karena belasan persen suara akan dicuri adalah rangkaian dari opini kecurangan yang coba dibangun kubu pasangan capres-cawapres nomor urut 02 untuk mendelegitimasi pemilu.
"Cara ini sebelumnya kerap digunakan oleh BPN dengan menyuarakan pernyataan yang sangat 'maksa' bahwa hanya kecurangan yang bisa mengalahkan 02," ujarnya.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini mengingatkan bahwa sekarang ini bukan era Orde Baru di mana penguasa bisa dengan seenaknya mengatur hasil pemilu.
"Lagian ketika semua lembaga survei menempatkan elektabilitas 01 jauh di atas 02, seharusnya kami yang takut suaranya dicuri, bukan sebaliknya," tukas Charles.
Mengutip hasil survei SMRC pada Januari 2019, Charles mengatakan mayoritas, sekitar 80 persen, publik percaya pada integritas KPU dalam menyelenggarakan pemilu. Dengan demikian, opini kecurangan pemilu jelas bertentangan dengan opini masyarakat luas.
"Janganlah setelah melihat banyak survei yang memprediksi 02 kalah telak, lantas opini kecurangan ini dibangun. Upaya itu pasti akan sia-sia karena mandat kekuasaan datangnya dari rakyat, bukan dari elit yang mulai teriak curang saat dirinya terjepit," katanya.
Charles meminta KPU tetap fokus bekerja dan tidak terpengaruh oleh opini-opini yang dibangun untuk mendeligitimasi penyelenggaraan pemilu yang tinggal beberapa hari ke depan.
"Toh, rakyat sudah memberikan kepercayaan penuh pada KPU untuk menyelenggarakan pesta demokrasi yang jujur dan adil," ujar Charles.
Anggota Komisi I DPR RI ini juga meminta aparat keamanan untuk mengantisipasi potensi gangguan keamanan terkait penyelenggaraan pemilu sejak dini.
Pilpres 2019 diikuti oleh dua pasangan calon capres-cawapres, yaitu nomor urut 01 Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga: Ketua KPU RI: tuduhan curang sangat menyesakkan
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019