Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Banyak anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia saat bertugas mulai dari distribusi logistik hingga penghitungan suara merupakan pengorbanan demi lancar dan sukses pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
"Menjadi anggota KPPS sangat berat, apalagi di Kabupaten Sukabumi yang masih banyak lokasi tempat pemungutan suara (TPS) berada di pelosok, bahkan harus bersusah payah menyeberangi sungai dan jalan berlumpur dengan jarak yang jauh dan memakan waktu yang lama. Ini membuktikan petugas KPPS rela mengorbankan tenaganya agar pelaksanaan pemilu berjalan lancar dan sukses," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sukabumi Ferry Gustaman, di Sukabumi, Kamis.
Bahkan, tugas KPPS tidak hanya melakukan penghitungan suara hingga larut malam, tetapi harus kembali bertugas melakukan rekapitulasi di tingkat kecamatan. Tentunya pekerjaan berat ini harus dilakukan dengan cara profesional yang menguras tenaga, pikiran hingga waktu.
Tidak sedikit anggota KPPS yang jatuh sakit usai melaksanakan tugasnya dan juga di Kabupaten Sukabumi ada beberapa yang meninggal dunia, seperti anggota KPPS Idris Hadi (64), warga Kampung Cipamutih, RT 01/07, Desa Munjul, Kecamatan Ciambar. Ada lagi anggota KPPS warga Desa Sukajaya, Kecamatan Pabuaran meninggal dunia akibat keguguran disebabkan kelelahan selama menjalankan tugas.
Karena itu, pihaknya mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat agar menghormati setiap pengorbanan KPPS yang menjalankan tugas sangat berat demi sukses penyelenggaraan pemilu ini.
"Kami terus melakukan penggalangan dana untuk memberikan santunan kepada anggota KPPS maupun petugas lainnya yang meninggal dunia saat gelaran pemilu ini. Bantuan ini sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya," katanya lagi.
Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi mengatakan pascapemungutan dan penghitungan suara, aktivitas masyarakat di Kota Sukabumi sudah kembali normal, bahkan sejak warga menyalurkan hak pilihnya. Ia pun mengapresiasi warga yang bisa saling menahan diri dan menghormati dengan tidak melakukan perayaan maupun bentuk euforia lainnya.
Bagi anggota KPPS yang sakit maupun petugas lainnya, Pemkot Sukabumi akan menanggung seluruh biaya perawatannya. Kebijakan ini merupakan salah satu bentuk penghargaan dan untuk meringankan beban mereka setelah menjalani tugas yang cukup berat.
"Dari hari H pemungutan suara hingga penghitungan suara di tingkat kecamatan semua berjalan lancar, ini tidak lepas keberhasilan penyelenggaran pemilu mulai dari tingkat KPPS hingga KPU dan petugas lainnya yang menjalankan peran dan tugasnya secara profesional," katanya pula.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar menunggu hasil keputusan atau penetapan dari KPU terkait hasil pemilu ini, sebelum ada keputusan dilarang untuk melakukan euforia dalam bentuk apa pun.
Koordinator Milenial Indonesia Sukabumi Yenyen Siswati mengatakan bahwa pemilu merupakan bentuk dari pelaksanaan demokrasi di Indonesia, dengan adanya pesta rakyat setiap lima tahun sekali ini sangat menentukan nasib bangsa ke depannya.
Pemilu sangat penting dilaksanakan yang merupakan bentuk dari pengamalan sistem demokrasi di Indonesia. Menang dan kalah hal yang lumrah, tetapi yang terpenting berbeda pilihan tetap bersatu dengan kemajuan bangsa ini, katanya lagi.
"Pemilu sangat penting bagi kaum milenial, karena selain untuk menentukan calon pemimpin yang tepat, juga sebagai bentuk pembelajaran. Apalagi kaum milenial saat ini sudah peduli dengan dunia perpolitikan di Tanah Air," kata dia pula.
"Menjadi anggota KPPS sangat berat, apalagi di Kabupaten Sukabumi yang masih banyak lokasi tempat pemungutan suara (TPS) berada di pelosok, bahkan harus bersusah payah menyeberangi sungai dan jalan berlumpur dengan jarak yang jauh dan memakan waktu yang lama. Ini membuktikan petugas KPPS rela mengorbankan tenaganya agar pelaksanaan pemilu berjalan lancar dan sukses," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sukabumi Ferry Gustaman, di Sukabumi, Kamis.
Bahkan, tugas KPPS tidak hanya melakukan penghitungan suara hingga larut malam, tetapi harus kembali bertugas melakukan rekapitulasi di tingkat kecamatan. Tentunya pekerjaan berat ini harus dilakukan dengan cara profesional yang menguras tenaga, pikiran hingga waktu.
Tidak sedikit anggota KPPS yang jatuh sakit usai melaksanakan tugasnya dan juga di Kabupaten Sukabumi ada beberapa yang meninggal dunia, seperti anggota KPPS Idris Hadi (64), warga Kampung Cipamutih, RT 01/07, Desa Munjul, Kecamatan Ciambar. Ada lagi anggota KPPS warga Desa Sukajaya, Kecamatan Pabuaran meninggal dunia akibat keguguran disebabkan kelelahan selama menjalankan tugas.
Karena itu, pihaknya mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat agar menghormati setiap pengorbanan KPPS yang menjalankan tugas sangat berat demi sukses penyelenggaraan pemilu ini.
"Kami terus melakukan penggalangan dana untuk memberikan santunan kepada anggota KPPS maupun petugas lainnya yang meninggal dunia saat gelaran pemilu ini. Bantuan ini sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya," katanya lagi.
Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi mengatakan pascapemungutan dan penghitungan suara, aktivitas masyarakat di Kota Sukabumi sudah kembali normal, bahkan sejak warga menyalurkan hak pilihnya. Ia pun mengapresiasi warga yang bisa saling menahan diri dan menghormati dengan tidak melakukan perayaan maupun bentuk euforia lainnya.
Bagi anggota KPPS yang sakit maupun petugas lainnya, Pemkot Sukabumi akan menanggung seluruh biaya perawatannya. Kebijakan ini merupakan salah satu bentuk penghargaan dan untuk meringankan beban mereka setelah menjalani tugas yang cukup berat.
"Dari hari H pemungutan suara hingga penghitungan suara di tingkat kecamatan semua berjalan lancar, ini tidak lepas keberhasilan penyelenggaran pemilu mulai dari tingkat KPPS hingga KPU dan petugas lainnya yang menjalankan peran dan tugasnya secara profesional," katanya pula.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar menunggu hasil keputusan atau penetapan dari KPU terkait hasil pemilu ini, sebelum ada keputusan dilarang untuk melakukan euforia dalam bentuk apa pun.
Koordinator Milenial Indonesia Sukabumi Yenyen Siswati mengatakan bahwa pemilu merupakan bentuk dari pelaksanaan demokrasi di Indonesia, dengan adanya pesta rakyat setiap lima tahun sekali ini sangat menentukan nasib bangsa ke depannya.
Pemilu sangat penting dilaksanakan yang merupakan bentuk dari pengamalan sistem demokrasi di Indonesia. Menang dan kalah hal yang lumrah, tetapi yang terpenting berbeda pilihan tetap bersatu dengan kemajuan bangsa ini, katanya lagi.
"Pemilu sangat penting bagi kaum milenial, karena selain untuk menentukan calon pemimpin yang tepat, juga sebagai bentuk pembelajaran. Apalagi kaum milenial saat ini sudah peduli dengan dunia perpolitikan di Tanah Air," kata dia pula.
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019