Serang, Banten (ANTARA) - Cawapres RI Ma'ruf Amin mengenang upayanya merintis peringatan haul Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1993 silam, saat menghadiri haul ke-327 Sultan Ageng Tirtayasa di Serang, Banten, Kamis malam.
"Saya mengawali peringatan haul Sultan Tirtayasa itu pada tahun 1993. Waktu itu kondisi hujan, jadi hujan-hujanan," kata Ma'ruf Amin.
Dia mengaku sudah hampir lupa bahwa dirinya turut merintis peirngatan haul Sultan Ageng Tirtayasa.
Menurut Ma'ruf, peringatan haul Sultan Ageng Tirtayasa dilakukan untuk menghidupkan kembali semangat Sultan Banten ke-6 itu.
"Kita memang mau menghidupkan semangat Sultan Tirtayasa sebagai pahlawan nasional yang telah berjuang susah payah mengorbankan jiwa untuk membebaskan bangsa dari penjajah Belanda," ujar dia.
Dia menekankan peringatan haul dilakukan agar semangat perjuangan dan kepahlawanan Sultan Tirtyasa diwarisi oleh masyarakat Banten secara keseluruhan.
"Mari kita berjuang. Tapi sekarang beda medan perjuangannya. Dulu mengusir penjajah, sekarang bagaimana mengisi kemerdekaan dan menjaga NKRI agar tidak dirusak orang," jelasnya.
Dia mengatakan saat ini perjuangan masyarakat adalah mencari pemimpin yang layak, yang mempunyai tanggung jawab, yang bisa menjaga agama dan bisa membawa kemakmuran bagi bangsa Indonesia.
"Saya mengawali peringatan haul Sultan Tirtayasa itu pada tahun 1993. Waktu itu kondisi hujan, jadi hujan-hujanan," kata Ma'ruf Amin.
Dia mengaku sudah hampir lupa bahwa dirinya turut merintis peirngatan haul Sultan Ageng Tirtayasa.
Menurut Ma'ruf, peringatan haul Sultan Ageng Tirtayasa dilakukan untuk menghidupkan kembali semangat Sultan Banten ke-6 itu.
"Kita memang mau menghidupkan semangat Sultan Tirtayasa sebagai pahlawan nasional yang telah berjuang susah payah mengorbankan jiwa untuk membebaskan bangsa dari penjajah Belanda," ujar dia.
Dia menekankan peringatan haul dilakukan agar semangat perjuangan dan kepahlawanan Sultan Tirtyasa diwarisi oleh masyarakat Banten secara keseluruhan.
"Mari kita berjuang. Tapi sekarang beda medan perjuangannya. Dulu mengusir penjajah, sekarang bagaimana mengisi kemerdekaan dan menjaga NKRI agar tidak dirusak orang," jelasnya.
Dia mengatakan saat ini perjuangan masyarakat adalah mencari pemimpin yang layak, yang mempunyai tanggung jawab, yang bisa menjaga agama dan bisa membawa kemakmuran bagi bangsa Indonesia.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019