Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Padjajaran Idil Akbar mengatakan perilaku Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief bisa menjadi bumerang bagi partainya.
Idil dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, menilai sikap Andi Arief yang bermusuhan terbuka dengan sejumlah pihak termasuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) kontraproduktif bagi Demokrat maupun Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku ketua umum sekaligus ikon partai itu.
"Sikap dan pernyataannya cenderung berpretensi mendelegitimasi KPU untuk dinilai sebagai lembaga partisan dan tidak independen," kata Idil Akbar.
Menurut dia, publik belum tentu sependapat dengan Andi Arief, bahkan bukan tidak mungkin malah hilang simpati.
"Malah bisa jadi justru akan menjadi bumerang bagi masa depan politik Partai Demokrat," ujar Idil.
Menurut dia, tidaklah bijak bila SBY mendiamkan hal itu.
"Mendiamkan bukanlah satu hal yang bijak. Sebab selama ini kita tahu bahwa SBY dikenal sebagai politisi yang santun dan sangat mengedepankan kesantunan," katanya.
Permusuhan Andi Arief dengan sejumlah pihak termasuk komisioner KPU berawal dari cuitannya di Twitter terkait dengan isu tujuh kontainer yang berisi surat suara yang sudah tercoblos yang kemudian dinyatakan sebagai hoaks oleh KPU.
Andi Arief menolak dituding turut menyebarkan hoaks itu karena ia merasa justru memperingatkan KPU untuk mengecek kabar itu agar tidak menjadi fitnah.
Ia pun melaporkan sejumlah pihak ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Dalam cuitannya, Andi Arief juga menyatakan telah melapor ke SBY dan siap diberi sanksi. Namun, menurut dia, SBY hanya menanggapi dengan senyum.
"Saya sudah melaporkan soal kriminalisasi pada diri saya ke Pak @SBYudhoyono. Saya bersedia disanksi jika dianggap tidak disiplin. Beliau tersenyum," tulis Andi Arief dalam cuitannya.
Idil dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, menilai sikap Andi Arief yang bermusuhan terbuka dengan sejumlah pihak termasuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) kontraproduktif bagi Demokrat maupun Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku ketua umum sekaligus ikon partai itu.
"Sikap dan pernyataannya cenderung berpretensi mendelegitimasi KPU untuk dinilai sebagai lembaga partisan dan tidak independen," kata Idil Akbar.
Menurut dia, publik belum tentu sependapat dengan Andi Arief, bahkan bukan tidak mungkin malah hilang simpati.
"Malah bisa jadi justru akan menjadi bumerang bagi masa depan politik Partai Demokrat," ujar Idil.
Menurut dia, tidaklah bijak bila SBY mendiamkan hal itu.
"Mendiamkan bukanlah satu hal yang bijak. Sebab selama ini kita tahu bahwa SBY dikenal sebagai politisi yang santun dan sangat mengedepankan kesantunan," katanya.
Permusuhan Andi Arief dengan sejumlah pihak termasuk komisioner KPU berawal dari cuitannya di Twitter terkait dengan isu tujuh kontainer yang berisi surat suara yang sudah tercoblos yang kemudian dinyatakan sebagai hoaks oleh KPU.
Andi Arief menolak dituding turut menyebarkan hoaks itu karena ia merasa justru memperingatkan KPU untuk mengecek kabar itu agar tidak menjadi fitnah.
Ia pun melaporkan sejumlah pihak ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Dalam cuitannya, Andi Arief juga menyatakan telah melapor ke SBY dan siap diberi sanksi. Namun, menurut dia, SBY hanya menanggapi dengan senyum.
"Saya sudah melaporkan soal kriminalisasi pada diri saya ke Pak @SBYudhoyono. Saya bersedia disanksi jika dianggap tidak disiplin. Beliau tersenyum," tulis Andi Arief dalam cuitannya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019