Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto, menilai Debat Capres keempat menampilkan pandangan yang fundamental terhadap konsepsi melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
"Pak Jokowi dengan sangat memuaskan mampu secara komprehensif menjelaskan konsepsi politik pertahanan. Pemahaman terhadap titik-titik strategis guna melindungi seluruh kawasan Indonesia dari Aceh hingga Papua, serta dari Miangas hingga ke Rote menjadi daya kejut dari Pak Jokowi," kata Hasto Kristiyanto, di Jakarta, Sabtu malam.
Sebaliknya, Capres 02, Prabowo Subianto, menurut Hasto, hanya fokus pada proporsionalitas anggaran TNI dari pada hal fundamental tentang konsepsi politik pertahanan.
Padahal, kata dia, pentingnya kemampuan gelar pasukan terintegrasi di seluruh negeri adalah kunci. "Pak Jokowi menyampaikan gelar kekuatan pertahanan yang tidak Jawa sentris," katanya.
Menurut Hasto, pada pemerintahan Presiden Jokowi, kemampuan membangun Divisi 3 Kostrad; pengembangan Komando AU di Biak. Armada AL di sorong. Daya gelar pasukan di empat titik penting, Natuna, Morotai, Saumlaki, Biak. Demikian juga peningkatan kemampuan radar maritim dan udara di 19 titik terkoneksi, 11 titik di antaranya sudah terkoneksi.
"Kesemuanya sangat hakiki, menyentuh aspek filosofi politik pertahanan, hingga pemahaman pada pentingnya melindungi kedaulatan negeri," katanya.
Dari pernbedaan paradigma soal pertahanan, menurut Hasto, menunjukkan kedua pemimpin tampil kontras pada Debat Capres keempat. "Pak Jokowi yang sipil lebih percaya pada TNI, sementara Pak Prabowo tidak percaya pada laporan TNI," katanya.
Baca juga: Pengamat nilai kedua capres melanggar soal limit waktu
Baca juga: Round Up -- Ungkapan persahabatan akhiri debat capres keempat
"Pak Jokowi dengan sangat memuaskan mampu secara komprehensif menjelaskan konsepsi politik pertahanan. Pemahaman terhadap titik-titik strategis guna melindungi seluruh kawasan Indonesia dari Aceh hingga Papua, serta dari Miangas hingga ke Rote menjadi daya kejut dari Pak Jokowi," kata Hasto Kristiyanto, di Jakarta, Sabtu malam.
Sebaliknya, Capres 02, Prabowo Subianto, menurut Hasto, hanya fokus pada proporsionalitas anggaran TNI dari pada hal fundamental tentang konsepsi politik pertahanan.
Padahal, kata dia, pentingnya kemampuan gelar pasukan terintegrasi di seluruh negeri adalah kunci. "Pak Jokowi menyampaikan gelar kekuatan pertahanan yang tidak Jawa sentris," katanya.
Menurut Hasto, pada pemerintahan Presiden Jokowi, kemampuan membangun Divisi 3 Kostrad; pengembangan Komando AU di Biak. Armada AL di sorong. Daya gelar pasukan di empat titik penting, Natuna, Morotai, Saumlaki, Biak. Demikian juga peningkatan kemampuan radar maritim dan udara di 19 titik terkoneksi, 11 titik di antaranya sudah terkoneksi.
"Kesemuanya sangat hakiki, menyentuh aspek filosofi politik pertahanan, hingga pemahaman pada pentingnya melindungi kedaulatan negeri," katanya.
Dari pernbedaan paradigma soal pertahanan, menurut Hasto, menunjukkan kedua pemimpin tampil kontras pada Debat Capres keempat. "Pak Jokowi yang sipil lebih percaya pada TNI, sementara Pak Prabowo tidak percaya pada laporan TNI," katanya.
Baca juga: Pengamat nilai kedua capres melanggar soal limit waktu
Baca juga: Round Up -- Ungkapan persahabatan akhiri debat capres keempat
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019