Jakarta (ANTARA) - Pakar ekonomi Hisar Sirait menyarankan kepada kedua pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden agar menggenjot pertumbuhan ekonomi sebagai jawaban untuk mengelola rasio utang.
"Bagaimana caranya kita mengelola rasio utang? Pertama adalah mari kita menggenjot pertumbuhan ekonomi. Ketika pertumbuhan ekonomi kita genjot, maka otomatis kita mampu menghasilkan surplus dan dari surplus inilah kita bisa mengelola utang," ujar dia kepada Antara di Jakarta, Sabtu.
Dia menjelaskan bahwa langkah kedua yakni menjadikan pengelolaan utang sebagai prioritas, dimana saat Indonesia mengambil utang dari pihak luar maka harus melihat kemungkinan-kemungkinan beban utang jangka panjangnya.
"Apakah kita sekarang mampu memastikan marilah kita berutang kepada negara-negara yang memberikan tenor utang jangka panjang, dan ke depannya juga adalah nilai kurs kita terhadap mata uang negara yang kita berutang tersebut akan ada tren untuk menguat," kata Hisar yang juga Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie itu.
Pemerintah, lanjutnya, akan mengalami pengurangan beban pembiayaan utang apabila mampu menjaga nilai tukar kursnya karena kalau nilai tukar ini tidak juga maka otomatis beban pembiayaan utang Indonesia bisa mengalami kerentanan di masa depan.
Sebelumnya peneliti INDEF Mohammad Fadhil Hasan mengatakan rasio utang terhadap PDB masih di bawah batas yang diperkenankan dalam UU sebesar 60 persen terhadap PDB.
Namun, ia mengingatkan, mengukur utang tidak cukup hanya dengan melihat rasio, indikator-indikator lainnya juga harus diperhatikan salah satunya melalui surat utang pemerintah Indonesia yang dipegang oleh investor asing.
Masalah utang akan menjadi salah satu tema yang akan dibahas dalam debat kelima pemilu presiden (pilpres) 2019, bersama dengan sejumlah tema lainnya yakni ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi serta industri.
Debat kelima yang digelar pada hari ini akan menghadirkan kedua paslon presiden dan wakil presiden baik dari paslon nomor urut 01 maupun paslon nomor urut 02, dan sekaligus menutup rangkaian debat pilpres 2019 yang telah dimulai sejak Januari 2019.
Baca juga: IGJ: Kedua capres perlu tingkatkan produksi untuk kendalikan utang
Baca juga: Pengamat nilai visi pengembangan ekonomi kedua calon presiden sama penting
"Bagaimana caranya kita mengelola rasio utang? Pertama adalah mari kita menggenjot pertumbuhan ekonomi. Ketika pertumbuhan ekonomi kita genjot, maka otomatis kita mampu menghasilkan surplus dan dari surplus inilah kita bisa mengelola utang," ujar dia kepada Antara di Jakarta, Sabtu.
Dia menjelaskan bahwa langkah kedua yakni menjadikan pengelolaan utang sebagai prioritas, dimana saat Indonesia mengambil utang dari pihak luar maka harus melihat kemungkinan-kemungkinan beban utang jangka panjangnya.
"Apakah kita sekarang mampu memastikan marilah kita berutang kepada negara-negara yang memberikan tenor utang jangka panjang, dan ke depannya juga adalah nilai kurs kita terhadap mata uang negara yang kita berutang tersebut akan ada tren untuk menguat," kata Hisar yang juga Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie itu.
Pemerintah, lanjutnya, akan mengalami pengurangan beban pembiayaan utang apabila mampu menjaga nilai tukar kursnya karena kalau nilai tukar ini tidak juga maka otomatis beban pembiayaan utang Indonesia bisa mengalami kerentanan di masa depan.
Sebelumnya peneliti INDEF Mohammad Fadhil Hasan mengatakan rasio utang terhadap PDB masih di bawah batas yang diperkenankan dalam UU sebesar 60 persen terhadap PDB.
Namun, ia mengingatkan, mengukur utang tidak cukup hanya dengan melihat rasio, indikator-indikator lainnya juga harus diperhatikan salah satunya melalui surat utang pemerintah Indonesia yang dipegang oleh investor asing.
Masalah utang akan menjadi salah satu tema yang akan dibahas dalam debat kelima pemilu presiden (pilpres) 2019, bersama dengan sejumlah tema lainnya yakni ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi serta industri.
Debat kelima yang digelar pada hari ini akan menghadirkan kedua paslon presiden dan wakil presiden baik dari paslon nomor urut 01 maupun paslon nomor urut 02, dan sekaligus menutup rangkaian debat pilpres 2019 yang telah dimulai sejak Januari 2019.
Baca juga: IGJ: Kedua capres perlu tingkatkan produksi untuk kendalikan utang
Baca juga: Pengamat nilai visi pengembangan ekonomi kedua calon presiden sama penting
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019