Jakarta (ANTARA) - Mahfud Md. mengaku tidak ambil pusing jika ada agen intelijen yang mengikuti dia dan memantau kegiatannya.
Mahfud pun meyakini saat dia berbicara di depan para pegawai Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Jumat, ada agen intelijen yang ikut mengawasi.
“Saya tahu di berbagai lini itu sudah ada intel (agen intelijen) pasti, dan mereka tahu bahwa di sini (Kemenko Polhukam) semuanya netral sehingga tidak ada sorotan atau intervensi ke sini, dan sekarang pun saya yakin diantara ini ada intel juga. Gak apa-apa, itu tugas negara,” kata Mahfud saat apel pagi bersama pegawai Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat.
Apel pagi itu, yang digelar di pelataran Kantor Kemenko Polhukam, merupakan momen terakhir Mahfud selaku menteri koordinator bidang politik, hukum dan keamanan memberi arahan kepada jajaran pegawai dan pejabat kementerian.
“Waktu saya jadi Menhan (menteri pertahanan) dulu, intel itu adalah keperluan negara untuk melindungi negara. Oleh sebab itu, saya suka ke mana-mana kalau diikuti intel itu saya suka, dan saya merasa perlu diikuti oleh intel agar yang saya sampaikan itu terekam dengan benar,” kata Mahfud Md.
Mahfud Md. pada Kamis sore (1/2) menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai Menko Polhukam kepada Presiden RI Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta. Dalam surat itu, Mahfud menjelaskan kepada Presiden alasan mundur utamanya karena dia maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Ganjar Pranowo di Pemilu 2024.
Di hadapan para pegawainya, Mahfud membeberkan alasan dia memutuskan mundur meskipun aturan undang-undang memperbolehkan seorang menteri maju sebagai peserta pemilu. Mahfud mengakui dia kesulitan menghindari konflik kepentingan yang kerap muncul saat dia menjalankan tugasnya sebagai Menko Polhukam.
“Ternyata sesudah menjalani, saya sibuk, terkadang terasa ada konflik kepentingan ketika saya berkunjung ke daerah sebagai menko tidak sebagai cawapres, terkadang ada saja orang berteriak bapak cawapres. Jadi, (saya) menjadi tidak enak sehingga saya ya harus berhenti berjalan-jalan atau berkunjung ke mana-mana sebagai Menko Polhukam,” kata Mahfud Md. di hadapan pegawai Kemenko Polhukam.
Dalam kesempatan yang sama, Mahfud pun meminta pegawai Kemenko Polhukam, termasuk yang berstatus aparatur sipil negara (ASN) harus dapat menjaga netralitasnya selama Pemilu 2024.
“Bekerjalah baik-baik. Tidak usah mendukung saya, profesional saja. Saya tahu banyak yang merasa terikat hatinya karena dulu bersama saya lalu sekarang di suatu tempat. Lalu saya bilang, kalau saya ke sana anda tidak usah menemui, karena anda pejabat pemerintah, aparat, sedangkan saya datang sebagai politikus dan cawapres sehingga saya bilang, tidak usah ketemu saya. Bekerja saja secara baik-baik. Jaga Indonesia ini dengan sebaik-baiknya,” kata Mahfud Md.
Baca juga: Ari Dwipayana: Keputusan pengganti Mahfud hak prerogatif Presiden
Baca juga: Mahfud serahkan surat pengunduran diri setelah balik dari Aceh
Mahfud pun meyakini saat dia berbicara di depan para pegawai Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Jumat, ada agen intelijen yang ikut mengawasi.
“Saya tahu di berbagai lini itu sudah ada intel (agen intelijen) pasti, dan mereka tahu bahwa di sini (Kemenko Polhukam) semuanya netral sehingga tidak ada sorotan atau intervensi ke sini, dan sekarang pun saya yakin diantara ini ada intel juga. Gak apa-apa, itu tugas negara,” kata Mahfud saat apel pagi bersama pegawai Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat.
Apel pagi itu, yang digelar di pelataran Kantor Kemenko Polhukam, merupakan momen terakhir Mahfud selaku menteri koordinator bidang politik, hukum dan keamanan memberi arahan kepada jajaran pegawai dan pejabat kementerian.
“Waktu saya jadi Menhan (menteri pertahanan) dulu, intel itu adalah keperluan negara untuk melindungi negara. Oleh sebab itu, saya suka ke mana-mana kalau diikuti intel itu saya suka, dan saya merasa perlu diikuti oleh intel agar yang saya sampaikan itu terekam dengan benar,” kata Mahfud Md.
Mahfud Md. pada Kamis sore (1/2) menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai Menko Polhukam kepada Presiden RI Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta. Dalam surat itu, Mahfud menjelaskan kepada Presiden alasan mundur utamanya karena dia maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Ganjar Pranowo di Pemilu 2024.
Di hadapan para pegawainya, Mahfud membeberkan alasan dia memutuskan mundur meskipun aturan undang-undang memperbolehkan seorang menteri maju sebagai peserta pemilu. Mahfud mengakui dia kesulitan menghindari konflik kepentingan yang kerap muncul saat dia menjalankan tugasnya sebagai Menko Polhukam.
“Ternyata sesudah menjalani, saya sibuk, terkadang terasa ada konflik kepentingan ketika saya berkunjung ke daerah sebagai menko tidak sebagai cawapres, terkadang ada saja orang berteriak bapak cawapres. Jadi, (saya) menjadi tidak enak sehingga saya ya harus berhenti berjalan-jalan atau berkunjung ke mana-mana sebagai Menko Polhukam,” kata Mahfud Md. di hadapan pegawai Kemenko Polhukam.
Dalam kesempatan yang sama, Mahfud pun meminta pegawai Kemenko Polhukam, termasuk yang berstatus aparatur sipil negara (ASN) harus dapat menjaga netralitasnya selama Pemilu 2024.
“Bekerjalah baik-baik. Tidak usah mendukung saya, profesional saja. Saya tahu banyak yang merasa terikat hatinya karena dulu bersama saya lalu sekarang di suatu tempat. Lalu saya bilang, kalau saya ke sana anda tidak usah menemui, karena anda pejabat pemerintah, aparat, sedangkan saya datang sebagai politikus dan cawapres sehingga saya bilang, tidak usah ketemu saya. Bekerja saja secara baik-baik. Jaga Indonesia ini dengan sebaik-baiknya,” kata Mahfud Md.
Baca juga: Ari Dwipayana: Keputusan pengganti Mahfud hak prerogatif Presiden
Baca juga: Mahfud serahkan surat pengunduran diri setelah balik dari Aceh
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2024
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2024