Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melanjutkan kunjungan ke rumah duka keluarga anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 02 Ploso yang meninggal usai tugas saat pemilu di Tambaksari, Ploso, Tambaksari, Surabaya, Sabtu.
"Silakan, ayo pindah ke Rusun Keputih, atau Tambak Wedi. Di sana enak, sudah ada perabotan juga. Kalau mau, hari ini saya pindahkan, saya bantu juga untuk pindahan. Biar tenang, tidak sewa," kata Wali Kota Risma kepada istri almarhum Suroso, Kasianti (35), bersama dua anaknya, Fandi Bondan (12) dan Bella Putri (5).
Almarhum Suroso adalah anggota linmas yang menjaga TPS 02 Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambak Sari.
Ia tutup usia pada hari Sabtu (4/5) setelah melakukan perawatan medis di RSUD Soewandhi selama 8 hari, lalu dipindahkan ke RSUD Dr. Soetomo selama 2 hari. Pekerjaan sehari-hari Suroso sebagai tenaga serabutan.
Wali Kota Risma menawarkan bantuan tidak hanya berupa fasilitas tempat tinggal, tetapi juga memastikan pendidikan anak-anak Kasianti terjamin.
Ia ingin supaya anak-anak Kasianti jangan sampai putus sekolah.
Jika keluarga bersedia pindah ke rusun, pihaknya akan membantu mencarikan sekolah minimal sampai lulus sekolah menengah atas (SMA), terlebih untuk anak Kasianti nomor dua, Fandi Bondan (12), berkebutuhan khusus.
"Tidak perlu bingung, untuk biaya sekolah nanti saya bantu. Nanti sekolahnya dipindahkan yang paling dekat dengan pilihan rusun. Untuk anak nomor dua, saya sekolahkan inklusi. Yang paling kecil, bisa masuk PAUD di sana, harus lanjut sekolah. Apa pun yang terjadi, apalagi yang anak pertama sudah kelas satu SMA, kurang 2 tahun lagi lulus, jangan putus sekolah, saya bantu," katanya.
Wali kota yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan ini juga berpesan kepada anak pertama almarhum Suroso, Lucky Perdana (16), yang saat ini sudah menginjak kelas satu SMA agar tidak berhenti sekolah. Hal ini karena Lucky enggan melanjutkan sekolah dan ingin membantu ibunya.
"Saya pesan, tolong jangan sampai putus sekolah, saya bantu segala keperluan," katanya.
Selain bantuan berupa santunan, pendidikan, dan tempat tinggal, Wali Kota Risma juga menyediakan lahan pekerjaan bagi Kasianti agar tetap bisa bekerja dan menjaga anak-anaknya saat tinggal di rusun nanti.
Ia juga memastikan kehidupan mereka akan lebih baik.
"Nanti sampean (Anda) saya carikan pekerjaan di taman yang tidak jauh dari tempat tinggal di depan rusun, sambil bisa nunggu anak yang paling kecil. Biar ibunya saja yang kerja, anaknya jangan dahulu, belum waktunya. Jangan bolehkan putus sekolah," katanya.
Sementara itu, Kasianti menceritakan bagaimana kondisi suaminya menjelang meninggal yang mengeluhkan sakit di bagian kepala.
"Saya bawa ke RSUD Soewandhi kemudian ke RSUD Dr. Soetomo. Dokter bilang sakit liver, lalu tidak ada (meninggal) Sabtu pukul 07.00 WIB, dan dimakamkan di pemakaman Karanggayam," kata Kasianti.
Kasianti juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada Wali Kota Surabaya atas kepedulian membantu kesulitan-kesulitan keluarganya.
"Terima kasih Bu Risma sudah disambangi, dan diberi bantuan. Saya bersedia pindah. Akan tetapi, mungkin nunggu suami saya 40 harinya dahulu. Saya juga mau pamitan sama tetangga-tetangga," katanya.
"Silakan, ayo pindah ke Rusun Keputih, atau Tambak Wedi. Di sana enak, sudah ada perabotan juga. Kalau mau, hari ini saya pindahkan, saya bantu juga untuk pindahan. Biar tenang, tidak sewa," kata Wali Kota Risma kepada istri almarhum Suroso, Kasianti (35), bersama dua anaknya, Fandi Bondan (12) dan Bella Putri (5).
Almarhum Suroso adalah anggota linmas yang menjaga TPS 02 Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambak Sari.
Ia tutup usia pada hari Sabtu (4/5) setelah melakukan perawatan medis di RSUD Soewandhi selama 8 hari, lalu dipindahkan ke RSUD Dr. Soetomo selama 2 hari. Pekerjaan sehari-hari Suroso sebagai tenaga serabutan.
Wali Kota Risma menawarkan bantuan tidak hanya berupa fasilitas tempat tinggal, tetapi juga memastikan pendidikan anak-anak Kasianti terjamin.
Ia ingin supaya anak-anak Kasianti jangan sampai putus sekolah.
Jika keluarga bersedia pindah ke rusun, pihaknya akan membantu mencarikan sekolah minimal sampai lulus sekolah menengah atas (SMA), terlebih untuk anak Kasianti nomor dua, Fandi Bondan (12), berkebutuhan khusus.
"Tidak perlu bingung, untuk biaya sekolah nanti saya bantu. Nanti sekolahnya dipindahkan yang paling dekat dengan pilihan rusun. Untuk anak nomor dua, saya sekolahkan inklusi. Yang paling kecil, bisa masuk PAUD di sana, harus lanjut sekolah. Apa pun yang terjadi, apalagi yang anak pertama sudah kelas satu SMA, kurang 2 tahun lagi lulus, jangan putus sekolah, saya bantu," katanya.
Wali kota yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan ini juga berpesan kepada anak pertama almarhum Suroso, Lucky Perdana (16), yang saat ini sudah menginjak kelas satu SMA agar tidak berhenti sekolah. Hal ini karena Lucky enggan melanjutkan sekolah dan ingin membantu ibunya.
"Saya pesan, tolong jangan sampai putus sekolah, saya bantu segala keperluan," katanya.
Selain bantuan berupa santunan, pendidikan, dan tempat tinggal, Wali Kota Risma juga menyediakan lahan pekerjaan bagi Kasianti agar tetap bisa bekerja dan menjaga anak-anaknya saat tinggal di rusun nanti.
Ia juga memastikan kehidupan mereka akan lebih baik.
"Nanti sampean (Anda) saya carikan pekerjaan di taman yang tidak jauh dari tempat tinggal di depan rusun, sambil bisa nunggu anak yang paling kecil. Biar ibunya saja yang kerja, anaknya jangan dahulu, belum waktunya. Jangan bolehkan putus sekolah," katanya.
Sementara itu, Kasianti menceritakan bagaimana kondisi suaminya menjelang meninggal yang mengeluhkan sakit di bagian kepala.
"Saya bawa ke RSUD Soewandhi kemudian ke RSUD Dr. Soetomo. Dokter bilang sakit liver, lalu tidak ada (meninggal) Sabtu pukul 07.00 WIB, dan dimakamkan di pemakaman Karanggayam," kata Kasianti.
Kasianti juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada Wali Kota Surabaya atas kepedulian membantu kesulitan-kesulitan keluarganya.
"Terima kasih Bu Risma sudah disambangi, dan diberi bantuan. Saya bersedia pindah. Akan tetapi, mungkin nunggu suami saya 40 harinya dahulu. Saya juga mau pamitan sama tetangga-tetangga," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019