Jakarta (ANTARA) - DPP Partai Hanura kubu Daryatmo menyesalkan pernyataan Oesman Sapta Odang (OSO) yang menyalahkan Wiranto sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas kegagalan partai tersebut menuju Senayan karena tidak memenuhi ambang batas Parliamentary Threshold (PT) sebesar empat persen.
"Kami menyesali pernyataan yang disampaikan oleh Osman Sapta, sebab menodai puasa Ramadhan di mana kita dalam suasana meningkatkan silaturahmi dan disampaikan di hadapan Presiden, seharusnya dalam suasana ketat tata krama, itu marwahnya," kata Ketua Umum Partai Hanura, Marsekal Madya (Purn) Daryatmo, di DPP Hanura, Bambu Apus, Jakarta, Minggu.
Pernyataan OSO sangat disesalkan oleh pengurus Partai Hanura, sebab pernyataan tersebut bukan hanya menodai puasa Ramadhan namun juga karena disampaikan di depan Presiden Joko Widodo saat acara buka bersama DPD RI dengan Presiden Jokowi pada Rabu (15/5).
"OSO menjadi Ketum Partai Hanura kan karena restu Wiranto pendiri partai dan ketum sebelumnya, dikarenakan Wiranto diangkat oleh presiden menjadi Menko Polhukam, yang tugasnya mengkoordinasikan masalah yang berkaitan dengan politik, hukum, dan keamanan," kata Daryatmo.
Menurut dia, seiring berjalannya waktu, Partai Hanura di bawah kepimpinan OSO bukan semakin solid, tetapi terjadi perpecahan, akibat model kepemimpinan yang mengabaikan mekanisme dan aturan partai dalam mengambil keputusan.
Akibatnya, kata dia, mayoritas kader militan Partai Hanura melakukan perlawanan dengan menyelenggarakan Munaslub II yang memberhentikan OSO sebagai Ketua Umum Partai Hanura.
"Oleh karena itu tidak heran partai kami gagal memenuhi ambang batas PT, namun anehnya, justru OSO menyalahkan Wiranto sebagai penyebabnya. Tanggung jawab Partai Hanura itu ada di tangan Oso bukan di tangan Wiranto sebagai ketua dewan pembina, jadi tidaklah berlebihan apabila kita menduga OSO mau lari dari tanggung jawab, dan ini membuktikan keyakinan mayoritas kader, bahwa Partai Hanura di bawah kepemimpinan OSO tidak banyak yang bisa diharapkan," katanya dalam siaran persnya.
"Untuk itu, kiranya tidaklah berlebihan juga bila kami kader dan simpatisan Partai Hanura menuntut Oesman Sapta Odang bertanggung jawab atas keterpurukan Partai Hanura pada Pemilu 2019, dengan secara kesatria mundur dari kepemimpinan Partai Hanura," kata Daryatmo.
Ketua Umum DPP Partai Hanura Oesman Sapta Odang sebelumnya mengungkapkan penyebab partainya gagal lolos ambang batas parlemen karena tindakan Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto.
"Jadi ada yang bertanya, kenapa Hanura kalah, ya tanya Wiranto bukan saya. Dia yang membuat kalah kok," kata Oesman Sapta dalam acara buka puasa bersama Presiden Jokowi, di kediaman Oesman, Jalan Karang Asem, Jakarta, Rabu (15/5).
Namun, dia tidak menjelaskan apa peran Wiranto hingga menyebabkan Hanura tidak lolos ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Oesman menegaskan bahwa tidak masalah jika partai yang dipimpinnya kalah di Pemilu 2019, namun yang terpenting pasangan capres-cawapres yang diusung Hanura menang Pemilu Presiden yaitu Jokowi-Ma'ruf.
"Biar Hanura kalah, tapi presidennya menang," ujarnya.
"Kami menyesali pernyataan yang disampaikan oleh Osman Sapta, sebab menodai puasa Ramadhan di mana kita dalam suasana meningkatkan silaturahmi dan disampaikan di hadapan Presiden, seharusnya dalam suasana ketat tata krama, itu marwahnya," kata Ketua Umum Partai Hanura, Marsekal Madya (Purn) Daryatmo, di DPP Hanura, Bambu Apus, Jakarta, Minggu.
Pernyataan OSO sangat disesalkan oleh pengurus Partai Hanura, sebab pernyataan tersebut bukan hanya menodai puasa Ramadhan namun juga karena disampaikan di depan Presiden Joko Widodo saat acara buka bersama DPD RI dengan Presiden Jokowi pada Rabu (15/5).
"OSO menjadi Ketum Partai Hanura kan karena restu Wiranto pendiri partai dan ketum sebelumnya, dikarenakan Wiranto diangkat oleh presiden menjadi Menko Polhukam, yang tugasnya mengkoordinasikan masalah yang berkaitan dengan politik, hukum, dan keamanan," kata Daryatmo.
Menurut dia, seiring berjalannya waktu, Partai Hanura di bawah kepimpinan OSO bukan semakin solid, tetapi terjadi perpecahan, akibat model kepemimpinan yang mengabaikan mekanisme dan aturan partai dalam mengambil keputusan.
Akibatnya, kata dia, mayoritas kader militan Partai Hanura melakukan perlawanan dengan menyelenggarakan Munaslub II yang memberhentikan OSO sebagai Ketua Umum Partai Hanura.
"Oleh karena itu tidak heran partai kami gagal memenuhi ambang batas PT, namun anehnya, justru OSO menyalahkan Wiranto sebagai penyebabnya. Tanggung jawab Partai Hanura itu ada di tangan Oso bukan di tangan Wiranto sebagai ketua dewan pembina, jadi tidaklah berlebihan apabila kita menduga OSO mau lari dari tanggung jawab, dan ini membuktikan keyakinan mayoritas kader, bahwa Partai Hanura di bawah kepemimpinan OSO tidak banyak yang bisa diharapkan," katanya dalam siaran persnya.
"Untuk itu, kiranya tidaklah berlebihan juga bila kami kader dan simpatisan Partai Hanura menuntut Oesman Sapta Odang bertanggung jawab atas keterpurukan Partai Hanura pada Pemilu 2019, dengan secara kesatria mundur dari kepemimpinan Partai Hanura," kata Daryatmo.
Ketua Umum DPP Partai Hanura Oesman Sapta Odang sebelumnya mengungkapkan penyebab partainya gagal lolos ambang batas parlemen karena tindakan Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto.
"Jadi ada yang bertanya, kenapa Hanura kalah, ya tanya Wiranto bukan saya. Dia yang membuat kalah kok," kata Oesman Sapta dalam acara buka puasa bersama Presiden Jokowi, di kediaman Oesman, Jalan Karang Asem, Jakarta, Rabu (15/5).
Namun, dia tidak menjelaskan apa peran Wiranto hingga menyebabkan Hanura tidak lolos ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Oesman menegaskan bahwa tidak masalah jika partai yang dipimpinnya kalah di Pemilu 2019, namun yang terpenting pasangan capres-cawapres yang diusung Hanura menang Pemilu Presiden yaitu Jokowi-Ma'ruf.
"Biar Hanura kalah, tapi presidennya menang," ujarnya.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019