Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Yusa Djuyandi mengatakan kedua pasangan capres-cawapres perlu menjalani debat dengan menyertakan solusi konkret, untuk mendapatkan simpati publik.
"Pasangan capres dan cawapres perlu memantapkan jawaban dengan menyertakan solusi konkret. Jawabannya tentu jangan terlalu umum atau cenderung formalitas," ujar Yusa dihubungi di Jakarta, Minggu.
Yusa mengatakan kedua pasangan capres-cawapres perlu memahami apa topik debat yang diangkat.
Keduanya dipandang perlu memelajari apa masalah bangsa yang sampai saat ini belum terselesaikan dan bagaimana cara konkret mereka dalam menyelesaikan masalah itu.
Sementara itu, dalam segmen pertanyaan tertutup ketika para kandidat diberi kesempatan bertanya pada lawan, mereka harus pula menyampaikan pertanyaan berbobot.
Yusa menekankan keduanya harus mengenali setiap persoalan secara mendalam dan mempertanyakan apa langkah serta program yang dilakukan pasangan lawan untuk menyelesaikannya.
"Masyarakat harus tahu seperti apa kemampuan mengenali masalah dan solusinya dari setiap pasangan calon," ujar Yusa.
Lebih jauh dia mengatakan, terbuka peluang bagi kedua kandidat untuk menanyakan persoalan yang selama ini ditudingkan kepada lawannya masing-masing.
Misalnya, Prabowo yang kerap dituding terkait pelanggaran HAM masa lalu, atau pertanyaan tentang penyelesaian kasus hukum di rezim pemerintahan Jokowi seperti kasus Novel Baswedan.
Menurut Yusa pertanyaan itu bisa saja dimunculkan.
"Publik tentu ingin tahu seperti apa kedua pasangan ini menyikapi soal masalahnya masing-masing," jelasnya.
Debat capres perdana akan dilaksanakan di Hotel Bidakara 17 Januari 2019 dengan tema hukum, HAM, korupsi dan terorisme.
Debat akandiikuti dua pasangan calon Pilpres 2019, yakni nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf dan nomor urut 02 Prabowo-Sandi.
"Pasangan capres dan cawapres perlu memantapkan jawaban dengan menyertakan solusi konkret. Jawabannya tentu jangan terlalu umum atau cenderung formalitas," ujar Yusa dihubungi di Jakarta, Minggu.
Yusa mengatakan kedua pasangan capres-cawapres perlu memahami apa topik debat yang diangkat.
Keduanya dipandang perlu memelajari apa masalah bangsa yang sampai saat ini belum terselesaikan dan bagaimana cara konkret mereka dalam menyelesaikan masalah itu.
Sementara itu, dalam segmen pertanyaan tertutup ketika para kandidat diberi kesempatan bertanya pada lawan, mereka harus pula menyampaikan pertanyaan berbobot.
Yusa menekankan keduanya harus mengenali setiap persoalan secara mendalam dan mempertanyakan apa langkah serta program yang dilakukan pasangan lawan untuk menyelesaikannya.
"Masyarakat harus tahu seperti apa kemampuan mengenali masalah dan solusinya dari setiap pasangan calon," ujar Yusa.
Lebih jauh dia mengatakan, terbuka peluang bagi kedua kandidat untuk menanyakan persoalan yang selama ini ditudingkan kepada lawannya masing-masing.
Misalnya, Prabowo yang kerap dituding terkait pelanggaran HAM masa lalu, atau pertanyaan tentang penyelesaian kasus hukum di rezim pemerintahan Jokowi seperti kasus Novel Baswedan.
Menurut Yusa pertanyaan itu bisa saja dimunculkan.
"Publik tentu ingin tahu seperti apa kedua pasangan ini menyikapi soal masalahnya masing-masing," jelasnya.
Debat capres perdana akan dilaksanakan di Hotel Bidakara 17 Januari 2019 dengan tema hukum, HAM, korupsi dan terorisme.
Debat akandiikuti dua pasangan calon Pilpres 2019, yakni nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf dan nomor urut 02 Prabowo-Sandi.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019