Jakarta (ANTARA) - Perbedaan latar belakang budaya mempengaruhi pemilihan busana yang dikenakan, hal tersebut berlaku juga bagi pasangan calon presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam ajang debat presiden putaran terakhir.
Secara konsisten, Jokowi dan Ma'ruf mengenakan busana atasan berwarna putih. Sedangkan Prabowo-Sandiaga sejak awal juga kompak memakai setelah jas.
Menurut konsultan fesyen, Amy Wirabumi hal ini dikarenakan adanya perbedaan latar belakang budaya dan keluarga dari masing-masing pasangan calon presiden sehingga merupakan hal yang wajar jika keduanya berbeda gaya.
"Ada dasar latar belakang mereka masing-masing. Bahwa Jokowi dari keluarga sederhana, yang pasti beliau merasakan bahwa kemeja putih itu adalah baju yang rapih, yang paling mudah didapat dengan harga terjangkau. Apalagi dengan Ma'ruf Amin sebagai Kyai, yang pasti juga sering berpakaian putih," jelas Amy saat dihubungi Antara, Sabtu.
Dia melanjutkan, "Sementara Prabowo dulunya tentara dan Sandi sekolah di Amerika. Potongan jas itu relatif akrab dengan mereka."
Amy melihat konsistensi dari kedua pasangan calon presiden dalam berbusana. Menurutnya, baik Jokowi ataupun Prabowo sama-sama mengerti apa yang ingin disampaikan dalam penampilan.
"Jadi ini (kemeja putih) adalah hal yang ingin terus dibawa oleh dia. Gaya ini cukup mendobrak kalau dibandingkan dengan pejabat-pejabat sebelumnya. Tapi pada akhirnya kita semua senang pakai kemeja putih, yang secara tidak langsung kita senang menjalankan kesederhanaan yang ingin kita tunjukkan," ujar mantan jurnalis majalah fesyen itu.
"Kalau Prabowo dengan memakai jas bersama Sandi, memang kesannya yang terbawa adalah wibawa. Kalau flash back, padding bahu (pada jas) itu, memang akan membuat seseorang terlihat berwibawa. Jadi pemilihan jas seperti ini akan membangun kesan dan tersampaikan pada yang melihat jadi kesan yang timbul ya berwibawa dan rapih," tambahnya.
Bagi Amy, penting bagi setiap orang untuk menunjukkan kepribadian melalui busana dan ini tidak berlaku bagi para pejabat atau politikus saja.
"Sangat berpengaruh karena pakaian itu adalah komunikasi kita yang pertama pada orang di sekeliling kita. Tanpa perlu bicara, orang sudah bisa menilai penampilan. Kadang-kadang kita bisa melihat lebih jauh lagi dari tipenya dia, sifatnya dia dari warna kesukaan," kata Amy.
Baca juga: Gaya berbusana Jokowi dan Prabowo menurut konsultan fesyen
Baca juga: Analisa gestur di debat capres: joget, pijat hingga gulung lengan baju
Baca juga: Makna konsistensi gaya berbusana Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga
Secara konsisten, Jokowi dan Ma'ruf mengenakan busana atasan berwarna putih. Sedangkan Prabowo-Sandiaga sejak awal juga kompak memakai setelah jas.
Menurut konsultan fesyen, Amy Wirabumi hal ini dikarenakan adanya perbedaan latar belakang budaya dan keluarga dari masing-masing pasangan calon presiden sehingga merupakan hal yang wajar jika keduanya berbeda gaya.
"Ada dasar latar belakang mereka masing-masing. Bahwa Jokowi dari keluarga sederhana, yang pasti beliau merasakan bahwa kemeja putih itu adalah baju yang rapih, yang paling mudah didapat dengan harga terjangkau. Apalagi dengan Ma'ruf Amin sebagai Kyai, yang pasti juga sering berpakaian putih," jelas Amy saat dihubungi Antara, Sabtu.
Dia melanjutkan, "Sementara Prabowo dulunya tentara dan Sandi sekolah di Amerika. Potongan jas itu relatif akrab dengan mereka."
Amy melihat konsistensi dari kedua pasangan calon presiden dalam berbusana. Menurutnya, baik Jokowi ataupun Prabowo sama-sama mengerti apa yang ingin disampaikan dalam penampilan.
"Jadi ini (kemeja putih) adalah hal yang ingin terus dibawa oleh dia. Gaya ini cukup mendobrak kalau dibandingkan dengan pejabat-pejabat sebelumnya. Tapi pada akhirnya kita semua senang pakai kemeja putih, yang secara tidak langsung kita senang menjalankan kesederhanaan yang ingin kita tunjukkan," ujar mantan jurnalis majalah fesyen itu.
"Kalau Prabowo dengan memakai jas bersama Sandi, memang kesannya yang terbawa adalah wibawa. Kalau flash back, padding bahu (pada jas) itu, memang akan membuat seseorang terlihat berwibawa. Jadi pemilihan jas seperti ini akan membangun kesan dan tersampaikan pada yang melihat jadi kesan yang timbul ya berwibawa dan rapih," tambahnya.
Bagi Amy, penting bagi setiap orang untuk menunjukkan kepribadian melalui busana dan ini tidak berlaku bagi para pejabat atau politikus saja.
"Sangat berpengaruh karena pakaian itu adalah komunikasi kita yang pertama pada orang di sekeliling kita. Tanpa perlu bicara, orang sudah bisa menilai penampilan. Kadang-kadang kita bisa melihat lebih jauh lagi dari tipenya dia, sifatnya dia dari warna kesukaan," kata Amy.
Baca juga: Gaya berbusana Jokowi dan Prabowo menurut konsultan fesyen
Baca juga: Analisa gestur di debat capres: joget, pijat hingga gulung lengan baju
Baca juga: Makna konsistensi gaya berbusana Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019