Jakarta (ANTARA) - Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo akan meminta Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud berdiskusi dengan perbankan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mencarikan solusi atas hama tikus, kekeringan hingga kredit macet petani di Blora, Jawa Tengah.
"Saya akan meminta Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud untuk berbicara dengan pihak bank. Karena ini KUR untuk konsumsi, kemungkinan penjadwalan ulang kreditnya. nanti kita bantu ya," kata Ganjar dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Menurut salah satu petani, Narti, Tim Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari pemerintah harus dikerahkan agar mereka tahu cara menanggulangi hama tikus atau wereng.
"Kami minta agar ada tim PPL yang benar-benar terjun ke lapangan, biar kelompok tani bisa maju, jangan karena kita lagi paceklik jadi enggak ada perhatian," ujar Narti.
Selain Narti, ada juga petani yang mengeluhkan tidak mampu mengembalikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pasalnya, kekeringan akibat El Nino selama beberapa bulan terakhir, menyebabkan gagal panen, sehingga petani tidak ada pemasukan untuk membayar cicilan KUR.
Baca juga: Hari ke-38 kampanye, Ganjar ke Blora, Mahfud temui Uskup Agung Jakarta
Baca juga: Mahfud yakin Ganjar siap ikuti debat ketiga capres soal pertahanan
Wagiman asal Desa Semawur, Kecamatan Ngawen, Blora, mengaku, meminjam KUR sebesar Rp11 juta dengan cicilan Rp400 ribu per bulan.
Namun, sudah 6 bulan dirinya tak bisa mencicil KUR karena sawahnya mengalami kekeringan, sehingga tidak ada pemasukan.
"Saya ini, keluarga miskin, cuman buruh tani, punya utang KUR Rp11 juta. Utang karena musim kemarau terlalu panjang, kami tanam padi, tapi tidak bisa panen, makanya sawah kering. Bibit padi yang disebar mati semua, karena kebutuhan untuk keluarga tidak ada, jadi KUR dari BRI dipakai untuk sehari-hari," ucap Wagiman.
Adapun ihwal yang membuat Wagiman khawatir, pihak bank sudah mendatangi rumahnya dan menyampaikan akan menyita rumahnya jika kredit tidak segera dibayar.
"Pihak bank datang ke rumah, katanya kalau tidak segera dibayar, rumah mau disegel. Rumah itu sudah jelek, masih mau disita, makanya saya minta dibantu. Saya dan istri kalau sudah hujan dan sawah bisa ditanam lagi pasti bayar utang," jelas Wagiman.
Sementara itu, Lilik mengatakan mengambil utang KUR pertanian Rp50 juta. Dia mengungkapkan mengajukan utang untuk usaha kayu suami.
"Tapi kreditnya macet karena COVID-19. Setoran Rp1.544.000 per bulan. Lancar bayar sekitar 26 bulan, tapi sudah 3 bulan tidak bisa cicil karena usahanya seret," ungkap Lilik.
Lilik menilai pihak bank telah memberikan perpanjangan waktu untuk membayar kredit sampai Februari 2024.
"Tapi belum bisa bayar karena sampai sekarang usaha kayu suami belum berjalan," ucapnya.
"Saya akan meminta Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud untuk berbicara dengan pihak bank. Karena ini KUR untuk konsumsi, kemungkinan penjadwalan ulang kreditnya. nanti kita bantu ya," kata Ganjar dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Menurut salah satu petani, Narti, Tim Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari pemerintah harus dikerahkan agar mereka tahu cara menanggulangi hama tikus atau wereng.
"Kami minta agar ada tim PPL yang benar-benar terjun ke lapangan, biar kelompok tani bisa maju, jangan karena kita lagi paceklik jadi enggak ada perhatian," ujar Narti.
Selain Narti, ada juga petani yang mengeluhkan tidak mampu mengembalikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pasalnya, kekeringan akibat El Nino selama beberapa bulan terakhir, menyebabkan gagal panen, sehingga petani tidak ada pemasukan untuk membayar cicilan KUR.
Baca juga: Hari ke-38 kampanye, Ganjar ke Blora, Mahfud temui Uskup Agung Jakarta
Baca juga: Mahfud yakin Ganjar siap ikuti debat ketiga capres soal pertahanan
Wagiman asal Desa Semawur, Kecamatan Ngawen, Blora, mengaku, meminjam KUR sebesar Rp11 juta dengan cicilan Rp400 ribu per bulan.
Namun, sudah 6 bulan dirinya tak bisa mencicil KUR karena sawahnya mengalami kekeringan, sehingga tidak ada pemasukan.
"Saya ini, keluarga miskin, cuman buruh tani, punya utang KUR Rp11 juta. Utang karena musim kemarau terlalu panjang, kami tanam padi, tapi tidak bisa panen, makanya sawah kering. Bibit padi yang disebar mati semua, karena kebutuhan untuk keluarga tidak ada, jadi KUR dari BRI dipakai untuk sehari-hari," ucap Wagiman.
Adapun ihwal yang membuat Wagiman khawatir, pihak bank sudah mendatangi rumahnya dan menyampaikan akan menyita rumahnya jika kredit tidak segera dibayar.
"Pihak bank datang ke rumah, katanya kalau tidak segera dibayar, rumah mau disegel. Rumah itu sudah jelek, masih mau disita, makanya saya minta dibantu. Saya dan istri kalau sudah hujan dan sawah bisa ditanam lagi pasti bayar utang," jelas Wagiman.
Sementara itu, Lilik mengatakan mengambil utang KUR pertanian Rp50 juta. Dia mengungkapkan mengajukan utang untuk usaha kayu suami.
"Tapi kreditnya macet karena COVID-19. Setoran Rp1.544.000 per bulan. Lancar bayar sekitar 26 bulan, tapi sudah 3 bulan tidak bisa cicil karena usahanya seret," ungkap Lilik.
Lilik menilai pihak bank telah memberikan perpanjangan waktu untuk membayar kredit sampai Februari 2024.
"Tapi belum bisa bayar karena sampai sekarang usaha kayu suami belum berjalan," ucapnya.
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024