Jakarta (ANTARA News) - Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 menegaskan Joko Widodo tidak panik karena survei yang mengisukan elektabilitasnya berkurang.
"Intinya, kalau dikatakan Jokowi panik karena survei, jawabannya tidak," kata Ketua TKN Erick Thohir dalam keterangan pers diterima Antara di Jakarta pada Rabu.
Menurut Erick, kampanye ofensif yang dilakukan tim sukses Jokowi adalah dalam melaporkan segala bentuk kecurangan yang diduga dilakukan rival politik dengan menggunakan data dan fakta.
Ketua TKN juga menjealskan hasil riset lembaga survei resmi yang diakui Komisi Pemilihan Umum mengungkap selisih jumlah suara antara paslon presiden-wakil presiden nomor urut 1 dan nomor urut 2 yakni minimal 20 persen.
Erick menjelaskan masyarakat juga perlu melihat melalui lembaga survei yang berafiliasi kepada KPU.
"Kita harus lihat 'track record'. Kita harus berkaca pada lembaga survei yang asosiasinya masuk ke KPU. Jadi lembaga survei yang diakui KPU itu memberi data kedua paslon itu bedanya masih 20 persen," kata Erick.
Selain itu Erick menjelaskan timnya tidak khawatir terkait hasil survei yang dikeluarkan lembaga Media Survei Nasional (Median) dan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) yang menjelaskan selisih elektabilitas kedua pasangan calon menjadi sebesar 15-18 persen usai debat perdana pada pertengahan Januari lalu.
"Jika dihitung rata-rata selisih elektabilitas kedua pasangan calon, masih di angka 15-18 persen. Semuanya dengan kemenangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin. Sehingga aneh bila disebut Jokowi-Ma'ruf panik. Yang terjadi seharusnya adalah sebaliknya," demikian Erick.
Komisi Pemilihan Umum akan menggelar debat tahap dua capres pada 17 Februari 2019 di Hotel Fairmont, Jakarta.
Kedua calon presiden, baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto, akan beradu visi dan misi yang berkaitan dengan tema energi, pangan, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
Baca juga: TKN: Ofensif Jokowi cara untuk memberikan optimisme masyarakat
Baca juga: TKN targetkan tarik suara pemilih yang belum berpihak
Baca juga: Timses capres 01 tegaskan ofensif dengan gunakan data dan fakta
"Intinya, kalau dikatakan Jokowi panik karena survei, jawabannya tidak," kata Ketua TKN Erick Thohir dalam keterangan pers diterima Antara di Jakarta pada Rabu.
Menurut Erick, kampanye ofensif yang dilakukan tim sukses Jokowi adalah dalam melaporkan segala bentuk kecurangan yang diduga dilakukan rival politik dengan menggunakan data dan fakta.
Ketua TKN juga menjealskan hasil riset lembaga survei resmi yang diakui Komisi Pemilihan Umum mengungkap selisih jumlah suara antara paslon presiden-wakil presiden nomor urut 1 dan nomor urut 2 yakni minimal 20 persen.
Erick menjelaskan masyarakat juga perlu melihat melalui lembaga survei yang berafiliasi kepada KPU.
"Kita harus lihat 'track record'. Kita harus berkaca pada lembaga survei yang asosiasinya masuk ke KPU. Jadi lembaga survei yang diakui KPU itu memberi data kedua paslon itu bedanya masih 20 persen," kata Erick.
Selain itu Erick menjelaskan timnya tidak khawatir terkait hasil survei yang dikeluarkan lembaga Media Survei Nasional (Median) dan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) yang menjelaskan selisih elektabilitas kedua pasangan calon menjadi sebesar 15-18 persen usai debat perdana pada pertengahan Januari lalu.
"Jika dihitung rata-rata selisih elektabilitas kedua pasangan calon, masih di angka 15-18 persen. Semuanya dengan kemenangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin. Sehingga aneh bila disebut Jokowi-Ma'ruf panik. Yang terjadi seharusnya adalah sebaliknya," demikian Erick.
Komisi Pemilihan Umum akan menggelar debat tahap dua capres pada 17 Februari 2019 di Hotel Fairmont, Jakarta.
Kedua calon presiden, baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto, akan beradu visi dan misi yang berkaitan dengan tema energi, pangan, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
Baca juga: TKN: Ofensif Jokowi cara untuk memberikan optimisme masyarakat
Baca juga: TKN targetkan tarik suara pemilih yang belum berpihak
Baca juga: Timses capres 01 tegaskan ofensif dengan gunakan data dan fakta
Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019