Jakarta (ANTARA) - Hasil survei lembaga Indikator Politik Indonesia menunjukkan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno unggul dari pasangan Jokowi-Ma'ruf di segmen pemilih berpendidikan tinggi.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan dari data pemilih dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi, sebesar 36,3 persen memilih Jokowi-Ma'ruf, sementara 58,9 persen memilih Prabowo-Sandiaga.
Burhanuddin menyebutkan banyaknya kalangan terpelajar yang memilih Prabowo-Sandiaga karena tingkat pengangguran terbesar ada pada kalangan pemilih berpendidikan tinggi.
"Walaupun menurut data BPS angka pengangguran turun, jumlah pengangguran banyak yang berasal dari lulusan perguruan tinggi," kata Burhanuddin dalam pemaparan hasil survei di Jakarta, Rabu.
Untuk pemilih tidak sekolah, lulusan SD, SLTP, hingga SLTA mayoritas di antaranya memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf.
Untuk pemilih tidak sekolah hingga lulusan SD, Jokowi-Ma'ruf meraih 61,6 persen dan Prabowo-Sandi 29,6 persen.
Untuk pemilih lulusan SLTP, Jokowi-Ma'ruf memeroleh 58,4 persen dan Prabowo-Sandiaga 32,0 persen.
Untuk pemilih lulusan SLTA, pasangan Jokowi-Ma'ruf memeroleh 53,3 persen dan Prabowo-Sandiaga 41,9 persen.
Adapun secara keseluruhan elektabilitas kedua capres/cawapres menurut survei, yakni Jokowi-Ma'ruf 55,4 persen, Prabowo-Sandiaga 37,4 persen, sedangkan responden belum menentukan pilihan sebesar 7,2 persen.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Johnny G. Plate memandang banyaknya pemilih berpendidikan tinggi yang memilih Prabowo-Sandi disebabkan isu hoaks, seperti melemahnya daya beli hingga sedikitnya lapangan pekerjaan.
Johnny mengatakan bahwa hasil survei Indikator akan menjadi perhatian TKN ke depan.
Survei Indikator Politik Indonesia dilakukan mulai 22 hingga 29 Maret 2019 dengan melibatkan 1.220 responden melalui wawancara tatap muka dengan margin of error 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan calon presiden/wakil presiden, yakni Pasangan Calon Nomor Urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan Pasangan Calon Nomor Urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno. ***2***
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan dari data pemilih dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi, sebesar 36,3 persen memilih Jokowi-Ma'ruf, sementara 58,9 persen memilih Prabowo-Sandiaga.
Burhanuddin menyebutkan banyaknya kalangan terpelajar yang memilih Prabowo-Sandiaga karena tingkat pengangguran terbesar ada pada kalangan pemilih berpendidikan tinggi.
"Walaupun menurut data BPS angka pengangguran turun, jumlah pengangguran banyak yang berasal dari lulusan perguruan tinggi," kata Burhanuddin dalam pemaparan hasil survei di Jakarta, Rabu.
Untuk pemilih tidak sekolah, lulusan SD, SLTP, hingga SLTA mayoritas di antaranya memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf.
Untuk pemilih tidak sekolah hingga lulusan SD, Jokowi-Ma'ruf meraih 61,6 persen dan Prabowo-Sandi 29,6 persen.
Untuk pemilih lulusan SLTP, Jokowi-Ma'ruf memeroleh 58,4 persen dan Prabowo-Sandiaga 32,0 persen.
Untuk pemilih lulusan SLTA, pasangan Jokowi-Ma'ruf memeroleh 53,3 persen dan Prabowo-Sandiaga 41,9 persen.
Adapun secara keseluruhan elektabilitas kedua capres/cawapres menurut survei, yakni Jokowi-Ma'ruf 55,4 persen, Prabowo-Sandiaga 37,4 persen, sedangkan responden belum menentukan pilihan sebesar 7,2 persen.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Johnny G. Plate memandang banyaknya pemilih berpendidikan tinggi yang memilih Prabowo-Sandi disebabkan isu hoaks, seperti melemahnya daya beli hingga sedikitnya lapangan pekerjaan.
Johnny mengatakan bahwa hasil survei Indikator akan menjadi perhatian TKN ke depan.
Survei Indikator Politik Indonesia dilakukan mulai 22 hingga 29 Maret 2019 dengan melibatkan 1.220 responden melalui wawancara tatap muka dengan margin of error 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan calon presiden/wakil presiden, yakni Pasangan Calon Nomor Urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan Pasangan Calon Nomor Urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno. ***2***
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019