Simalungun, Sumut (ANTARA News) - Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno di tepi bukit Danau Toba, Parapat, Simalungun, Senin.
Kunjungan tersebut merupakan titik terakhir rangkaian Safari Kebangsaan III menyusuri Provinsi Sumatera Utara (Sumut) sejak Jumat (14/12).
Hasto dan Djarot melihat ruang tidur bekas digunakan oleh Bapak Bangsa yang melewatkan waktu di rumah tersebut bersama Haji Agus Salim dan Sjahrir.
"Masih terpelihara bagus. Ada tempat salat dan kamar mandi. Masih terjaga semuanya," ujar Djarot.
Caleg DPR RI dapil 3 Sumut itu menjelaskan pada akhir 1948, Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia, mengasingkan Proklamator dan Presiden RI pertama Soekarno.
Awalnya, Bung Karno diasingkan di Berastagi, sekitar 110 kilometer jaraknya dari Parapat. Saat di Berastagi, pemerintah Belanda memerintahkan seseorang untuk membunuh Bung Karno.
Namun, sang pembunuh bayaran justru membatalkan pesanan itu, sekaligus memberi tahu Putra Sang Fajar untuk berhati-hati.
Setelah 12 hari di Berastagi, Belanda memindahkan Bung Karno dan kawan-kawan ke rumah di Parapat itu. Selama 2 bulan mereka "ditawan" di sana.
Dari rumah pengasingan berlantai dua itu, terpampang keindahan Pulau Samosir dan Danau Toba yang luas membentang dengan air hijau jernih serta baris perbukitan yang indah mengelilinginya.
Rumah berarsitektur gaya klasik khas negara-negara Eropa di abad 19 itu terdiri atas beberapa ruangan selain kamar tidur, yakni ruang membaca, hingga ruang untuk salat.
Baca juga: Djarot bandingkan pembangunan di Sumut era SBY dan Jokowi
Baca juga: Djarot dipercaya rebut kemenangan di dapilnya
Baca juga: Megawati dan Jokowi diberi oleh-oleh ikan asin
Kunjungan tersebut merupakan titik terakhir rangkaian Safari Kebangsaan III menyusuri Provinsi Sumatera Utara (Sumut) sejak Jumat (14/12).
Hasto dan Djarot melihat ruang tidur bekas digunakan oleh Bapak Bangsa yang melewatkan waktu di rumah tersebut bersama Haji Agus Salim dan Sjahrir.
"Masih terpelihara bagus. Ada tempat salat dan kamar mandi. Masih terjaga semuanya," ujar Djarot.
Caleg DPR RI dapil 3 Sumut itu menjelaskan pada akhir 1948, Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia, mengasingkan Proklamator dan Presiden RI pertama Soekarno.
Awalnya, Bung Karno diasingkan di Berastagi, sekitar 110 kilometer jaraknya dari Parapat. Saat di Berastagi, pemerintah Belanda memerintahkan seseorang untuk membunuh Bung Karno.
Namun, sang pembunuh bayaran justru membatalkan pesanan itu, sekaligus memberi tahu Putra Sang Fajar untuk berhati-hati.
Setelah 12 hari di Berastagi, Belanda memindahkan Bung Karno dan kawan-kawan ke rumah di Parapat itu. Selama 2 bulan mereka "ditawan" di sana.
Dari rumah pengasingan berlantai dua itu, terpampang keindahan Pulau Samosir dan Danau Toba yang luas membentang dengan air hijau jernih serta baris perbukitan yang indah mengelilinginya.
Rumah berarsitektur gaya klasik khas negara-negara Eropa di abad 19 itu terdiri atas beberapa ruangan selain kamar tidur, yakni ruang membaca, hingga ruang untuk salat.
Baca juga: Djarot bandingkan pembangunan di Sumut era SBY dan Jokowi
Baca juga: Djarot dipercaya rebut kemenangan di dapilnya
Baca juga: Megawati dan Jokowi diberi oleh-oleh ikan asin
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018