Jakarta (ANTARA) - Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengaku dirinya sudah tujuh kali gagal mengunjungi Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal itu disampaikan Ganjar dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Awalnya, kedatangan Ganjar ke Pulau Rote mendapat sambutan meriah dari tokoh adat dan masyarakat di Bandar Udara D. C. Saudale, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, NTT, Sabtu.
Dia disambut Raja Nusak Termanu, Vicoas Amalo dan dijemput puluhan orang berkuda menuju istana Uma Batu di Feapopi, Kecamatan Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao, NTT.
Di sana, mantan Gubernur Jawa Tengah itu kembali disambut secara adat. Kemudian menjalani prosesi pengangkatan sebagai anggota keluarga dan penganugerahan nama kebesaran.
Pertama, prosesi safe tasioe atau pensucian diri. Ganjar berjalan ke singgasana yang berbentuk sasando dan dibasuh kakinya dengan air kelapa.
Baca juga: Ganjar ajak masyarakat hargai Pancasila
Baca juga: Warga Ende antusias sambut Ganjar Pranowo
Selanjutnya penyematan busana adat Rote. Politikus berambut putih itu mendapat gelar "Funu Keu", atau anak sulung satu-satunya lelaki di dalam keluarga. Dalam adat setempat, itu berarti menjadi pimpinan tertinggi dalam keluarga.
Sekretaris Adat Suku Folateik Nusak Termanu, Gentry Amalo menuturkan bahwa pengangkatan Ganjar menjadi anggota keluarga tersebut sudah berdasarkan keputusan Dewan Adat.
"Untuk itu, berdasarkan pengangkatan sebagai kerabat adat kepada Pak Ganjar. Dan, kami anugerahkan gelar adat dengan nama perang, yang Mulia Funu Keu," ujar Gentry.
Sementara itu, Ganjar Pranowo mengaku haru sekaligus senang karena sudah menjadi bagian dari masyarakat adat di Rote.
Baca juga: Ganjar jalan pagi dan cek harga bahan pokok di Kupang
"Saya sudah tujuh kali mau ke sini tapi selalu gagal. Dan, hari ini saya sudah sampai di sini. Saya terharu karena begitu luar biasa penyambutan masyarakat Rote," kata Ganjar.
Kegiatan kali ini, lanjutnya, memberikan pesan moral tentang ikatan batin sebuah keluarga. Lebih dari itu adalah cara menjaga moral dan kebudayaan Indonesia. "Terima kasih. Pasti saya merindukan tanah ini untuk kembali," tegasnya.
Hal itu disampaikan Ganjar dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Awalnya, kedatangan Ganjar ke Pulau Rote mendapat sambutan meriah dari tokoh adat dan masyarakat di Bandar Udara D. C. Saudale, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, NTT, Sabtu.
Dia disambut Raja Nusak Termanu, Vicoas Amalo dan dijemput puluhan orang berkuda menuju istana Uma Batu di Feapopi, Kecamatan Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao, NTT.
Di sana, mantan Gubernur Jawa Tengah itu kembali disambut secara adat. Kemudian menjalani prosesi pengangkatan sebagai anggota keluarga dan penganugerahan nama kebesaran.
Pertama, prosesi safe tasioe atau pensucian diri. Ganjar berjalan ke singgasana yang berbentuk sasando dan dibasuh kakinya dengan air kelapa.
Baca juga: Ganjar ajak masyarakat hargai Pancasila
Baca juga: Warga Ende antusias sambut Ganjar Pranowo
Selanjutnya penyematan busana adat Rote. Politikus berambut putih itu mendapat gelar "Funu Keu", atau anak sulung satu-satunya lelaki di dalam keluarga. Dalam adat setempat, itu berarti menjadi pimpinan tertinggi dalam keluarga.
Sekretaris Adat Suku Folateik Nusak Termanu, Gentry Amalo menuturkan bahwa pengangkatan Ganjar menjadi anggota keluarga tersebut sudah berdasarkan keputusan Dewan Adat.
"Untuk itu, berdasarkan pengangkatan sebagai kerabat adat kepada Pak Ganjar. Dan, kami anugerahkan gelar adat dengan nama perang, yang Mulia Funu Keu," ujar Gentry.
Sementara itu, Ganjar Pranowo mengaku haru sekaligus senang karena sudah menjadi bagian dari masyarakat adat di Rote.
Baca juga: Ganjar jalan pagi dan cek harga bahan pokok di Kupang
"Saya sudah tujuh kali mau ke sini tapi selalu gagal. Dan, hari ini saya sudah sampai di sini. Saya terharu karena begitu luar biasa penyambutan masyarakat Rote," kata Ganjar.
Kegiatan kali ini, lanjutnya, memberikan pesan moral tentang ikatan batin sebuah keluarga. Lebih dari itu adalah cara menjaga moral dan kebudayaan Indonesia. "Terima kasih. Pasti saya merindukan tanah ini untuk kembali," tegasnya.
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023