Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik Emrus Sihombing menyebut ada indikasi koalisi partai politik pendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak lagi solid.
Dua pekan menjelang pemungutan suara, Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono justru menyampaikan ketidaksetujuan partainya soal pembagian kursi di kabinet jika capres-cawapres 02 menang di Pilpres 2019.
"Tidak ada pesan politik di ruang hampa, pasti ada agenda politik Partai Demokrat di sana," kata Emrus Sihombing di Jakarta, Rabu.
Pada Selasa (2/4), saat berkampanye di Cirebon, Jawa Barat, Agus menyebut koalisi partai pendukung capres 02 tidak elok untuk meributkan pembagian kursi kabinet di saat pemilu belum digelar.
"Saya khawatir justru isu semacam ini (bagi-bagi kursi menteri) bisa melukai rakyat," kata politikus muda Partai Demokrat tersebut.
Menurut Emrus, pesan Agus itu dimaknai publik bisa dari sisi ideologisnya, tapi bisa pula dimaknai ketidaksetujuan Agus pada bagi-bagi kekuasaan itu.
"Demokrat tidak setuju karena pembagian kekuasaan itu tidak sesuai dengan kepentingan politik mereka," ujar Emrus.
Akademisi di Universitas Pelita Harapan itu mengaku cukup kaget atas pernyataan politik Agus tersebut. Pasalnya, pernyataan itu keluar di detik-detik terakhir menjelang pemungutan suara 17 April 2019.
"Ketidaksetujuan Agus itu diungkapnya ke ruang publik, artinya ada ketidaksinkronan di internal koalisi dalam hal pembagian kekuasaan," ujar Emrus, pemegang gelar Doktor di bidang komunikasi dari Universitas Padjadjaran tersebut.
Secara khusus, Emrus menyoroti penggunaan kalimat "melukai hati rakyat" yang digunakan Agus.
Ia menilai kalimat itu justru akan merugikan capres 02, sementara Partai Demokrat masih berada di koalisi partai pendukung capres 02. Sebaliknya, kalimat itu justru menguntungkan capres 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Dari segi komunikasi politik, itu suatu pilihan kata yang menguntungkan capres 01 dan merugikan capres 02. Pernyataan ini menunjukkan ada sesuatu di internal koalisi capres 02. Ini indikasi adanya ketidaksolidan di internal koalisi," papar Emrus.
Secara politik praktis, sambungnya, tidak tertutup kemungkinan Partai Demokrat mengubah haluan politiknya dengan pindah dukungan ke capres 01. Apalagi kader-kader Demokrat di daerah sudah secara terang-terangan ada yang menyatakan dukungan ke capres 01.
"Saya kira masih ada kesempatan bagi Agus Yudhoyono untuk secara eksplisit mendeklarasikan dukungan nyata kepada capres nomor 01. Lewat pesannya itu, Demokrat sudah mengarah ke nomor 01. Masih ada kesempatan di detik-detik terakhir," ujar Emrus.
Dua pekan menjelang pemungutan suara, Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono justru menyampaikan ketidaksetujuan partainya soal pembagian kursi di kabinet jika capres-cawapres 02 menang di Pilpres 2019.
"Tidak ada pesan politik di ruang hampa, pasti ada agenda politik Partai Demokrat di sana," kata Emrus Sihombing di Jakarta, Rabu.
Pada Selasa (2/4), saat berkampanye di Cirebon, Jawa Barat, Agus menyebut koalisi partai pendukung capres 02 tidak elok untuk meributkan pembagian kursi kabinet di saat pemilu belum digelar.
"Saya khawatir justru isu semacam ini (bagi-bagi kursi menteri) bisa melukai rakyat," kata politikus muda Partai Demokrat tersebut.
Menurut Emrus, pesan Agus itu dimaknai publik bisa dari sisi ideologisnya, tapi bisa pula dimaknai ketidaksetujuan Agus pada bagi-bagi kekuasaan itu.
"Demokrat tidak setuju karena pembagian kekuasaan itu tidak sesuai dengan kepentingan politik mereka," ujar Emrus.
Akademisi di Universitas Pelita Harapan itu mengaku cukup kaget atas pernyataan politik Agus tersebut. Pasalnya, pernyataan itu keluar di detik-detik terakhir menjelang pemungutan suara 17 April 2019.
"Ketidaksetujuan Agus itu diungkapnya ke ruang publik, artinya ada ketidaksinkronan di internal koalisi dalam hal pembagian kekuasaan," ujar Emrus, pemegang gelar Doktor di bidang komunikasi dari Universitas Padjadjaran tersebut.
Secara khusus, Emrus menyoroti penggunaan kalimat "melukai hati rakyat" yang digunakan Agus.
Ia menilai kalimat itu justru akan merugikan capres 02, sementara Partai Demokrat masih berada di koalisi partai pendukung capres 02. Sebaliknya, kalimat itu justru menguntungkan capres 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Dari segi komunikasi politik, itu suatu pilihan kata yang menguntungkan capres 01 dan merugikan capres 02. Pernyataan ini menunjukkan ada sesuatu di internal koalisi capres 02. Ini indikasi adanya ketidaksolidan di internal koalisi," papar Emrus.
Secara politik praktis, sambungnya, tidak tertutup kemungkinan Partai Demokrat mengubah haluan politiknya dengan pindah dukungan ke capres 01. Apalagi kader-kader Demokrat di daerah sudah secara terang-terangan ada yang menyatakan dukungan ke capres 01.
"Saya kira masih ada kesempatan bagi Agus Yudhoyono untuk secara eksplisit mendeklarasikan dukungan nyata kepada capres nomor 01. Lewat pesannya itu, Demokrat sudah mengarah ke nomor 01. Masih ada kesempatan di detik-detik terakhir," ujar Emrus.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019