Aekkanopan, Sumut, (ANTARA News) - Semua kecamatan di Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, dinilai memiliki potensi masalah atau rawan pada Pemilu 2019, disebabkan oleh berbagai faktor seperti akses jalan yang sulit maupun dusun yang belum dialiri listrik.
"Ada sejumlah TPS di setiap kecamatan yang rawan seperti dalam hal pendistribusian logistik pemilu," kata Ketua KPU Labuhanbatu Utara, Heriamsyah Simanjuntak di Aekkanopan, Jumat.
Ia menjelaskan dari inventarisasi yang telah dilakukan, potensi kerawanan tersebut bisa juga disebabkan pemilih yang tidak dapat menggunakan hak pilih pada hari "H", distribusi C6 yang tidak maksimal, pemahaman pindah pemilih dan pendistribusian logistik ke daerah terpencil.
Persoalan lain adalah netralitas ASN pada pemilu, pengamanan TPS dan fasilitas tempat penyimpanan logistik sebelum didistribusikan.
"Untuk pengamanan kita sudah berkoordinasi dengan Polri dan TNI," katanya.
Sedangkan untuk TPS yang lokasinya belum memiliki fasilitas jaringan listrik, KPU telah menyediakan genset.
"Kita menyiapkan genset karena diprediksi penghitungan akan berlangsung hingga malam hari," terangnya.
Sementara James Ambarita yang menangani Divisi Perencanaan, Data dan Informasi KPU Labuhanbatu Utara, menyebutkan di masing-masing TPS jumlah pemilih berkisar antara 200-250 orang.
"Sesuai ketentuan, TPS paling banyak diikuti 300 pemilih," sebutnya.
Terkait jumlah pemilih difabel yang masuk dalam DPT sebanyak 0,1 persen atau 205 orang dan tidak ada yang orang gila.
"Diantara difabel yang kami data adalah penyandang tunagrahita," katanya.
Baca juga: 513 daerah rawan politik uang
Baca juga: KPU pelajari kerawanan Pemilu 2019 di DIY
"Ada sejumlah TPS di setiap kecamatan yang rawan seperti dalam hal pendistribusian logistik pemilu," kata Ketua KPU Labuhanbatu Utara, Heriamsyah Simanjuntak di Aekkanopan, Jumat.
Ia menjelaskan dari inventarisasi yang telah dilakukan, potensi kerawanan tersebut bisa juga disebabkan pemilih yang tidak dapat menggunakan hak pilih pada hari "H", distribusi C6 yang tidak maksimal, pemahaman pindah pemilih dan pendistribusian logistik ke daerah terpencil.
Persoalan lain adalah netralitas ASN pada pemilu, pengamanan TPS dan fasilitas tempat penyimpanan logistik sebelum didistribusikan.
"Untuk pengamanan kita sudah berkoordinasi dengan Polri dan TNI," katanya.
Sedangkan untuk TPS yang lokasinya belum memiliki fasilitas jaringan listrik, KPU telah menyediakan genset.
"Kita menyiapkan genset karena diprediksi penghitungan akan berlangsung hingga malam hari," terangnya.
Sementara James Ambarita yang menangani Divisi Perencanaan, Data dan Informasi KPU Labuhanbatu Utara, menyebutkan di masing-masing TPS jumlah pemilih berkisar antara 200-250 orang.
"Sesuai ketentuan, TPS paling banyak diikuti 300 pemilih," sebutnya.
Terkait jumlah pemilih difabel yang masuk dalam DPT sebanyak 0,1 persen atau 205 orang dan tidak ada yang orang gila.
"Diantara difabel yang kami data adalah penyandang tunagrahita," katanya.
Baca juga: 513 daerah rawan politik uang
Baca juga: KPU pelajari kerawanan Pemilu 2019 di DIY
Pewarta: Juraidi/Sukardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019