Jakarta (ANTARA) - Direktur Kampanye Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (BPN) Sugiono menyampaikan beberapa indikator yang menyebabkan tren elektabilitas Prabowo-Sandi yang terus meningkat di daerah-daerah.
Salah satunya menurut Sugiono, setiap kampanye Prabowo-Sandi selalu dipenuhi masyarakat yang datang tanpa dibayar.
"Kami tidak pernah mengeluarkan biaya untuk memobilisasi massa, dalam arti kami tidak memberikan uang agar mereka datang ke tempat kampanye," kata Sugiono dalam konferensi pers di Hotel The Darmawangsa, Jakarta, Senin.
Sugiono mengatakan pihaknya berkampanye dalam kondisi budget yang terbatas namun karena ada perasaan dan sentimen yang sama dirasakan masyarakat maka mereka hadir dalam tiap kampanye Prabowo-Sandi.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu mencontohkan kampanye akbar Prabowo-Sandi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) yang dihadiri jutaan orang, tidak mungkin dibayar untuk mendatang orang sebanyak itu.
"Di GBK tercatat lebih dari 200 organisasi yang secara sukarela membuat dapur umum namun kenyataannya terdapat lebih dari 300 tenda didirikan untuk menyediakan makanan," ujarnya.
Indikator lainnya menurut dia, pihaknya tidak pernah membagi-bagikan kaos untuk masyarakat sehingga menyerahkan kepada tiap individu untuk swadaya membuat.
Hasilnya menurut dia, ada yang sanggup membuat 10 lalu dibagikan dan ada yang bisa membuat 100 buah kaos yang dibagikan secara sukarela.
"Ada yang tidak sanggup membuat kaos untuk kampanye, mereka mencari baju warna putih lalu membuat tulisan '02' atau yang menunjukkan bahwa mereka pendukung Prabowo-Sandi," katanya.
Sugiono menjelaskan indikator lainnya adalah apa yang selalu disampaikan Prabowo dalam tiap kampanye atau kunjungannya ke daerah-daerah, dan masyarakat merasakan hal yang sama.
Dia mencontohkan, Prabowo selalu mengatakan bahwa kekayaan Indonesia selalu mengalir keluar negeri dan terjadinya kebocoran anggaran sehingga menyebabkan permasalahan yang dirasakan masyarakat.
"Itu menyebabkan masyarakat tidak bisa mengakses pelayanan kesehatan karena rumah sakit tidak dibayar, harga kebutuhan yang terus naik, harga listrik yang mahal karena pemerintahan tidak efisien," ujarnya.
Kondisi-kondisi tersebut menurut dia, merupakan kenyataan di masyarakat sehingga ketika Prabowo mengungkapkan itu, lalu dukungan masyarakat ditunjukkan dengan hadir dalam setiap kunjungan di daerah secara antusias.
Sebelumnya, Sugiono mengklaim bahwa berdasarkan survei internal, elektabilitas Prabowo-Sandi berada di angka 62 persen, sementara pasangan Jokowi-Ma'ruf 38 persen.
"Berdasarkan survei internal, elektabilitas Prabowo berada di angka 62 persen dan Jokowi 38 persen," kata Sugiono di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Senin.
Survei tersebut dilakukan di 34 provinsi sejak Maret 2019 dengan melibatkan 1440 responden dengan metode "multistage random sampling".
Sugiono tidak memaparkan secara rinci mengenai survei internalnya tersebut karena digunakan untuk mengukur kerja tim kampanye, dan tidak ada niatan untuk dipublikasikan.
Salah satunya menurut Sugiono, setiap kampanye Prabowo-Sandi selalu dipenuhi masyarakat yang datang tanpa dibayar.
"Kami tidak pernah mengeluarkan biaya untuk memobilisasi massa, dalam arti kami tidak memberikan uang agar mereka datang ke tempat kampanye," kata Sugiono dalam konferensi pers di Hotel The Darmawangsa, Jakarta, Senin.
Sugiono mengatakan pihaknya berkampanye dalam kondisi budget yang terbatas namun karena ada perasaan dan sentimen yang sama dirasakan masyarakat maka mereka hadir dalam tiap kampanye Prabowo-Sandi.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu mencontohkan kampanye akbar Prabowo-Sandi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) yang dihadiri jutaan orang, tidak mungkin dibayar untuk mendatang orang sebanyak itu.
"Di GBK tercatat lebih dari 200 organisasi yang secara sukarela membuat dapur umum namun kenyataannya terdapat lebih dari 300 tenda didirikan untuk menyediakan makanan," ujarnya.
Indikator lainnya menurut dia, pihaknya tidak pernah membagi-bagikan kaos untuk masyarakat sehingga menyerahkan kepada tiap individu untuk swadaya membuat.
Hasilnya menurut dia, ada yang sanggup membuat 10 lalu dibagikan dan ada yang bisa membuat 100 buah kaos yang dibagikan secara sukarela.
"Ada yang tidak sanggup membuat kaos untuk kampanye, mereka mencari baju warna putih lalu membuat tulisan '02' atau yang menunjukkan bahwa mereka pendukung Prabowo-Sandi," katanya.
Sugiono menjelaskan indikator lainnya adalah apa yang selalu disampaikan Prabowo dalam tiap kampanye atau kunjungannya ke daerah-daerah, dan masyarakat merasakan hal yang sama.
Dia mencontohkan, Prabowo selalu mengatakan bahwa kekayaan Indonesia selalu mengalir keluar negeri dan terjadinya kebocoran anggaran sehingga menyebabkan permasalahan yang dirasakan masyarakat.
"Itu menyebabkan masyarakat tidak bisa mengakses pelayanan kesehatan karena rumah sakit tidak dibayar, harga kebutuhan yang terus naik, harga listrik yang mahal karena pemerintahan tidak efisien," ujarnya.
Kondisi-kondisi tersebut menurut dia, merupakan kenyataan di masyarakat sehingga ketika Prabowo mengungkapkan itu, lalu dukungan masyarakat ditunjukkan dengan hadir dalam setiap kunjungan di daerah secara antusias.
Sebelumnya, Sugiono mengklaim bahwa berdasarkan survei internal, elektabilitas Prabowo-Sandi berada di angka 62 persen, sementara pasangan Jokowi-Ma'ruf 38 persen.
"Berdasarkan survei internal, elektabilitas Prabowo berada di angka 62 persen dan Jokowi 38 persen," kata Sugiono di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Senin.
Survei tersebut dilakukan di 34 provinsi sejak Maret 2019 dengan melibatkan 1440 responden dengan metode "multistage random sampling".
Sugiono tidak memaparkan secara rinci mengenai survei internalnya tersebut karena digunakan untuk mengukur kerja tim kampanye, dan tidak ada niatan untuk dipublikasikan.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019