Pengamat sebut ungkapan AHY soal bagi kursi sinyal koalisi tak solid

Delapan parpol penuhi ambang batas parlemen, PDIP suara terbanyak
Pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan Jakarta Dr Emrus Sihombing. (antaranews.com/Sri Muryono) (antaranews.com/Sri Muryono/)
Ketidaksetujuan Agus itu diungkapkan ke ruang publik, artinya ada ketidaksinkronan di internal koalisi dalam hal pembagian kekuasaan tersebut
Jakarta (ANTARA) - Pengamat Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menilai ungkapan Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang tidak setuju terkait bagi-bagi kursi menunjukkan koalisi capres 02 tidak solid.

"Ketidaksetujuan Agus itu diungkapkan ke ruang publik, artinya ada ketidaksinkronan di internal koalisi dalam hal pembagian kekuasaan tersebut," ujar Emrus dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Hal itu disampaikannya menanggapi kegusaran Agus, Selasa, saat berkampanye di Cirebon, Jawa Barat, menyebut koalisi partai pendukung capres 02 tidak elok untuk meributkan pembagian kursi kabinet di saat pemilu belum digelar.

"Saya khawatir justru isu semacam ini (bagi-bagi kursi menteri) bisa melukai rakyat," kata AHY, politikus muda Partai Demokrat tersebut.

Emrus mengatakan, tidak ada pesan politik di ruang hampa, pasti ada agenda politik Partai Demokrat di sana.

"Pesan Agus itu dimaknai publik, bisa dari sisi ideologisnya, tapi bisa pula dimaknai ketidaksetujuan Agus pada bagi-bagi kekuasaan itu. Demokrat tidak setuju karena pembagian kekuasaan itu tidak sesuai dengan kepentingan politik mereka,” ujar Emrus memaknai sikap Partai Demokrat tersebut.

Baca juga: AHY: isu bagi kursi menteri bisa lukai hati rakyat

Sebagai akademisi pascasarjana di Universitas Pelita Harapan, Emrus mengaku cukup kaget atas pernyataan politik Agus tersebut karena pernyataan itu keluar di detik-detik terakhir jelang pemungutan suara 17 April 2019.

Secara khusus, Emrus menyoroti penggunaan kalimat ‘melukai hati rakyat’ yang digunakan Agus.

Ia menilai kalimat itu justru akan merugikan capres 02, sementara Partai Demokrat masih berada di koalisi partai pendukung capres 02. Sebaliknya, kalimat itu justru menguntungkan capres 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

"Dari segi komunikasi politik, itu suatu pilihan kata yang menguntungkan capres 01 dan merugikan capres 02. Pernyataan ini menunjukkan ada sesuatu di internal koalisi capres 02. Ini indikasi adanya ketidaksolidan di internal koalisi," papar Emrus.

Secara politik praktis, sambungnya, tidak tertutup kemungkinan Partai Demokrat mengubah haluan politiknya dengan pindah dukungan ke capres 01. Apalagi kader-kader Demokrat di daerah sudah secara terang-terangan ada yang menyatakan dukungan ke capres 01.

"Saya kira masih ada kesempatan bagi Agus Yudhoyono untuk secara eksplisit mendeklarasikan dukungan nyata kepada capres nomor 01. Lewat pesannya itu, Demokrat sudah mengarah ke nomor 01. Masih ada kesempatan di detik-detik terakhir," kata Emrus.

Baca juga: Misbakhun tentang pidato Agus Yudhoyono
Baca juga: Demokrat: AHY gantikan SBY sebagai "icon" partai


 
Pewarta:
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019
Pengamat sebut ada indikasi koalisi Prabowo-Sandi tak solid Sebelumnya

Pengamat sebut ada indikasi koalisi Prabowo-Sandi tak solid

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS Selanjutnya

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS